Jumat, 15 Mei 2015

Makna Orang-orang yang "Berwajah Putih" dan yang "Berwajah Hitam" & Keberadaan Rasul Allah Merupakan "Perisai" Terhadap Azab Ilahi




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 52

    
Makna Orang-orang yang “Berwajah Putih” dan yang “Berwajah Hitam” & Keberadaan Rasul Allah Merupakan “Perisai” Terhadap Azab Ilahi

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai  wajah-wajah yang putih dan wajah-wajah yang hitam, yakni setelah memperingatkan umat Islam akan bahaya  yang ditimbulkan perselisihan dan perpecahan yang terjadi di kalangan golongan Ahli Kitab, mengenai hal tersebut  Allah Swt. berfirman:
یَّوۡمَ تَبۡیَضُّ وُجُوۡہٌ  وَّ تَسۡوَدُّ وُجُوۡہٌ ۚ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اسۡوَدَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ ۟ اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ ﴿﴾  وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾  تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ بِالۡحَقِّ ؕ وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ  ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ  اِلَی اللّٰہِ  تُرۡجَعُ  الۡاُمُوۡرُ  ﴿﴾٪
Pada hari  ketika  wajah-wajah menjadi putih, dan wajah-wajah lainnya   menjadi hitam.  Ada pun orang-orang yang wajahnya menjadi hitam, dikatakan kepada mereka:  اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ  --  “Apakah  kamu kafir  sesudah beriman?  فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ  -- karena itu rasakanlah azab ini disebabkan kekafiran kamu."  وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ    --  dan  ada pun orang-orang yang wajahnya putih, فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  -- maka mereka akan berada di dalam rahmat Allah, mereka kekal  di dalamnya.  تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ بِالۡحَقِّ  --  Itulah Ayat-ayat Allah, Kami membacakannya kepada engkau dengan haq, وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ  ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ  --    dan Allah sekali-kali tidak menghendaki suatu kezaliman  atas seluruh alam.  وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ   --  Dan  milik Allah-lah apa pun  yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi,  وَ  اِلَی اللّٰہِ  تُرۡجَعُ  الۡاُمُوۡرُ   -- dan kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan. (Ali ‘Imran [3]:103-109).
      Al-Quran telah menerangkan warna-warna “putih” dan “hitam” sebagai lambang, masing-masing untuk “kebahagiaan” dan “kesedihan” (QS.3:107, 108; QS.75:23-25; QS.80:39-41). Bila seseorang melakukan perbuatan baik yang karenanya ia mendapat pujian, orang Arab mengatakan mengenai dia: ibyadhdhaha wajhuhu, yakni “wajah orang itu menjadi putih”. Dan bila ia melakukan suatu pekerjaan yang patut disesali, maka dikatakan  mengenai dia iswadda wajhuhu, yakni  wajahnya telah menjadi hitam.”
    Ungkapan bil-haqq  -- secara harfiah berarti “dengan kebenaran” dan diter-jemahkan sebagai “mengandung kebenaran”   --  berarti:
     (1) bahwa Tanda-tanda atau Ayat-ayat Allah    itu penuh dengan kebenaran;
      (2) bahwa Tanda-tanda itu telah datang secara haq, yakni “kamu mempunyai hak untuk menerima”;
      (3)  itulah saat yang paling tepat Ayat-ayat itu diwahyukan.
        Demikian pula pengutusan Rasul Allah  -- yakni Al-Masih Mau’ud a.s.   -- di Akhir Zaman ini merupakan Tanda-tanda Allah   yang bukan saja paling besar dari semua bentuk Tanda-tanda Allah  yang ada di seluruh alam  ini, tetapi juga  yang paling nyata, terutama bagi ulil-albāb (orang-orang yang mempergunakan akal), yang indra-indra ruhaninya berfungsi dengan baik,  sehingga  mereka dapat mengenal dan beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan (QS.7:35-37; QS.61:10; QS.62:3-5), firman-Nya:
اِنَّ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ لَاٰیٰتٍ  لِّاُولِی الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾ۚۙ الَّذِیۡنَ یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ  قِیٰمًا وَّ قُعُوۡدًا وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾  رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ ﴿﴾  رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ  فَاٰمَنَّا ٭ۖ رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ  الۡاَبۡرَارِ ﴿﴾ۚ  رَبَّنَا وَ اٰتِنَا مَا وَعَدۡتَّنَا عَلٰی رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ لَا تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ ﴿﴾
Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi serta   pertukaran malam dan siang benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,  yaitu  orang-orang yang  mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan sambil  berbaring atas rusuk mereka, dan mereka memikirkan menge-nai penciptaan seluruh langit dan bumi رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ -- seraya berkata: “Ya Rabb (Tuhan) kami, sekali-kali tidaklah Engkau menciptakan  semua ini  sia-sia,  Maha Suci Engkau dari perbuatan sia-sia maka peliharalah kami dari azab Api.  رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ  --  “Wahai Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya,  وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ  -- dan sekali-kali tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun. رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ  فَاٰمَنَّا  --   Wahai Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang Penyeru menyeru kami kepada  keimanan seraya berkata:  "Berimanlah kamu kepada Rabb (Tuhan) kamu" maka kami telah beriman. رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ  الۡاَبۡرَارِ  -- Wahai Rabb (Tuhan) kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami,  hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama  orang-orang yang ber-buat kebajikan. رَبَّنَا وَ اٰتِنَا مَا وَعَدۡتَّنَا عَلٰی رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ  --  Wahai Rabb (Tuhan) kami, karena itu berikanlah kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghinakan kami pada Hari Kiamat,  اِنَّکَ لَا تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ   -- sesungguhnya Engkau tidak pernah menyalahi janji.”   (Ali ‘Imran [3]:191-195).

Duel Makar   Dalam   Makar Buruk Terhadap Nabi Besar Muhammad Saw.

         Kembali kepada pembahasan awal mengenai para pemuka  kaum kafir Quraisy pimpinan Abu Jahal dan kawan-kawannya yang bergelimang dalam kemusyrikan, mereka  tidak menyadari ketidak-layakan mereka sebagai “pengkhidmatBaitullah, itulah sebabnya ketika Allah Swt. akan membersihkan Baitullah dari kekotoran kemusyrikan melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.  -- memenuhi doa Nabi Ibrahim a.s. (QS.2:126-130)   -- maka Abu Jahal dan para pemuka  kaum Quraisy Mekkah lainnya  dengan takabbur  telah menantang turunnya azab Ilahi kepada mereka, firman-Nya:
وَ  اِذۡ  قَالُوا اللّٰہُمَّ  اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾  وَ مَا کَانَ اللّٰہُ  لِیُعَذِّبَہُمۡ  وَ اَنۡتَ فِیۡہِمۡ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ مُعَذِّبَہُمۡ وَ ہُمۡ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَا لَہُمۡ  اَلَّا یُعَذِّبَہُمُ اللّٰہُ  وَ ہُمۡ  یَصُدُّوۡنَ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَ مَا کَانُوۡۤا اَوۡلِیَآءَہٗ ؕ اِنۡ  اَوۡلِیَآؤُہٗۤ  اِلَّا الۡمُتَّقُوۡنَ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَہُمۡ  لَا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika mereka berkata: “Ya Allah, jika  Al-Quran ini  benar-benar   kebenaran dari Engkau  maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”  وَ مَا کَانَ اللّٰہُ  لِیُعَذِّبَہُمۡ  وَ اَنۡتَ فِیۡہِمۡ  -- Tetapi Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama engkau berada di tengah-tengah mereka, وَ مَا کَانَ اللّٰہُ مُعَذِّبَہُمۡ وَ ہُمۡ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ  --  dan  Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan  mereka  meminta ampun.  وَ مَا لَہُمۡ  اَلَّا یُعَذِّبَہُمُ اللّٰہُ  وَ ہُمۡ  یَصُدُّوۡنَ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَ مَا کَانُوۡۤا اَوۡلِیَآءَہٗ    --  Dan  mengapa  Allah tidak akan mengazab mereka, sedangkan  mereka menghalang-halangi orang-orang dari Masjidilharam, dan mereka sekali-kali bukanlah orang-orang yang berhak melindunginya? اِنۡ  اَوۡلِیَآؤُہٗۤ  اِلَّا الۡمُتَّقُوۡنَ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَہُمۡ  لَا  یَعۡلَمُوۡنَ  --   Tidak lain  yang berhak melindunginya  melainkan orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.  (Al-Anfāl [8]:33-35).
         Kira-kira seperti kata-kata itu jugalah Abu Jahal mendoa di medan perang Badar (Bukhari — Kitab Tafsir). Doa itu dikabulkan secara harfiah. Abu Jahal bersama beberapa pemimpin Quraisy yang lain, terbunuh dan mayat-mayat mereka dilemparkan ke dalam sebuah lubang (QS.8:18).
        Orang-orang kafir Mekkah mendapat hukuman Allah Swt. sesuai doa takabbur yang dipanjatkan  Abu jahal tersebut, setelah  Nabi Besar Muhammad saw. dipaksa oleh mereka -- melalui makar-buruk  yang mereka lakukan  -- sehingga beliau saw. hijrah  meninggalkan Mekkah  menuju Madinah (QS.8:31; QS.9:40), firman-Nya:
وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ  اللّٰہُ  ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar buruk terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ  اللّٰہُ    --    Mereka merancang makar buruk, dan Allāh pun merancang  makar tandingan, ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ  --      dan Allah sebaik-baik  Perancang makar. (Al-Anfal [8]:31).
         Sehubungan dengan “makar buruk” tersebut, berikut firman-Nya lagi mengenai pertolongan khusus Allah Swt. terhadap Nabi Besar Muhammad saw. ketika bersama Abu Bakar Shiddiq r.a. bersembunyi dalam  gua Tsaur pada waktu hijrah dari Mekkah ke Madinah:
اِلَّا تَنۡصُرُوۡہُ فَقَدۡ  نَصَرَہُ  اللّٰہُ  اِذۡ اَخۡرَجَہُ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا ثَانِیَ اثۡنَیۡنِ اِذۡ ہُمَا فِی الۡغَارِ اِذۡ یَقُوۡلُ لِصَاحِبِہٖ لَا تَحۡزَنۡ اِنَّ اللّٰہَ مَعَنَا ۚ فَاَنۡزَلَ اللّٰہُ سَکِیۡنَتَہٗ عَلَیۡہِ وَ اَیَّدَہٗ  بِجُنُوۡدٍ لَّمۡ تَرَوۡہَا وَ جَعَلَ کَلِمَۃَ  الَّذِیۡنَ کَفَرُوا السُّفۡلٰی ؕ وَ کَلِمَۃُ  اللّٰہِ ہِیَ الۡعُلۡیَا ؕ وَ اللّٰہُ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ  ﴿﴾
Jika kamu tidak menolongnya maka  sungguh Allah  telah menolongnya ketika ia (Rasulullah) diusir oleh orang-orang kafir, sedangkan ia kedua dari yang dua ketika keduanya berada dalam gua, lalu ia berkata kepada temannya: لَا تَحۡزَنۡ اِنَّ اللّٰہَ مَعَنَا  --  Janganlah engkau sedih sesungguhnya Allah beserta kita”, فَاَنۡزَلَ اللّٰہُ سَکِیۡنَتَہٗ عَلَیۡہِ وَ اَیَّدَہٗ  بِجُنُوۡدٍ لَّمۡ تَرَوۡہَا  -- lalu  Allah menurunkan ketenteraman-Nya kepadanya  dan menolongnya dengan lasykar-lasykar yang kamu tidak melihatnya,  وَ جَعَلَ کَلِمَۃَ  الَّذِیۡنَ کَفَرُوا السُّفۡلٰی  -- dan Dia menjadikan perkataan orang-orang yang kafir itu rendah  وَ کَلِمَۃُ  اللّٰہِ ہِیَ الۡعُلۡیَا --  sedangkan Kalimah Allah itulah yang tertinggi,  وَ اللّٰہُ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ    -- dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  (At-Taubah [9]:40).

Keberadaan Rasul Allah Merupakan “Perisai”  Terhadap  Azab Ilahi  & Penganugerahan Rezeki Duniawi Bersifat Umum

        Rasul-rasul  Allah berfungsi semacam perisai terhadap hukuman-hukuman dari langit, itulah sebabnya selama Nabi Besar Muhammad saw. berada di Mekkah, bagaimana pun zalimnya perlakuan Abu Jahal dan kawan-kawannya kepada beliau saw. dan umat Islam tetapi Allah Swt. tidak menghukum mereka di Mekkah   -- yang dinyatakan sendiri oleh Allah Swt. sebagai kota yang aman   (Al-Baqarah [2]:126-127).
        Tetapi ketika Abu Jahal dan kawan-kawannya memaksa Nabi Besar Muhammad saw. meninggalkan Mekkah dan hijrah ke Medinah maka   jaminan  perlindungan Allah Swt. terhadap kota Mekkah dan penghuninya menjadi tidak berlaku lagi bagi Abu Jahal dan 1000 orang  pasukannya, ketika   mereka meninggalkan Mekkah guna memerangi  dan menghabisi Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam dalam Perang Badar, berikut firman  Allah Swt.  mengenai kekalahan tragis pasukan Mekkah pimpinan Abu jahal dalam perang Badar:
فَلَمۡ تَقۡتُلُوۡہُمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ  قَتَلَہُمۡ ۪ وَ مَا رَمَیۡتَ اِذۡ رَمَیۡتَ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ رَمٰی ۚ وَ لِیُبۡلِیَ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ  مِنۡہُ  بَلَآءً  حَسَنًا ؕ اِنَّ اللّٰہَ  سَمِیۡعٌ  عَلِیۡمٌ ﴿﴾
Maka bukan  kamu yang membunuh mereka melainkan Allah yang telah membunuh mereka,  وَ مَا رَمَیۡتَ اِذۡ رَمَیۡتَ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ رَمٰی --  dan bukan engkau yang melemparkan pasir ketika engkau melempar, melainkan Allah-lah yang telah melempar, وَ لِیُبۡلِیَ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ  مِنۡہُ  بَلَآءً  حَسَنًا ؕ اِنَّ اللّٰہَ  سَمِیۡعٌ  عَلِیۡمٌ  --  dan supaya Dia menganugerahi  orang-orang yang beriman  anugerah yang baik dari-Nya,  sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-Anfāl [8]:18).
        Dalam firman Allah Swt. sebelumnya dikemukakan doa  yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim a.s. bagi penduduk Mekkah:  وَ اِذۡ قَالَ  اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا --  Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabbi (Tuhan-ku),  jadikanlah tempat ini kota yang aman,  وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ -- dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara mereka yang beriman  kepada  Allah dan Hari Kemudian.”  قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ  اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ  -- Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun  maka Aku akan memberi sedikit kesenangan kepadanya kemudian  akan Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”  (Al-Baqarah [2]:127).
          Jadi, menurut firman Allah Swt. tersebut bahwa mengenai pengenugerahan  harta kekayaan  atau rezeki duniawi, sesuai dengan Sifat Rahmaniyat-Nya    kepada orang-orang yang  kafir  terhadap  Allah Swt. dan Rasul-Nya pun  kepada mereka  diberikan pula  sedikit kesenangan duniawi, tetapi jika kekafiran mereka telah melampaui batas  maka Allah Swt. berfirman    ثُمَّ  اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ – “kemudian  akan Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
          Sehubungan dengan hal tersebut,  selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai  azab Ilahi yang akan menimpa kaum kafir Quraisy Mekkah  setelah mereka memaksa mengusir Nabi Besar Muhammad saw. dari Mekkah:
 وَ مَا لَہُمۡ  اَلَّا یُعَذِّبَہُمُ اللّٰہُ  وَ ہُمۡ  یَصُدُّوۡنَ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَ مَا کَانُوۡۤا اَوۡلِیَآءَہٗ ؕ اِنۡ  اَوۡلِیَآؤُہٗۤ  اِلَّا الۡمُتَّقُوۡنَ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَہُمۡ  لَا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَا کَانَ صَلَاتُہُمۡ عِنۡدَ الۡبَیۡتِ اِلَّا مُکَآءً   وَّ تَصۡدِیَۃً ؕ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ  تَکۡفُرُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَہُمۡ لِیَصُدُّوۡا عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕفَسَیُنۡفِقُوۡنَہَا ثُمَّ تَکُوۡنُ عَلَیۡہِمۡ حَسۡرَۃً  ثُمَّ یُغۡلَبُوۡنَ ۬ؕ وَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا اِلٰی  جَہَنَّمَ  یُحۡشَرُوۡنَ ﴿ۙ﴾  لِیَمِیۡزَ اللّٰہُ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ وَ یَجۡعَلَ الۡخَبِیۡثَ بَعۡضَہٗ عَلٰی بَعۡضٍ فَیَرۡکُمَہٗ جَمِیۡعًا فَیَجۡعَلَہٗ  فِیۡ جَہَنَّمَ ؕ اُولٰٓئِکَ  ہُمُ  الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan  mengapa  Allah tidak akan mengazab mereka, وَ ہُمۡ  یَصُدُّوۡنَ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَ مَا کَانُوۡۤا اَوۡلِیَآءَہٗ   -- sedangkan  mereka menghalang-halangi orang-orang dari Masjidilharam, dan mereka sekali-kali bukanlah orang-orang yang berhak melindunginya?  اِنۡ  اَوۡلِیَآؤُہٗۤ  اِلَّا الۡمُتَّقُوۡنَ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَہُمۡ  لَا  یَعۡلَمُوۡنَ  --  Tidak lain  yang berhak melindunginya  melainkan orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.  وَ مَا کَانَ صَلَاتُہُمۡ عِنۡدَ الۡبَیۡتِ اِلَّا مُکَآءً   وَّ تَصۡدِیَۃً --  Dan  shalat mereka di Rumah  Allah itu tidak lain melainkan siul dan tepuk tangan belaka,  فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ  تَکۡفُرُوۡنَ  -- karena itu    rasakanlah azab  disebabkan     kekafiran kamu.   اِنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَہُمۡ لِیَصُدُّوۡا عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  --  Sesungguhnya orang-orang kafir  membelanjakan harta mereka guna menghalang-halangi manusia  dari jalan Allah, فَسَیُنۡفِقُوۡنَہَا ثُمَّ تَکُوۡنُ عَلَیۡہِمۡ حَسۡرَۃً  ثُمَّ یُغۡلَبُوۡنَ  -- maka mereka akan senantiasa membelanjakannya, kemudian hal itu menjadi penyesalan bagi mereka,   sesudah itu mereka akan dikalahkan, وَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا اِلٰی  جَہَنَّمَ  یُحۡشَرُوۡنَ  -- dan orang-orang kafir  akan dihimpun ke neraka jahannam,  لِیَمِیۡزَ اللّٰہُ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ وَ یَجۡعَلَ الۡخَبِیۡثَ بَعۡضَہٗ عَلٰی بَعۡضٍ  --  supaya Allah memisahkan yang buruk dari yang baik, dan Dia menjadikan yang buruk itu sebagian di atas sebagian yang lain,  فَیَرۡکُمَہٗ جَمِیۡعًا فَیَجۡعَلَہٗ  فِیۡ جَہَنَّمَ ؕ اُولٰٓئِکَ  ہُمُ  الۡخٰسِرُوۡنَ -- lalu Dia menumpukkan semuanya, kemudian mencampakkannya ke dalam  Jahannam, mereka itulah orang-orang yang  rugi. (Al-Anfāl [8]:35-37).

Pembelanjaan Harta Untuk Menghadang   Haqq (Kebenaran) yang Berulang di Akhir Zaman

       Kata-kata  dalam ayat  اِنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَہُمۡ لِیَصُدُّوۡا عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  --  “sesungguhnya orang-orang kafir membelanjakan harta mereka guna menghalang-halangi manusia  dari jalan Allah”,   mengandung nubuatan bahwa kekayaan yang dibelanjakan oleh orang kafir dalam peperangan melawan Islam, akan terbukti menjadi sumber kesedihan dan duka cita bagi mereka.
       Mengapa demikian? Sebab  upaya-upaya mereka untuk memusnahkan Islam akan mengalami kegagalan dan anak-cucu mereka sendiri kelak akan menerima Islam lalu menafkahkan harta kekayaannya untuk memajukan perjuangan Islam. Itulah yang terjadi  keturunan   para penentang Nabi Besar Muhammad saw.,  salah satu contohnya  adalah Khalid bin Walid r.a.,  yang nyaris membuat Nabi Besar Muhammad saw. terbunuh dalam Perang Uhud, dan Amr bin ‘As r.a.  yang menjadi penakluk Mesir.
        Jawaban Allah Swt.  atas doa Nabi Ibrahim a.s. sebelum ini: وَ اِذۡ قَالَ  اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا --  Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabbi (Tuhan-ku),  jadikanlah tempat ini kota yang aman,  وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ -- dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara mereka yang beriman  kepada  Allah dan Hari Kemudian.”  قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ  اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ  -- Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun  maka Aku akan memberi sedikit kesenangan kepadanya kemudian  akan Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”  (Al-Baqarah [2]:127), kembali terjadi di Akhir Zaman  saat ini.
        Mengapa demikian? Sebab walau pun pada kenyataannya hasil penjualan “emas hitam” (minyak bumi) oleh negara-negara Muslim di Timur Tengah telah membuat para penguasa negeri-negeri di Timur Tengah menjadi sangat kaya-raya, tetapi  karena  tidak dimanfaatkan untuk mengkhidmati sasama makhluk yang nasibnya belum beruntung,   -- dan bahkan digunakan untuk menyerang sesama Muslim yang dianggap membahayakan kedudukan mereka   -- maka pasti firman Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim a.s. sebelum ini akan berlaku bagi mereka: قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ  اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ  -- Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun  maka Aku akan memberi sedikit kesenangan kepadanya kemudian  akan Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”  (Al-Baqarah [2]:127),
         Jadi, berbagai kobaran api yang selama ini terjadi di wilayah Timur Tengah  -- termasuk  serangan yang  akhir-akhir ini dilakukan pasukan koalisi pimpinan kerajaan Saudi Arabia terhadap Yaman merupakan bukti  akibat  disia-siakannya rezeki duniawi  yang untuk itu Nabi Ibrahim a.s. telah berdoa kepada Allah Swt.
          Dari semua bentuk kezaliman yang dilakukan terhadap sesama Muslim tersebut   --  yang  akan berujung dengan hilangnya kekuasaan mereka  --  yaitu sebagaimana  kezaliman yang terjadi   di masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. oleh Abu jahal dan para pemimpin kafir Quraisy lainnya, adalah berbagai  makar-buruk yang selama ini terus menerus dilakukan terhadap Jemaat Muslim Ahmadiyah, yang atas perintah Allah Swt.  yang didirikan oleh Al-Masih Mau’ud a.s. guna mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai  (Ash-Shaf [61]:10).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 13  Mei    2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar