بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 60
Keteguhan Iman
dan Tekad Para Sahabat Nabi Besar
Muhammad Saw. & Makna Ajakan Kembali
Kepada “Kalimah yang Sama” (Tauhid
Ilahi)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam
bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai komentar penulis Non-Muslim -- Bosworth Smith -- tentang suri teladan sempurna Nabi Besar
Muhammad saw., sebagaimana firman Allah Swt.:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ فِیۡ رَسُوۡلِ
اللّٰہِ اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ
الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَ ذَکَرَ
اللّٰہَ کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh dalam
diri Rasulullah benar-benar terdapat
suri teladan yang
sebaik-baiknya bagi kamu, yaitu bagi orang
yang mengharapkan Allah dan Hari
Akhir, dan bagi yang banyak mengingat Allah (Al-Ahzab [33]:22).
Yakni:
“Kepala negara merangkap Penghulu Agama,
beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak
berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara
tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan
tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan
hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai
kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan. Beliau biasa
melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di
atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih
atau roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh,
beliau biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga
kedua belah kaki beliau bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan
suasana yang begitu banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya” (Muhammad and Muhammadanism”).
Kesempurnaan Quwat Qudsiyah
(Daya Pensucian Ruhani) Nabi Besar Muhammad Saw.
Pengaruh
quat qudsiyah (daya pensucian
ruhani) yang mempengaruhi jiwa
para sahabat Nabi Besar Muhammad saw.
yang tidak ada contohnya yang memadai
di kalangan para pengikut para Rasul Allah lainnya digambarkan dalam firman Allah Swt. selanjutnya berkenaan dengan perang Ahzab:
وَ لَمَّا
رَاَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الۡاَحۡزَابَ ۙ
قَالُوۡا ہٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰہُ وَ
رَسُوۡلُہٗ وَ صَدَقَ اللّٰہُ وَ
رَسُوۡلُہٗ ۫ وَ مَا زَادَہُمۡ اِلَّاۤ
اِیۡمَانًا وَّ تَسۡلِیۡمًا ﴿ؕ﴾
Dan ketika
orang-orang beriman melihat
lasykar-lasykar persekutuan mereka
berkata: ہٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰہُ وَ
رَسُوۡلُہٗ -- “Inilah yang telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya
kepada kami, وَ صَدَقَ اللّٰہُ
وَ رَسُوۡلُہٗ -- dan
Allah serta Rasul-Nya
telah mengatakan yang benar.” وَ مَا
زَادَہُمۡ اِلَّاۤ اِیۡمَانًا وَّ
تَسۡلِیۡمًا -- Dan
hal itu tidak menambah kepada mereka
kecuali keimanan dan kepatuhan. (Al-Ahzāb [33]:23).
Induk singa
pasti akan melahirkan anak singa
pula, tidak mungkin ia melahirkan keledai
yang bodoh dan penakut serta bersuara buruk (QS.2:247-250; QS.5:21-27). Isyarat
ayat ini ditujukan kepada tentang kekalahan
lasykar kafir dan kemenangan Islam,
yang digambarkan dengan keimanan dan tekad membaja para sahabat Nabi Besar
Muhammad saw., sebagaimana dikemukakan dalam ayat selanjutnya, firman-Nya:
جُنۡدٌ مَّا
ہُنَالِکَ مَہۡزُوۡمٌ مِّنَ الۡاَحۡزَابِ ﴿﴾ کَذَّبَتۡ قَبۡلَہُمۡ قَوۡمُ نُوۡحٍ وَّ عَادٌ وَّ
فِرۡعَوۡنُ ذُو الۡاَوۡتَادِ ﴿ۙ﴾ وَ ثَمُوۡدُ وَ قَوۡمُ لُوۡطٍ وَّ اَصۡحٰبُ لۡـَٔیۡکَۃِ ؕ اُولٰٓئِکَ الۡاَحۡزَابُ ﴿﴾ اِنۡ کُلٌّ
اِلَّا کَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ ﴿٪﴾
Mereka itu lasykar golongan-golongan perserikatan yang akan dikalahkan di sana. Sebelum
mereka kaum Nuh, ‘Ad dan Fir’aun yang memiliki lasykar-lasykar besar telah
mendustakan pula. Dan suku
Tsamud, kaum Luth dan penghuni
hutan, mereka itu golongan
perserikatan. Tidak lain
mereka semua itu
melainkan mendustakan
rasul-rasul, maka pasti azab-Ku menimpa mereka.
(Ash-Shad
[38]:12-15).
Ayat 12
sekaligus mengandung nubuatan
dan tantangan. Tantangan itu
ditujukan kepada kekuatan-kekuatan
kejahatan supaya mengerahkan segala sumber
daya mereka dan membentuk diri
mereka menjadi suatu persekutuan yang
kuat untuk menghentikan derap maju Islam.
Ada pun nubuatan itu ialah, bahwa seluruh kekuatan keingkaran itu akan dihancurluluhkan
jika mereka berani menentang Islam. Nubuatan agung ini
telah menjadi sempurna kata demi kata dalam Pertempuran
Khandak. Lihat pula
QS.3:13-14; QS.8:37-38; QS.54:46-47.
Ucapan yang Dibuktikan dengan Perbuatan Nyata
Makna Autad-al-ardh dalam ayat
کَذَّبَتۡ قَبۡلَہُمۡ قَوۡمُ نُوۡحٍ وَّ عَادٌ وَّ فِرۡعَوۡنُ ذُو الۡاَوۡتَادِ -- “‘Ad dan Fir’aun yang memiliki lasykar-lasykar
besar telah mendustakan pula”,
berarti gunung-gunung; dan autad-al-bilad maksudnya para pemuka
kota-kota itu; dzul-autad berarti pemilik
lasykar-lasykar atau pemilik pasukan-pasukan besar (Aqrab-ul-Mawarid).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai keberanian sejati -- bukan sekedar berupa ucapan belaka -- para sahabat Nabi Besar Muhammad saw.:
مِنَ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ رِجَالٌ صَدَقُوۡا مَا عَاہَدُوا اللّٰہَ عَلَیۡہِ ۚ فَمِنۡہُمۡ
مَّنۡ قَضٰی نَحۡبَہٗ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ
یَّنۡتَظِرُ ۫ۖ وَ مَا بَدَّلُوۡا تَبۡدِیۡلًا ﴿ۙ﴾ لِّیَجۡزِیَ اللّٰہُ الصّٰدِقِیۡنَ بِصِدۡقِہِمۡ وَ یُعَذِّبَ
الۡمُنٰفِقِیۡنَ اِنۡ شَآءَ اَوۡ یَتُوۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿ۚ﴾
Di antara
orang-orang yang beriman ada orang-orang yang telah menggenapi apa yang dijanjikannya
kepada Allah, maka
dari antara mereka ada yang telah
menyempurnakan sumpahnya, yakni mati syahid, dan di antara mereka ada yang masih menunggu, dan mereka
sekali-kali tidak mengubah sedikit pun.
Supaya Allah mengganjar orang-orang yang benar itu atas kebenaran mereka, dan mengazab orang-orang munafik jika Dia menghendaki, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:24-25).
Ayat ini merupakan kenang-kenangan besar terhadap kesetiaan,
keikhlasan dan kegigihan dalam iman para
pengikut Nabi Besar Muhammad saw.. Tidak
pernah para pengikut nabi yang mana
jua pun menerima dari Allah Swt. surat keterangan bukti kelakukan baik dan kesetiaan
seperti itu.
Seperti halnya wujud junjungan mereka (Nabi Besar Muhammad saw.) tidak ada tara bandingannya di antara nabi-nabi Allah dalam menunaikan tugas
beliau saw. sebagai nab (QS.33:73), begitu pula para sahabat beliau saw. tiada
bandingannya dalam memenuhi peranan
yang diserahkan kepada mereka.
Pewarisan “Ghanimah” dari
Golongan Ahli Kitab
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kekalahan
pasukan persekutuan (al-ahzab) tersebut:
وَ رَدَّ
اللّٰہُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا بِغَیۡظِہِمۡ
لَمۡ یَنَالُوۡا خَیۡرًا ؕ وَ کَفَی اللّٰہُ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الۡقِتَالَ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ
قَوِیًّا عَزِیۡزًا ﴿ۚ﴾
Dan Allah
telah mengembalikan orang-orang kafir
dalam kemarahan mereka, mereka
tidak memperoleh kebaikan apapun.
Dan Allah mencukupi orang-orang beriman dalam
perang itu. Dan Allah Maha Kuat, Maha
Perkasa. (Al-Ahzāb [33]:26).
Allah Swt.
menangkis serangan-serangan lasykar
persekutuan orang-orang Arab. Mereka terpaksa membatalkan pengepungan yang telah berlangsung beberapa hari
tersebut, dan dengan hati kesal dan marah atas kegagalan mutlak dalam usaha mereka yang rendah dan buruk itu, mereka pulang ke rumah mereka dan tidak
pernah mempunyai kemampuan lagi menyerang Nabi Besar Muhammad saw. dan
umat Islam di Medinah.
Semenjak itu inisiatip beralih ke tangan orang-orang Islam. Pertempuran Khandak menandai titik-balik
dalam sejarah Islam. Dari suatu golongan
yang tadinya sangat kecil lagi lemah, pula terus menerus diganggu dan dianiaya, Islam telah menjadi suatu kekuatan raksasa di tanah Arab.
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman mengenai golongan
Ahli Kitab yang dalam pertempuran Khandak
tersebut telah mengkhianati perjanjian
mereka dengan Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ اَنۡزَلَ
الَّذِیۡنَ ظَاہَرُوۡہُمۡ مِّنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ صَیَاصِیۡہِمۡ وَ قَذَفَ
فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ وَ تَاۡسِرُوۡنَ فَرِیۡقًا ﴿ۚ﴾وَ اَوۡرَثَکُمۡ اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ وَ
اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ
عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ
قَدِیۡرًا ﴿٪﴾
Dan Dia
telah menurunkan orang-orang dari antara
Ahlikitab yang menolong mereka, yakni orang-orang musyrik, dari benteng-benteng mereka dan melontarkan rasa gentar ke dalam hati mereka.
Sebagian dari mereka kamu bunuh dan
sebagian kamu tawan. وَ اَوۡرَثَکُمۡ اَرۡضَہُمۡ وَ
دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا -- Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka
dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu
daerah yang kamu belum menginjaknya,
وَ کَانَ اللّٰہُ
عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ
قَدِیۡرًا -- dan Allah
berkuasa atas segala sesuatu. (Al-Ahzāb
[33]:27-28).
Banu
Quraizhah yang berwatak buruk telah mengadakan perjanjian resmi dengan Nabi Besar Muhammad saw. bahwa mereka akan membantu orang-orang Islam jika musuh menyerang Medinah. Akan
tetapi pada saat terjadi Pertempuran Khandak mereka itu terbujuk
oleh Huyay, pemimpin kaum Banu Nadhir, untuk melanggar ikrar janji mereka dan menggabungkan diri dengan persekutuan orang-orang Arab yang besar
itu untuk bersama-sama melawan Islam.
Ketika serangan mereka menemui kegagalan
mutlak, Nabi Besar Muhammad saw. bergerak menghantam mereka dan mengepung
mereka dalam kubu pertahanan mereka. Pengepungan
itu berlangsung kira-kira 25 hari dan sesudah itu mereka setuju meletakkan
senjata dan lebih menyukai keputusan Sa’d bin Ma’adz, kepala suku Aus, daripada
keputusan Nabi Besar Muhammad saw. saw. Sa’d memutuskan perkara itu menurut hukum
syariat Nabi Musa a.s. (Ulangan
20:10-15).
Yang
diisyaratkan dalam ayat وَ اَوۡرَثَکُمۡ اَرۡضَہُمۡ وَ
دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا -- Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka
dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu
daerah yang kamu belum menginjaknya”
mungkin tanah Khaibar atau mungkin
juga kemenangan atas kerajaan Persia dan Romawi dan negeri-negeri yang lebih jauh letaknya, yang sampai saat
itu orang-orang Muslim belum
menginjakkan kaki mereka.
Cara Mendakwahkan Islam yang Bijaksana
Sehubungan dengan golongan Ahli Kitab tersebut dalam Surah Al-Ankabūt
selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ لَا تُجَادِلُوۡۤا
اَہۡلَ الۡکِتٰبِ اِلَّا بِالَّتِیۡ ہِیَ
اَحۡسَنُ ٭ۖ اِلَّا الَّذِیۡنَ
ظَلَمُوۡا مِنۡہُمۡ وَ قُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا بِالَّذِیۡۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡنَا وَ اُنۡزِلَ اِلَیۡکُمۡ
وَ اِلٰـہُنَا وَ اِلٰـہُکُمۡ وَاحِدٌ وَّ نَحۡنُ لَہٗ مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan
janganlah kamu berbantah dengan Ahlikitab melainkan
dengan dalil-dalil
yang paling baik, kecuali dengan
orang-orang yang zalim di antara
mereka. -- Dan katakanlah: “Kami beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada kami dan yang telah diturunkan kepada kamu, Rabb
(Tuhan) kami dan Rabb (Tuhan) kamu itu Esa, dan kami
kepada-Nya berserah diri. Al-Ankabūt [29]:47).
Ayat ini meletakkan asas yang sangat sehat
sekali guna membimbing kita ketika menablighkan
‘itikad kepada orang lain. Kita hendaknya memulai bertabligh dengan menekankan pada asas-asas kepercayaan dan asas-asas
keagamaan yang sama antara kita dan
lawan kita. Sebagai contoh, ditetapkan kepada kita bahwa sementara kita
berbicara kepada ahlikitab, kita
hendaknya memulai dengan kedua asas
keagamaan yang pokok tentang Keesaan Tuhan
dan wahyu Ilahi, firman-Nya:
قُلۡ
یٰۤاَہۡلَ الۡکِتٰبِ تَعَالَوۡا اِلٰی کَلِمَۃٍ سَوَآءٍۢ بَیۡنَنَا وَ بَیۡنَکُمۡ اَلَّا نَعۡبُدَ اِلَّا
اللّٰہَ وَ لَا نُشۡرِکَ بِہٖ شَیۡئًا وَّ لَا یَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا
اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَقُوۡلُوا اشۡہَدُوۡا
بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Katakanlah:
“Hai Ahlul Kitab, marilah kepada satu kalimat yang sama di antara kami dan
kamu, bahwa kita tidak menyembah
kecuali kepada Allah, dan tidak pula
kita mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan sebagian
kita tidak menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah.”
فَاِنۡ
تَوَلَّوۡا فَقُوۡلُوا اشۡہَدُوۡا بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ -- Tetapi jika mereka berpaling maka katakanlah: “Jadi sak-silah bahwa sesungguhnya
kami orang-orang yang berserah diri kepada Allah.” (Ali
‘Imran [3]:65).
Tidak Boleh Ada Kompromi Berkenaan dengan Allah Swt. dan
Ajaran Islam (Al-Quran)
Ayat ini dengan keliru dianggap oleh sementara orang
seakan-akan mem-berikan dasar untuk
mencapai suatu kompromi antara Islam di satu pihak dan Kristen serta agama Yahudi di lain pihak. Dikemukakan sebagai alasan bahwa bila agama-agama tersebut pun mengajarkan dan
menanamkan Keesaan Tuhan, maka ajaran Islam lainnya yang dianggap menduduki tempat kedua dalam kepentingannya,
sebaiknya ditinggalkan saja.
Sulit dimengerti bahwa gagasan kompromi dalam urusan
agama pernah dianjurkan dengan kaum yang dalam ayat-ayat sebelum ayat ini dikutuk dengan sangat keras atas kepalsuan kepercayaan mereka dan ditantang begitu hebat untuk bermubahalah.
Nabi Besar Muhammad saw. dalam menulis surat dakwah kepada Heraclius memakai ayat ini pula, malahan mendesak Heraclius supaya menerima Islam dan mengancamnya dengan
ancaman azab Ilahi, bila ia menolak
berbuat demikian (Bukhari). Hal itu tak ayal lagi
menunjukkan bahwa kepercayaannya
terhadap Keesaan Tuhan semata-mata,
menurut Nabi Besar Muhammad saw. tidak
dapat menyelamatkan Heraclius dari azab Ilahi.
Memang ayat ini dimaksudkan untuk
menyarankan satu cara yang mudah dan sederhana yang dengan itu orang-orang Yahudi dan Kristen dapat sampai kepada keputusan yang tepat mengenai kebenaran Islam dan Nabi Besar Muhammad
saw. Kaum Kristen, kendatipun mengaku beriman
kepada Tauhid Ilahi, percaya pula
kepada ketuhanan Isa, dan orang-orang Yahudi — sungguhpun mengaku berpegang kuat kepada Tauhid — mereka mengikuti dengan membuta rahib-rahib
dan ulama-ulama mereka, dan dengan
demikian seolah-olah menempatkan
mereka dalam kedudukan yang sama
dengan Tuhan sendiri (QS.9:30-33).
Ayat ini menyuruh kedua golongan itu kembali kepada kepercayaan asal mereka, yakni Tauhid Ilahi, dan meninggalkan penyembahan tuhan-tuhan palsu yang
menjadi perintang bagi mereka untuk masuk Islam. Jadi, bukan
mencari kompromi dengan agama-agama itu, melainkan ayat ini
sesungguhnya mengajak para pengikut agama itu untuk menerima Islam dan Nabi Besar Muhammad saw. dengan menarik
perhatian mereka kepada Tauhid
yang sedikitnya -- dalam bentuk lahir
-- merupakan akidah pokok yang
sama pada agama-agama tersebut,
dapat berlaku sebagai satu dasar
titik-temu untuk penyelidikan atau
untuk melakukan diskusi lebih lanjut.
Tidak Boleh Ada Paksaan
dan Tindak Kekerasan Dalam Menda’wahkan Islam (Al-Quran)
Secara sambil lalu baiklah di sini diperhatikan, bahwa surat Nabi Besar
Muhammad saw. kepada Kaisan Romawi, Hiraclius, yang disebut oleh Bukhari dan ahli-ahli hadist lainnya, dan
beberapa kepala pemerintahan lain — Muqauqis, raja muda Mesir itu satu dari
antara mereka — disusun dengan kata-kata dari ayat ini dan mengajak mereka
untuk menerima Islam, akhir-akhir ini
telah ditemukan dan ternyata mengandung kata-kata yang persis dikutip oleh Bukhari (The Review of Religions.
jilid V, no. 8). Hal itu mengandung bukti kuat mengenai keotentikan Bukhari dan pula kita-kitab hadits lainnya yang telah
diakui.
Karena tujuan
utama da’wah Islam adalah untuk mengajak
para pengikut agama-agama selain Islam kepada ajaran utama para Rasul Allah
yang mengajarkan (membawa) agama-agama tersebut, karena itu ajaran
Islam – sebagaimana yang disunnahkan
oleh Nabi Besar Muhammad saw. -- tidak pernah melakukan pemaksaan atau pun tindak
kekerasan dalam menyampaikan da’wah
Islam kepada pihak lain yang dida’wahi (QS.2:257; QS.10:100;
QS.11:119; QS.18:30; QS.76:4), mengenai hal tersebut berikut adalah firman-Nya kepada Nabi Besar
Muhammad saw.:
وَ اِنۡ اَحَدٌ مِّنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ
اسۡتَجَارَکَ فَاَجِرۡہُ حَتّٰی یَسۡمَعَ کَلٰمَ اللّٰہِ
ثُمَّ اَبۡلِغۡہُ مَاۡمَنَہٗ ؕ ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ
قَوۡمٌ لَّا یَعۡلَمُوۡنَ ٪﴿﴾
Dan jika salah seorang di antara orang-orang musyrik
meminta perlindungan kepada engkau, berilah dia perlindungan hingga dia
dapat mendengar firman Allah, kemudian bila tidak cenderung untuk
beriman sam-paikanlah dia ke tempatnya yang aman, hal itu karena mereka kaum yang tidak mengetahui (At-Taubah [9]:6).
Ayat ini dengan jelas membuktikan
kenyataan bahwa perang terhadap kaum musyrik dilancarkan, bukan dengan tujuan memaksa mereka memeluk Islam, sebab menurut ayat itu, bahkan di masa berlakunya keadaan perang pun, orang-orang
musyrik diizinkan datang ke perkemahan atau markas orang-orang Islam, jika mereka ingin menyelidiki kebenaran.
Kemudian, setelah kebenaran
itu diajarkan kepada mereka dan mereka telah mengenal ajaran Islam, mereka harus diantarkan ke tempat keamanan mereka, seandainya
mereka tidak merasa cenderung untuk memeluk Islam. Di hadapan ajaran-ajaran yang begitu jelas,
sangatlah tidak adil melancarkan tuduhan bahwa Islam tidak
toleran atau mempergunakan kekerasan
atau membiarkan — seolah-olah tidak melihat
— kekerasan dipakai sebagai
alat da’wahnya.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 23 Mei
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar