Minggu, 10 Mei 2015

Kejeniusan Qarun dan Kejeniusan Kaum-kaum Purbakala Membuat Mereka Meniukar "Kehidupan Akhirat" yang Abadi dengan "Kehidupan Dunia" yang Fana (Tidak Kekal)




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 47

    
Kejeniusan Qarun dan Kejeniusan Kaum-kaum Purbakala Membuat Mereka Menukar Kehidupan Akhirat yang Abadi dengan Kehidupan Dunia  yang Fana (Tidak kekal)
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

 
D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai  kehancuran  yang menimpa kaum Sabā’ yang tidak bersyukur kepada Allah  Swt.:
وَ لَقَدۡ صَدَّقَ عَلَیۡہِمۡ  اِبۡلِیۡسُ ظَنَّہٗ فَاتَّبَعُوۡہُ  اِلَّا فَرِیۡقًا مِّنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَا کَانَ لَہٗ  عَلَیۡہِمۡ  مِّنۡ سُلۡطٰنٍ اِلَّا لِنَعۡلَمَ مَنۡ یُّؤۡمِنُ بِالۡاٰخِرَۃِ  مِمَّنۡ ہُوَ مِنۡہَا فِیۡ شَکٍّ ؕ وَ رَبُّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ حَفِیۡظٌ ﴿٪﴾
Dan  sungguh  iblis benar-benar telah menggenapi sangkaannya mengenai mereka,  maka  mereka mengikutinya,  اِلَّا فَرِیۡقًا مِّنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ --  kecuali segolongan dari orang-orang yang beriman.   وَ مَا کَانَ لَہٗ  عَلَیۡہِمۡ  مِّنۡ سُلۡطٰنٍ  --  Tetapi ia (iblis) sekali-kali tidak memiliki kekuasaan atas mereka,  اِلَّا لِنَعۡلَمَ مَنۡ یُّؤۡمِنُ بِالۡاٰخِرَۃِ  مِمَّنۡ ہُوَ مِنۡہَا فِیۡ شَکٍّ --  melainkan supaya Kami dapat mengetahui orang-orang yang beriman kepada akhirat dari orang-orang yang   dalam keraguan mengenainya, وَ رَبُّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ حَفِیۡظٌ  --  dan Rabb (Tuhan) engkau adalah Pemelihara atas segala sesuatu  (As-Sabā’ [34]:21-22).
          Orang-orang Sabā’ dengan perbuatan durhaka mereka menggenapi sangkaan  Iblis syaitan bahwa ia akan berhasil menyesatkan mereka (QS.7:12-19; QS.17:62-66).) Penyebutan mengenai sangkaan iblis  mengenai orang-orang durhaka dan perbuatan jahat mereka ini dapat dijumpai di dalam QS.17:63; di tempat itu syaitan disebut mengatakan bahwa ia akan menyebabkan keturunan Adam binasa, kecuali sedikit dari antara mereka.

Iblis dan Syaitan Selalu Menelantarkan Manusia yang Berhasil Mereka Perdayai

       Pada hakikatnya iblis atau syaitan tidak mempunyai kekuasaan atas manusia. Adalah karena kepercayaan yang sesat dan perbuatannya yang buruk saja maka  manusia mendatangkan kehancuran dalam kehidupan ruhaninya, firman-Nya:
وَ قَالَ  الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ  اِلَّاۤ  اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ  اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ  اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ  عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan tatkala perkara itu telah diputuskan syaitan berkata: اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ   -- “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kamu suatu janji yang benar, dan aku pun menjanjikan kepada kamu tetapi aku telah menyalahinya, وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ  اِلَّاۤ  اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِی  --  dan aku  sekali-kali tidak memiliki kekuasaan apa pun atas kamu, melainkan aku telah mengajakmu lalu kamu telah mengabulkan ajakanku. فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ   --  Karena itu janganlah kamu mengecamku tetapi kecamlah diri kamu sendiri. مَاۤ  اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ  اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ --  Aku sama sekali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sama sekali tidak dapat menolongku. اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ  -- Sesungguhnya aku telah mengingkari apa yang kamu persekutukan denganku sebelumnya,  اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ  عَذَابٌ اَلِیۡمٌ  -- sesungguhnya orang-orang yang zalim itu bagi mereka ada azab yang pedih.” (Ibrahim [14]:23).
       Ada pun salah satu tipu-daya    -- dari sekian banyak  tipu-daya iblis terhadap manusia    -- adalah berserikat dengan manusia berkenaan dengan harta dan anak-anak (keturunan) mereka, sebagaimana firman-Nya ketika Allah Swt. mengusir iblis dari “surga keridhaan-Nya” karena menolak “sujud” (patuh-taat) kepada Adam (Khalifah Allah) bersama para malaikat:
قَالَ اذۡہَبۡ فَمَنۡ تَبِعَکَ مِنۡہُمۡ فَاِنَّ جَہَنَّمَ  جَزَآؤُکُمۡ  جَزَآءً  مَّوۡفُوۡرًا ﴿﴾  وَ اسۡتَفۡزِزۡ مَنِ اسۡتَطَعۡتَ مِنۡہُمۡ بِصَوۡتِکَ وَ اَجۡلِبۡ عَلَیۡہِمۡ بِخَیۡلِکَ وَ رَجِلِکَ وَ شَارِکۡہُمۡ فِی الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَوۡلَادِ وَ عِدۡہُمۡ ؕ وَ مَا یَعِدُہُمُ الشَّیۡطٰنُ   اِلَّا  غُرُوۡرًا ﴿﴾  اِنَّ عِبَادِیۡ  لَیۡسَ  لَکَ  عَلَیۡہِمۡ سُلۡطٰنٌ ؕ وَ کَفٰی  بِرَبِّکَ  وَکِیۡلًا  ﴿ ﴾
Dia berfirman: “Pergilah, lalu barangsiapa akan mengikuti engkau dari antara mereka maka sesungguhnya Jahannamlah balasan bagi kamu,  suatu balasan yang penuh. Dan bujuklah siapa dari antara mereka yang engkau sanggup de-ngan suara engkau, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda engkau dan pasukan berjalan-kaki engkau  وَ شَارِکۡہُمۡ فِی الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَوۡلَادِ وَ عِدۡہُمۡ  -- dan berserikatlah dengan mereka dalam harta, dan anak-anak mereka,   dan berikanlah janji-janji kepada mere-ka.  وَ مَا یَعِدُہُمُ الشَّیۡطٰنُ   اِلَّا  غُرُوۡرًا --    dan syaitan tidak menjanjikan kepada mereka selain tipu-daya.  اِنَّ عِبَادِیۡ  لَیۡسَ  لَکَ  عَلَیۡہِمۡ سُلۡطٰنٌ ؕ وَ کَفٰی  بِرَبِّکَ  وَکِیۡلًا     --  Sesungguhnya mengenai hamba-hamba-Ku, engkau tidak akan mempunyai kekuasaan  atas mereka, dan cukuplah Rabb (Tuhan) Engkau sebagai Pelindung. (Bani  Israil [17]:64-66).
        Ayat 65   menguraikan tiga macam daya-upaya yang dilakukan oleh putra-putra kegelapan untuk membujuk manusia supaya menjauhi jalan kebenaran:
     (1) mereka berusaha menakut-nakuti orang-orang miskin dan lemah dengan ancaman akan mempergunakan kekerasan terhadap mereka;
      (2) mereka mempergunakan tindakan-tindakan yang lebih keras terhadap mereka yang tidak dapat ditakut-takuti dengan cara ancaman, yaitu dengan mengadakan persekutuan-persekutuan untuk tujuan melawan mereka dan mengadakan serangan bersama terhadap mereka dengan segala cara;
        (3) mereka mencoba membujuk orang-orang kuat dan yang lebih berpengaruh dengan tawaran akan menjadikannya pemimpin mereka, asalkan mereka tidak akan membantu lagi pihak kebenaran.
        Makna ayat   اِنَّ عِبَادِیۡ  لَیۡسَ  لَکَ  عَلَیۡہِمۡ سُلۡطٰنٌ ؕ وَ کَفٰی  بِرَبِّکَ  وَکِیۡلًا     --  “sesungguhnya mengenai hamba-hamba-Ku, engkau tidak akan mempunyai kekuasaan  atas mereka, dan cukuplah Rabb (Tuhan) Engkau sebagai Pelindung,” bahwa Manusia dapat terkena oleh bujukan-bujukan syaitan selama dia belum “dibangkitkan”, yaitu selama keimanannya belum mencapai taraf yang sempurna yang disebut derajat nafs-al-Muthmainnah (jiwa yang tentram), firman-Nya:
یٰۤاَیَّتُہَا النَّفۡسُ الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿٭ۖ﴾  ارۡجِعِیۡۤ  اِلٰی  رَبِّکِ رَاضِیَۃً  مَّرۡضِیَّۃً ﴿ۚ﴾  فَادۡخُلِیۡ  فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ﴾ وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿٪﴾
Hai jiwa yang tenteram! Kembalilah kepada Rabb (Tuhan) engkau, engkau ridha kepada-Nya dan Dia pun ridha kepada engkau.  فَادۡخُلِیۡ  فِیۡ عِبٰدِیۡ -- Maka masuklah dalam golongan hamba-hamba-Ku, وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِی  --  dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr [89]:28-31).

Kejeniusan Qarun  Membuatnya   Menukar  Akhirat dengan Kehidupan Dunia  

  Ini merupakan tingkat perkembangan ruhani tertinggi ketika manusia ridha kepada Rabb-nya (Tuhan-nya) dan Tuhan pun ridha kepadanya (QS.58:23). Pada tingkat ini yang disebut pula tingkat surgawi, ia menjadi kebal terhadap segala macam kelemahan akhlak, diperkuat dengan kekuatan ruhani yang khusus. Ia “manunggal” dengan Allah  Swt. dan tidak dapat hidup tanpa Dia. Di dunia inilah dan bukan sesudah mati  perubahan ruhani besar terjadi di dalam dirinya, dan di dunia inilah  dan bukan di tempat lain jalan dibukakan baginya untuk masuk ke surga.
       Salah satu contoh orang yang terbujuk tipu-daya syaitan  setelah beriman kepada Rasul Allah adalah Qarun, seorang Bani Israil yang beriman kepada Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s., tetapi kemudian murtad dan berpihak kepada Fir’aun     yang karena kejeniusannya dalam bidang pertambangan  --  maka Qarun mendapat kepercayaan sebagai pengelola pertambangan emas  di Mesir, firman-Nya:
اِنَّ قَارُوۡنَ کَانَ مِنۡ قَوۡمِ  مُوۡسٰی فَبَغٰی عَلَیۡہِمۡ ۪ وَ اٰتَیۡنٰہُ مِنَ الۡکُنُوۡزِ مَاۤ  اِنَّ مَفَاتِحَہٗ  لَتَنُوۡٓاُ بِالۡعُصۡبَۃِ  اُولِی الۡقُوَّۃِ ٭ اِذۡ  قَالَ  لَہٗ  قَوۡمُہٗ  لَا تَفۡرَحۡ  اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ ﴿﴾ وَ ابۡتَغِ  فِیۡمَاۤ  اٰتٰىکَ اللّٰہُ  الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا وَ اَحۡسِنۡ کَمَاۤ  اَحۡسَنَ اللّٰہُ  اِلَیۡکَ وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Qarun  adalah termasuk kaum Musa tetapi ia berlaku aniaya terhadap mereka. Dan Kami telah memberinya khazanah-khazanah  yang kunci-kuncinya  sa-ngat susah diangkat oleh sejumlah orang-orang kuat. اِذۡ  قَالَ  لَہٗ  قَوۡمُہٗ  لَا تَفۡرَحۡ  اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ  -- Ketika kaumnya berkata kepadanya,  Janganlah engkau terlalu bersukaria, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang terlalu bersukiaria.   وَ ابۡتَغِ  فِیۡمَاۤ  اٰتٰىکَ اللّٰہُ  الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ     -- Dan carilah rumah akhirat  itu dalam apa yang telah Allah berikan kepada engkau,  وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا  -- dan janganlah engkau melupakan nasib engkau di dunia,  وَ اَحۡسِنۡ کَمَاۤ  اَحۡسَنَ اللّٰہُ  اِلَیۡکَ  -- dan berbuat ihsanlah sebagaimana Allah telah berbuat ihsan terhadap engkau,  وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی الۡاَرۡضِ  -- dan janganlah engkau menimbulkan kerusakan di bumi,  اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡمُفۡسِدِیۡنَ  -- sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash [28]:77-78).
        Qarun adalah seorang orang kaya raya. Ia dihargai sekali oleh Fir’aun dan sangat mungkin ia bendaharanya. Agaknya ia pejabat yang mengawasi tambang-tambang mas milik Fir’aun dan seorang ahli dalam teknik penggalian mas dari tambang-tambang.  
       Bagian selatan Mesir, wilayah Qaru, terkenal dengan tambang-tambang emasnya. Karena akhiran “an” atau “on” berarti “tiang,” atau “cahaya,” maka kata majemuknya “Qur-on” berarti “tiang Qaru” dan merupakan gelar menteri pertambangan. Konon ia seorang Bani Israil dan beriman kepada Nabi Musa a.s.  tetapi   untuk mengambil hati Fir’aun agaknya ia telah menganiaya bangsanya sendiri dan berlaku sombong terhadap mereka. Sebagai akibatnya azab Ilahi menimpa dirinya dan ia binasa.
         Makna kata  mafatih dalam kalimat  “Dan Kami telah memberinya khazanah-khazanah  yang kunci-kuncinya  sangat susah diangkat oleh sejumlah orang-orang kuat” adalah jamak dari dua kata maftah dan miftah, yang pertama berarti timbunan; khazanah; dan kata yang kedua berarti anak kunci (Lexicon Lane).
         Dengan demikian kalimat tersebut bukan saja kepada mengisyaratkan kepada kekayaan yang dimiliki Qarun yang melimpah-ruah, juga kepada  keahlian Qarun dalam hal   teknik pertambangan emas serta pengelolaannya, sebagimana diakuinya sendiri:   اِنَّمَاۤ   اُوۡتِیۡتُہٗ  عَلٰی  عِلۡمٍ عِنۡدِی   -- ““Sesungguhnya ini telah diberikan-Nya kepadaku karena ilmu yang ada padaku,”” firman-Nya:
قَالَ  اِنَّمَاۤ   اُوۡتِیۡتُہٗ  عَلٰی  عِلۡمٍ عِنۡدِیۡ ؕ اَوَ لَمۡ یَعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ  قَدۡ اَہۡلَکَ مِنۡ قَبۡلِہٖ مِنَ الۡقُرُوۡنِ مَنۡ ہُوَ اَشَدُّ مِنۡہُ  قُوَّۃً وَّ اَکۡثَرُ جَمۡعًا ؕ وَ لَا یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذُنُوۡبِہِمُ  الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿﴾
Ia  berkata: “Sesungguhnya ini telah diberikan-Nya kepadaku karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah ia mengetahui bahwa  sungguh  Allah telah membinasakan banyak generasi sebelumnya  yang lebih besar kekuasaannya daripada dia dan lebih banyak harta kekayaannya? Dan  orang-orang yang berdosa tidak akan ditanyakan mengenai dosa-dosa mereka. (Al-Qashash [28]:79).

Kesuksesan Duniawi Kaum Tsamud

          Atas ketakaburan Qarun tersebut Allah Swt.  menjawab:  اَوَ لَمۡ یَعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ  قَدۡ اَہۡلَکَ مِنۡ قَبۡلِہٖ مِنَ الۡقُرُوۡنِ مَنۡ ہُوَ اَشَدُّ مِنۡہُ  قُوَّۃً وَّ اَکۡثَرُ جَمۡعًا  -- “Tidakkah ia mengetahui bahwa  sungguh  Allah telah membinasakan banyak generasi sebelumnya yang lebih besar kekuasaannya daripada dia dan lebih banyak harta kekayaannya?”
       Makna ayat selanjutnya: وَ لَا یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذُنُوۡبِہِمُ  الۡمُجۡرِمُوۡنَ    – “Dan   orang-orang yang berdosa tidak akan ditanyakan mengenai dosa-dosa mereka,” bahwa kesalahan kaum kafir akan begitu nyata sehingga pengusutan lebih lanjut akan dianggap tidak perlu untuk membuktikannya; atau artinya ialah orang-orang yang bersalah tidak akan diberi peluang membela diri, karena dosa-dosa dan keburukan-keburukan mereka telah begitu nyata sekali. Itulah sebabnya Allah Swt. langsung membinasakan mereka dengan azab yang sebelumnya diperingatkan Rasul Allah kepada mereka.
         Ucapan kaumnya kepada Qarun dalam ayat sebelumnya sangat menarik untuk disimak, yakni:  اِذۡ  قَالَ  لَہٗ  قَوۡمُہٗ  لَا تَفۡرَحۡ  اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ  -- Ketika kaumnya berkata kepadanya,  Janganlah engkau terlalu bersukaria, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang terlalu bersukaria.”
        Kata faraha  artinya bergembira-ria atau bersuka-ria atau berbangga diri dengan apa yang mereka  miliki, mengenai hal tersebut  berikut ini adalah ucapan Nabi Shalih a.s. kepada kaumnya yakni kaum Tsamud:
کَذَّبَتۡ ثَمُوۡدُ  الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ۚۖ  اِذۡ قَالَ لَہُمۡ اَخُوۡہُمۡ صٰلِحٌ  اَلَا تَتَّقُوۡنَ ﴿﴾ۚ  اِنِّیۡ   لَکُمۡ  رَسُوۡلٌ اَمِیۡنٌ ﴿﴾ۙ  فَاتَّقُوا اللّٰہَ  وَ اَطِیۡعُوۡنِ ﴿﴾ۚ  وَ مَاۤ  اَسۡـَٔلُکُمۡ عَلَیۡہِ مِنۡ اَجۡرٍ ۚ اِنۡ اَجۡرِیَ   اِلَّا عَلٰی  رَبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ؕ
Kaum Tsamud  telah mendustakan rasul-rasul,   ketika  Shalih, saudara mereka  berkata kepada mereka: “Tidakkah kamu mau bertakwa? اِنِّیۡ   لَکُمۡ  رَسُوۡلٌ اَمِیۡنٌ --   Sesungguhnya aku bagi kamu seorang rasul yang terpercaya,   maka bertakwalah kepada Allah, dan taatlah kepadaku.    Dan aku sekali-kali tidak meminta upah dari kamu untuk itu, sesungguhnya ganjaranku hanyalah pada Rabb (Tuhan) seluruh alam  (Asy-Syu’arā [26]:142-146)
      Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya membicarakan suku bangsa Tsamud. Menurut Futuh asy-Syam, mereka suatu bangsa gagah perkasa. Kekuasaan dan kedaulatan mereka telah meluas dari Basrah sebuah kota di Siria sampai Aden. Mereka sudah sangat maju  dalam bidang pertanian dan seni bangunan, dan merupakan suatu kaum yang sangat tinggi peradaban dan kebudayaannya. Suku bangsa ini telah disebut-sebut oleh ahli-ahli sejarah Yunani. Mereka diletakkan dalam masa yang tidak lama sebelum zaman Masehi.
       Hijr atau Agra, sebagaimana mereka sebutkan, dikatakan sebagai tanah air mereka. Al-Hijr yang juga telah dikenal sebagai Madaini Shalih (Kota-kota Shalih) dan yang agaknya telah menjadi ibukota negeri bangsa ini, terletak di antara Medinah dan Tabuk, dan lembah di  mana kota itu terletak, disebut Wadi Qura. Al-Quran menggambarkan mereka sebagai keturunan langsung kaum ‘Ād (QS.7:75).

Makna Lain Fārihin  yaitu Keahlian Khusus

        Patut diperhatikan, bahwa kisah Nabi Nuh a.s., Nabi Hud a.s., dan Nabi Shalih a.s., telah diberikan pada berbagai tempat dalam Al-Quran; dan di mana-mana urutannya sama, yakni, kisah Nabi Nuh a.s.  mendahului kisah Nabi Hud a.s., dan kisah Nabi Hud a.s.  mendahului kisah Nabi Shalih a.s.,  yang merupakan urutan kronologis (urutan waktu) yang sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Quran, dengan tepat dan sesuai urutan sejarah menerangkan kenyataan-kenyataan sejarah dari masa jauh silam lagi terlupakan dan sama sekali tertutup oleh kabut kesamaran. Nabi Shalih a.s. melanjutkan peringatannya:
 اَتُتۡرَکُوۡنَ  فِیۡ  مَا ہٰہُنَاۤ  اٰمِنِیۡنَ ﴿﴾ۙ  فِیۡ  جَنّٰتٍ  وَّ عُیُوۡنٍ ﴿﴾ۙ  وَّ  زُرُوۡعٍ  وَّ  نَخۡلٍ طَلۡعُہَا ہَضِیۡمٌ﴿﴾ۚ  وَ تَنۡحِتُوۡنَ مِنَ الۡجِبَالِ بُیُوۡتًا فٰرِہِیۡنَ﴿﴾ۚ  فَاتَّقُوا اللّٰہَ  وَ اَطِیۡعُوۡنِ ﴿﴾ۚ  وَ لَا تُطِیۡعُوۡۤا  اَمۡرَ  الۡمُسۡرِفِیۡنَ ﴿﴾ۙ  الَّذِیۡنَ یُفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا یُصۡلِحُوۡنَ ﴿﴾  قَالُوۡۤا  اِنَّمَاۤ   اَنۡتَ مِنَ  الۡمُسَحَّرِیۡنَ ﴿﴾ۚ  مَاۤ  اَنۡتَ اِلَّا بَشَرٌ مِّثۡلُنَا ۚۖ فَاۡتِ بِاٰیَۃٍ  اِنۡ  کُنۡتَ مِنَ  الصّٰدِقِیۡنَ ﴿﴾
“Apakah kamu akan dibiarkan tinggal di sini dengan aman,    di tengah kebun-kebun dan mata air-mata air,   dan ladang-ladang serta  pohon-pohon kurma dengan mayangnya yang hampir patah karena lebat?    تَنۡحِتُوۡنَ مِنَ الۡجِبَالِ بُیُوۡتًا فٰرِہِیۡنَ وَ --  Dan kamu memahat  bagian gunung-gunung sebagai rumah-rumah untuk kemegahan?  فَاتَّقُوا اللّٰہَ  وَ اَطِیۡعُوۡنِ -- maka bertakwalah kepada Allah  dan taatlah kepadaku.   Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melampaui batas,  yaitu orang-orang yang melakukan kerusuhan di bumi dan mereka tidak mengadakan perbaikan.”  قَالُوۡۤا  اِنَّمَاۤ   اَنۡتَ مِنَ  الۡمُسَحَّرِیۡنَ  -- Mereka berkata: “Sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang terkena sihir. مَاۤ  اَنۡتَ اِلَّا بَشَرٌ مِّثۡلُنَا  -- Engkau tidak lain melainkan seorang laki-laki seperti kami, فَاۡتِ بِاٰیَۃٍ  اِنۡ  کُنۡتَ مِنَ  الصّٰدِقِیۡنَ --  maka datangkanlah satu Tanda jika engkau termasuk orang-orang yang benar.”  (Asy-Syu’arā [26]:147-155)
        Jadi, fārihīn dalam ayat     تَنۡحِتُوۡنَ مِنَ الۡجِبَالِ بُیُوۡتًا فٰرِہِیۡنَ وَ --  dan kamu memahat bagian gunung-gunung sebagai rumah-rumah untuk kemegahan?”   selain  artinya bersuka-ria atau bergembira-ria atau bermegah-diri atau berbangga diri atau bermegah diri, juga berarti   keahlian dan kemahiran yang tinggi (Lexicon Lane). 
       Sehubungan bermacam-macam makna  fārihīn tersebut, karena bangga atas keahliannya  maka Qarun pun telah berkata kepada kaumnya mengenai kesuksesan duniawinya yang diraihnya:
قَالَ  اِنَّمَاۤ   اُوۡتِیۡتُہٗ  عَلٰی  عِلۡمٍ عِنۡدِیۡ ؕ اَوَ لَمۡ یَعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ  قَدۡ اَہۡلَکَ مِنۡ قَبۡلِہٖ مِنَ الۡقُرُوۡنِ مَنۡ ہُوَ اَشَدُّ مِنۡہُ  قُوَّۃً وَّ اَکۡثَرُ جَمۡعًا ؕ وَ لَا یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذُنُوۡبِہِمُ  الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿﴾
Ia  berkata: “Sesungguhnya ini telah diberikan-Nya kepadaku karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah ia mengetahui bahwa  sungguh  Allah telah membinasakan banyak generasi sebelumnya  yang lebih besar kekuasaannya daripada dia dan lebih banyak harta kekayaannya? Dan  orang-orang yang berdosa tidak akan ditanyakan mengenai dosa-dosa mereka. (Al-Qashash [28]:79).

Makna Hazhzhim ‘Azhim

      Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai ketakaburan Qarun di hadapan kaumnya:
فَخَرَجَ عَلٰی قَوۡمِہٖ فِیۡ زِیۡنَتِہٖ ؕ قَالَ الَّذِیۡنَ یُرِیۡدُوۡنَ الۡحَیٰوۃَ  الدُّنۡیَا یٰلَیۡتَ لَنَا مِثۡلَ مَاۤ  اُوۡتِیَ  قَارُوۡنُ ۙ اِنَّہٗ  لَذُوۡ حَظٍّ عَظِیۡمٍ ﴿﴾ وَ قَالَ الَّذِیۡنَ  اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ وَیۡلَکُمۡ ثَوَابُ اللّٰہِ خَیۡرٌ  لِّمَنۡ  اٰمَنَ وَ عَمِلَ صَالِحًا ۚ وَ لَا  یُلَقّٰہَاۤ   اِلَّا الصّٰبِرُوۡنَ ﴿﴾
Maka ia keluar  di hadapan kaumnya dengan perhiasannya. Berkata orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: یٰلَیۡتَ لَنَا مِثۡلَ مَاۤ  اُوۡتِیَ  قَارُوۡنُ  -- “Alangkah baiknya, apabila kami pun mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun!  اِنَّہٗ  لَذُوۡ حَظٍّ عَظِیۡمٍ  -- Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai bagian harta yang besar.”     Tetapi orang-orang yang diberi pengetahuan berkata: “Celakalah kamu, ganjaran dari Allah adalah lebih baik bagi siapa yang beriman dan beramal saleh,  وَ لَا  یُلَقّٰہَاۤ   اِلَّا الصّٰبِرُوۡنَ  -- dan itu tidak akan diberikan kecuali kepada orang-orang yang sabar.”  (Al-Qashash [28]:81-82).
        Para pecinta kehidupan duniawi menyebut keberhasilan duniawi  yang diraih oleh orang-orang duniawi  seperti Qarun sebagai  حَظٍّ عَظِیۡم   yakni  orang  yang mendapat bagian besar dalam kebaikan atau  yang  bernasib sangat mujur atau yang bernasib sangat baik  atau yang sangat beruntung. Tetapi orang-orang yang berilmu – yakni yang memiliki makrifat Ilahi   --  berkata:  وَیۡلَکُمۡ ثَوَابُ اللّٰہِ خَیۡرٌ  لِّمَنۡ  اٰمَنَ وَ عَمِلَ صَالِحًا -- Celakalah kamu, ganjaran dari Allah adalah lebih baik bagi siapa yang beriman dan beramal saleh,  وَ لَا  یُلَقّٰہَاۤ   اِلَّا الصّٰبِرُوۡنَ  -- dan itu tidak akan diberikan kecuali kepada orang-orang yang sabar.”  (Al-Qashash [28]:81-82).
          Sebutan   حَظٍّ عَظِیۡم   yakni orang yang mendapat bagian besar dalam kebaikan     atau  yang bernasib sangat mujur atau yang bernasib sangat baik  atau yang sangat beruntung tersebut dapat pula dikenakan kepada  orang-orang yang berhasil meraih kesuksesan duniawi  seperti Qarun,  tetapi yang melaksanakan nasihat dari orang-orang yang diberi ilmu (marifat Ilahi) tersebut, yakni mereka memanfaatkan kesuksesan duniawinya tersebut untuk mencari rumah  serta berbuat ihsan kepada sesama hamba Allah,  firman-Nya:
اِنَّ قَارُوۡنَ کَانَ مِنۡ قَوۡمِ  مُوۡسٰی فَبَغٰی عَلَیۡہِمۡ ۪ وَ اٰتَیۡنٰہُ مِنَ الۡکُنُوۡزِ مَاۤ  اِنَّ مَفَاتِحَہٗ  لَتَنُوۡٓاُ بِالۡعُصۡبَۃِ  اُولِی الۡقُوَّۃِ ٭ اِذۡ  قَالَ  لَہٗ  قَوۡمُہٗ  لَا تَفۡرَحۡ  اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ ﴿﴾ وَ ابۡتَغِ  فِیۡمَاۤ  اٰتٰىکَ اللّٰہُ  الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا وَ اَحۡسِنۡ کَمَاۤ  اَحۡسَنَ اللّٰہُ  اِلَیۡکَ وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Qarun  adalah termasuk kaum Musa tetapi ia berlaku aniaya terhadap mereka. Dan Kami telah memberinya khazanah-khazanah  yang kunci-kuncinya  sangat susah diangkat oleh sejumlah orang-orang kuat. اِذۡ  قَالَ  لَہٗ  قَوۡمُہٗ  لَا تَفۡرَحۡ  اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ  -- Ketika kaumnya berkata kepadanya,  Janganlah engkau terlalu bersukaria, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang terlalu bersukiaria.   وَ ابۡتَغِ  فِیۡمَاۤ  اٰتٰىکَ اللّٰہُ  الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ     -- Dan carilah rumah akhirat  itu dalam apa yang telah Allah berikan kepada engkau,  وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا  -- dan janganlah engkau melupakan nasib engkau di dunia,  وَ اَحۡسِنۡ کَمَاۤ  اَحۡسَنَ اللّٰہُ  اِلَیۡکَ  -- dan berbuat ihsanlah sebagaimana Allah telah berbuat ihsan terhadap engkau,  وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی الۡاَرۡضِ  -- dan janganlah engkau menimbulkan kerusakan di bumi,  اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡمُفۡسِدِیۡنَ  -- sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash [28]:77-78).
       Mengisyaratkan kepada hal itu pulalah doa yang diajarkan Allah Swt. berikut ini, firman-Nya:
 وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّقُوۡلُ رَبَّنَاۤ  اٰتِنَا فِی الدُّنۡیَا حَسَنَۃً  وَّ فِی الۡاٰخِرَۃِ حَسَنَۃً  وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ نَصِیۡبٌ مِّمَّا کَسَبُوۡا ؕ وَ اللّٰہُ  سَرِیۡعُ  الۡحِسَابِ ﴿﴾
Dan  di antara mereka ada yang mengatakan: “Ya Rabb (Tuhan} kami, berilah kami segala yang baik di dunia dan segala yang baik di akhirat, dan peliharalah kami dari azab Api.”   Mereka inilah yang akan memperoleh bagian sebagai pahala dari apa yang mereka usahakan, dan Allah Mahacepat dalam menghisab. (Al-Baqarah [2]:202).

Kesuksesasan Duniawi Tidak Memberi Perlindungan  Seperti “Sarang Laba-laba

       Pendek kata, keberhasilan duniawi  yang bagaimana pun  yang diraih oleh seseorang atau pun oleh suatu bangsa,   apabila  hanya untuk sekedar membanggakan diri serta memuaskan syahwat  belaka, maka mereka  tidak layak disebut  ذُوۡ حَظٍّ عَظِیۡمٍ  -- yang memiliki  bagian besar dalam kebaikan atau    yang bernasib sangat mujur atau yang bernasib sangat baik  atau yang sangat beruntung, sebab menurut Allah Swt.  surga duniawi” mereka    sangat lemah seperti “sarang laba-laba” ketika azab Ilahi menimpa mereka, firman-Nya:
َ قَارُوۡنَ وَ فِرۡعَوۡنَ وَ ہَامٰنَ ۟ وَ لَقَدۡ جَآءَہُمۡ  مُّوۡسٰی بِالۡبَیِّنٰتِ فَاسۡتَکۡبَرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ وَ مَا کَانُوۡا سٰبِقِیۡنَ ﴿ۚۖ﴾  فَکُلًّا  اَخَذۡنَا بِذَنۡۢبِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ اَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِ حَاصِبًا ۚ وَ  مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَخَذَتۡہُ  الصَّیۡحَۃُ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ خَسَفۡنَا بِہِ الۡاَرۡضَ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ  اَغۡرَقۡنَا ۚ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ  لِیَظۡلِمَہُمۡ  وَ لٰکِنۡ  کَانُوۡۤا  اَنۡفُسَہُمۡ  یَظۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan Kami  membinasakan   Qarun, Fir’aun dan Haman. Dan  sungguh  Musa benar-benar telah datang kepada mereka dengan Tanda-tanda yang nyata  tetapi mereka berlaku sombong di bumi dan mereka sekali-kali tidak dapat melepaskan diri dari azab Kami.   Maka setiap orang dari mereka Kami tangkap karena dosanya,  di antara mereka ada yang Kami kirim kepadanya badai pasir, di antara mereka ada yang disambar oleh petir,  di antara mereka ada  yang Kami benamkan  di bumi, di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak berbuat zalim terhadap mereka, tetapi mereka  menzalimi  diri mereka sendiri  (Al-Ankabūt [29]:40-41).
        Al-Quran telah mempergunakan berbagai kata dan ungkapan untuk hukuman atau azab Ilahi yang ditimpakan kepada lawan-lawan berbagai nabi Allah pada zamannya masing-masing.  Azab yang melanda kaum ‘Ād digambarkan sebagai badai pasir (QS.41:17; QS.54:20; dan QS.69:7); yang menimpa kaum Tsamud sebagai gempa bumi (QS.7:79); ledakan (QS.11:68; QS.54:32), halilintar (QS.41:18), dan ledakan dahsyat (QS.69:6); azab yang menghancurkan umat Nabi Luth a.s.   sebagai hujan batu-batu tanah (QS.11:83; QS.15:75); badai batu (QS.54:35); dan azab yang menimpa Midian, kaum Nabi Syu’aib a.s. adalah gempa bumi (QS.7:92; QS.29:38); ledakan (QS.11:95); dan azab pada hari siksaan yang mendatang (QS.26:190).
       Terakhir dari semua itu ialah azab Ilahi yang menimpa Fir’aun dan lasykarnya serta pembesar-pembesarnya yang gagah-perkasa, Haman dan Qarun (Qorah), dan membinasakan mereka sampai hancur-luluh, telah digambarkan dengan ungkapan, “Kami ........ tenggelamkan pengikut-pengikut Fir’aun” (QS.2:51; QS.7:137; dan QS.17:104), dan “Kami menyebabkan bumi menelannya” (QS.28:82).

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 6  Mei    2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar