بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 90
Hubungan Tauhid
Ilahi dengan Persaudaraan Umat
Manusia Dalam Keberagaman Ras, Warna
Kulit dan Bahasa & Makna Lain “Kemusyrikan” dan “Kemurtadan”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya
telah dibahas mengenai keberagaman
umat manusia dalam hal ras, warna
kulit serta bahasa, kenyataan
tersebut tidak dapat disebut pertentangan di kalangan manusia melainkan termasuk ikhtilaf (perbedaan), sebab semua umat
manusia memiliki postur dan struktur tubuh yang sama, bahkan semua manusia diciptakan Allah Swt.
dalam penciptaan yang terbaik (QS.23:12-15; QS.82:7-9;
QS.87:1-4; QS.91:8-11; QS.95:1-9), firman-Nya:
وَ مِنۡ
اٰیٰتِہٖۤ اَنۡ خَلَقَکُمۡ مِّنۡ تُرَابٍ ثُمَّ اِذَاۤ اَنۡتُمۡ
بَشَرٌ تَنۡتَشِرُوۡنَ ﴿﴾ وَ مِنۡ اٰیٰتِہٖۤ
اَنۡ خَلَقَ لَکُمۡ مِّنۡ اَنۡفُسِکُمۡ اَزۡوَاجًا لِّتَسۡکُنُوۡۤا
اِلَیۡہَا وَ جَعَلَ بَیۡنَکُمۡ
مَّوَدَّۃً وَّ رَحۡمَۃً ؕ
اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّقَوۡمٍ
یَّتَفَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ وَ مِنۡ اٰیٰتِہٖ خَلۡقُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ
اخۡتِلَافُ اَلۡسِنَتِکُمۡ وَ اَلۡوَانِکُمۡ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ
لِّلۡعٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan
dari antara Tanda-tanda-Nya ialah
bahwa Dia menciptakan kamu dari debu
kemudian tiba-tiba kamu menjadi manusia yang bertebaran di muka bumi. Dan
dari antara Tanda-tanda-Nya ialah bahwa
Dia telah menciptakan
bagi kamu jodoh-jodoh dari jenis
kamu sendiri supaya kamu memperoleh ketenteraman padanya,
dan Dia telah menjadikan di antara kamu
kecintaan dan kasih-sayang. اِنَّ فِیۡ
ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّلۡعٰلِمِیۡنَ
-- Sesungguhnya di dalam yang demikian itu ada Tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir. وَ مِنۡ اٰیٰتِہٖ
خَلۡقُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافُ اَلۡسِنَتِکُمۡ وَ اَلۡوَانِکُمۡ -- Dan dari antara Tanda-tanda-Nya adalah penciptaan
seluruh langit dan bumi serta perbedaan bahasa kamu dan warna kulit kamu. اِنَّ فِیۡ
ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّلۡعٰلِمِیۡنَ -- Sesungguh-nya dalam yang demikian itu ada Tanda-tanda bagi mereka yang berilmu (Ar-Rūm
[30]:21-23).
Tiga Dalil Keberadaan
Allah Swt.
Jika dalam ayat 21 kita membaca: “Dia
menciptakan kamu dari turāb (debu)”, maka di tempat lain manusia
dikatakan telah diciptakan dari thīn, yakni tanah liat (QS.6:3; QS.17:62; QS.23:13; QS.32:8; QS.37:12;
QS.38:72). Kejadian manusia dari debu
atau tanah kering mengisyaratkan kepada
tingkat kejadiannya yang mendahului pembentukannya dari tanah liat, mengisyaratkan kepada makanan manusia yang berasal dari tanah dan darinya tubuh
manusia memperoleh jaminan hidupnya.
Ayat ini memberikan tiga dalil untuk membuktikan adanya Tuhan yakni Allah Swt.:
(a) Tuhan telah menciptakan manusia dari debu yang nampaknya tidak mempunyai hubungan dengan kehidupan
dan tidak mempunyai sifat untuk
memberikan kehidupan;
(b) Dia telah menganugerahinya perasaan yang sangat halus dan telah menanamkan dalam fitratnya suatu hasrat
dan kedambaan untuk mencapai kemajuan dan telah menganugerahkan
kepadanya kecenderungan serta kemampuan-kemampuan mencapai tujuan yang diinginkannya;
(c) Dia telah meletakkan dalam diri
manusia keinginan untuk menyebar dan menguasai dunia dan telah memberikan kepadanya daya kekuatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan besar itu (QS.55:34).
Ayat 22 Kecintaan
di antara laki-laki dan perempuan menjurus kepada pembiakan dan kelanjutan hidup makhluk manusia pada permukaan bumi. Hal itu
menunjukkan adanya suatu perencanaan
dan suatu tujuan tertentu di balik perencanaan itu dan adanya Sang Perencana dan juga adanya kehidupan yang lebih baik dan lebih
sempurna sesudah kehidupan di dunia
ini yakni di akhirat.
Ayat 23 menjelaskan bahwa kemajuan manusia sangat erat hubungannya
dengan adanya perbedaan-perbedaan
dalam bahasa dan warna kulit. Adanya perbedaan-perbedaan
itu mengisyaratkan kepada adanya suatu perencanaan dan suatu Perencana.
Sang Perencana
itu ialah Sang Pencipta seluruh
langit dan bumi yakni Allah Swt.. Di
balik perbedaan bahasa dan warna kulit, yang mengakibatkan bercorak-ragamnya peradaban dan kebudayaan ada kesatuan — yakni kesatuan
umat manusia. Dan “kesatuan umat
manusia” itu menjurus kepada kesimpulan
yang tidak dapat dihindarkan yaitu Ke-ESA-an
Sang Pencipta-nya yaitu Allah Swt.
Nah, perbedaan-perbedaan tersebut menyangkut juga masalah pemahaman manusia, baik berkenaan dengan
masalah keagamaan (ruhani) mapun keduniaan (duniawi), dan tujuan
atau hikmah dari adanya berbagai perbedaan
tersebut -- bukan pertentangan -- menurut
Allah Swt. adalah لِتَعَارَفُوۡا -- supaya kamu dapat saling mengenal,” yaitu untuk saling mempelajari serta memperoleh manfaat dari berbagai kelebihan dan ke-khas-an atau keistimewaan
pihak-pihak lain, bukan untuk dijadikan bahan pertengkaran dan perpecahan
umat karena masing-masing menganggap lebih unggul dari yang
lainnya, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ وَّ اُنۡثٰی وَ جَعَلۡنٰکُمۡ
شُعُوۡبًا وَّ قَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوۡا ؕ اِنَّ
اَکۡرَمَکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ اَتۡقٰکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌ خَبِیۡرٌ
﴿ ﴾
Hai manusia, sesungguhnya Kami
telah menciptakan kamu dari laki-laki
dan perempuan, وَ جَعَلۡنٰکُمۡ
شُعُوۡبًا وَّ قَبَآئِلَ -- dan Kami telah menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku لِتَعَارَفُوۡا -- supaya kamu dapat saling mengenal. اِنَّ
اَکۡرَمَکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ اَتۡقٰکُمۡ -- Sesungguhnya yang
paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah yang paling
bertakwa di antara kamu. اِنَّ اللّٰہَ
عَلِیۡمٌ خَبِیۡرٌ -- Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui, Maha Waspada (Al-Hujurāt [49]:14).
Khutbah Nabi Besar Muhammad Saw. Pada Waktu
Haji Wada & Persaudaraan Umat Manusia
Sesudah membahas masalah persaudaraan dalam Islam pada dua ayat sebe-lumnya (QS.49:13-13), ayat ini meletakkan dasar persaudaraan yang melingkupi dan meliputi seluruh umat manusia. Pada hakikatnya, ayat ini merupakan “Magna
Charta” - piagam persaudaraan dan
persamaan umat manusia.
Ayat ini menumbangkan
rasa dan sikap lebih unggul semu lagi
bodoh, yang lahir dari keangkuhan rasial atau kesombongan nasional. Karena umat manusia sama-sama diciptakan dari jenis laki-laki dan perempuan, maka sebagai makhluk manusia
semua orang telah dinyatakan sama dalam
pandangan Allah Swt..
Harga seseorang tidak dinilai oleh warna
kulitnya, jumlah harta miliknya, oleh pangkatnya
atau kedudukannya dalam masyarakat, keturunan atau asal-usulnya, melainkan oleh keagungan
akhlaknya dan oleh caranya melaksanakan
kewajiban kepada Allah dan manusia:
اِنَّ اَکۡرَمَکُمۡ
عِنۡدَ اللّٰہِ اَتۡقٰکُمۡ -- Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa di antara kamu.”
Seluruh keturunan manusia,
tidak lain hanya suatu keluarga belaka.
Pembagian suku-suku bangsa, bangsa-bangsa dan rumpun-rumpun bangsa dimaksudkan untuk memberikan kepada mereka saling pengertian yang lebih bai terhadap satu-sama lain, agar mereka dapat saling mengambil manfaat dari kepribadian serta sifat-sifat baik bangsa-bangsa itu masing-masing.
Pada peristiwa Haj terakhir di
Mekkah, tidak lama sebelum Nabi Besar Muhammad saw. wafat,
beliau saw. khutbah di hadapan sejumlah besar orang-orang Muslim dengan mengatakan:
“Wahai
sekalian manusia! Tuhan kamu itu Esa dan bapak-bapak kamu satu jua. Seorang orang Arab tidak mempunyai kelebihan
atas orang-orang non Arab. Seorang kulit putih sekali-kali tidak mempunyai
kelebihan atas orang-orang berkulit merah, begitu pula sebaliknya seorang
kulit merah tidak mempunyai kelebihan
apa pun di atas orang berkulit putih,
melainkan kelebihannya ialah sampai
sejauh mana ia melaksanakan kewajibannya
terhadap Allah dan manusia. اِنَّ اَکۡرَمَکُمۡ
عِنۡدَ اللّٰہِ اَتۡقٰکُمۡ -- Orang yang paling mulia di antara kamu sekalian pada pandangan Allah ialah yang paling
bertakwa di antara kamu” (Baihaqi).
Pentingnya Berpegang Teguh
Pada “Tali Allah” &
Sabda agung ini menyimpulkan cita-cita paling luhur dan asas-asas paling kuat. Di tengah suatu masyarakat yang terpecah-belah
dalam kelas-kelas yang berbeda
itulah, Nabi Besar Muhammad saw. mengajarkan
asas yang sangat demokratis yang diabadikan dalam firman-Nya yang lain:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا
اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا
تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ
اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ
عَلَیۡکُمۡ اِذۡ
کُنۡتُمۡ
اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ
بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ
فَاَصۡبَحۡتُمۡ
بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا
حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ
فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ
لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ لَعَلَّکُمۡ
تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dengan takwa yang
sebenar-benarnya, dan janganlah sekali-kali kamu mati kecuali
kamu dalam keadaan berserah diri. وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا -- Dan berpegangteguhlah
ka-mu sekalian pada tali Allah, dan janganlah
kamu berpecah-belah, dan ingatlah
akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu
dahulu bermusuh-musuhan, lalu Dia
menyatukan hati kamu dengan kecintaan antara satu sama lain maka dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi
bersaudara, dan kamu dahulu berada
di tepi jurang Api lalu Dia menyelamatkan kamu darinya.
Demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya
kepada kamu supaya kamu mendapat
petunjuk (Âli ‘Imran [3]:103-104).
Karena – sesuai sabda Nabi Besar Muhammad
saw. – itu hendaknya menjadikan ikhtilāf
(perbedaan pendapat) dalam masalah
apa pun sebagai rahmat Allah Swt., sabda
Nabi Besar Muhammad saw. tersebut jangan
diubah menjadi penyebab turunnya laknat Allah Swt., akibat pihak-pihak
yang memperuncing berbagai perbedaan pendapat tersebut menjadi pertentangan pendapat, yang menjuruskan kepada terjadinya perpecahan umat atau perpecahan
bangsa, seperti yang merebak terjadi di Akhir
Zaman ini di berbagai kawasan dunia, sehingga firman Allah Swt. berikut ini
pun kembali terjadi:
ظَہَرَ
الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی النَّاسِ
لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا
لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ
کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ
کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ
لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا
مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ
یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya dirasakan
kepada mereka akibat sebagian
perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka
kembali dari kedurhakaannya. ﴿﴾ قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ -- Katakanlah: ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah
bagaimana buruknya akibat
bagi orang-orang sebelum kamu ini, کَانَ
اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ -- kebanyakan mereka
itu orang-orang musyrik.” فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ
یَوۡمٌ لَّا مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ یَّصَّدَّعُوۡنَ -- Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allah hari yang tidak dapat
dihindarkan, pada hari itu orang-orang beriman dan kafir akan terpisah. (Ar-Rūm [30]:42-44).
Akibat Buruk Semakin Jauh dari Masa Kenabian
Kata-kata “daratan dan
lautan” dapat diartikan: (a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya
hanya semata-mata berdasar pada akal
serta pengalaman manusia, dan
bangsa-bangsa yang kebudayaannya
serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi; (b) orang-orang yang
hidup di benua-benua dan orang-orang
yang hidup di pulau-pulau.
Ayat ini berarti, bahwa semua
bangsa di dunia telah menjadi rusak
sampai kepada intinya, baik secara politis, sosial maupun akhlaki,
adapun penyebabnya sama seperti di
masa (zaman) menjelang pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. yaitu karena umat
manusia telah jauh dari masa kenabian yang penuh berkah, firman-Nya:
اَلَمۡ یَاۡنِ
لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ اللّٰہِ وَ مَا
نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ
مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ
فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ
مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ
مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang
yang beriman, bahwa hati mereka
tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat kebenaran
yang telah turun kepada mereka, dan mereka
tidak menjadi seperti orang-orang yang
diberi kitab sebelumnya, maka zaman
kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, dan kebanyakan
dari mereka menjadi durhaka? اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ
مَوۡتِہَا -- Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. قَدۡ بَیَّنَّا
لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ
تَعۡقِلُوۡنَ -- Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda
kepada kamu supaya kamu mengerti (Al-Hadīd [57]:17-18).
Berikut ini adalah firman Allah Swt. mengenai orang-orang yang
menjadikan ikhtilāf (perbedaan
pendapat) menjadi pertentangan pendapat
yang kemudian mengakibatkan perpecahan umat:
فَاَقِمۡ
وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ الَّتِیۡ فَطَرَ النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ
الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ
النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾ مُنِیۡبِیۡنَ
اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ
الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾ مِنَ الَّذِیۡنَ
فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا
شِیَعًا ؕ کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ
فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah
wajah kamu kepada agama yang lurus,
yaitu fitrat Allah, yang
atas dasar itu Dia menciptakan manusia, tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah, tulah
agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui. مُنِیۡبِیۡنَ
اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ -- Kembalilah
kamu kepada-Nya dan bertakwalah
kepada-Nya, وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ لَا
تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ -- serta dirikanlah
shalat, dan janganlah kamu
termasuk orang-orang yang musyrik, مِنَ
الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ
کَانُوۡا شِیَعًا -- yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ
-- tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka (Ar-Rūm
[30]:31-33). Lihat pula QS.6:160.
Makna
Lain “Orang-orang Musyrik”
Ayat 31 menjelaskan bahwa Tuhan -- yakni Allah Swt. -- adalah Esa
dan kemanusiaan itu satu, inilah fithrat Allah dan dīnul-fithrah
— satu agama yang berakar dalam fitrat
manusia — dan terhadapnya manusia menyesuaikan diri dan berlaku secara naluri.
Di dalam agama inilah seorang bayi dilahirkan akan tetapi lingkungannya, cita-cita dan
kepercayaan-kepercayaan orang tuanya, serta didikan dan ajaran yang
diperolehnya dari mereka itu, kemudian membuat dia menjadi Yahudi, Majusi atau Kristen (Bukhari).
Selanjutnya ayat 32 menjelaskan bahwa hanya semata-mata percaya kepada Kekuasaan mutlak dan Keesaan
Tuhan -- yang sesungguhnya hal itu
merupakan asas pokok agama yang
hakiki, adalah tidak cukup – sebab suatu agama
yang benar harus memiliki peraturan-peraturan
dan perintah-perintah tertentu. Dari
semua peraturan dan perintah itu shalatlah yang harus mendapat prioritas
utama.
Lebih jauh ayat 33 menjelaskan
mengenai makna lainnya dari “orang-orang musyrik”, yakni orang-orang
yang menjadikan ikhtilāf (perbedaan
pendapat) menjadi pertentangan pendapat
yang mengakibatkan perpecahan umat, karena
penyimpangan dari agama sejati menjuruskan umat di zaman lampau kepada perpecahan dalam bentuk aliran-aliran (mazhab/firqah) yang
saling memerangi, dan menyebabkan sengketa di antara mereka: وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ لَا
تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ -- serta dirikanlah
shalat, dan janganlah kamu
termasuk orang-orang yang musyrik, مِنَ
الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ
کَانُوۡا شِیَعًا -- yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ
-- tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka (Ar-Rūm
[30]:33).
Dalam Surah lain Allah Swt. berfirman
kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai “orang-orang
musyrik” seperti itu sekali pun mereka itu menganut “agama Tauhid”:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ
کَانُوۡا شِیَعًا لَّسۡتَ مِنۡہُمۡ فِیۡ
شَیۡءٍ ؕ اِنَّمَاۤ اَمۡرُہُمۡ اِلَی اللّٰہِ ثُمَّ یُنَبِّئُہُمۡ بِمَا
کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
orang-orang
yang memecah-belah agama mereka dan menjadi golongan-golongan, engkau sedikit pun tidak mempunyai kepentingan dengan mereka. Sesungguhnya urusan
mereka terserah kepada Allah, kemudian Dia
akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan (Al-An’ām [6]:160).
“Kemurtadan” yang Tidak Disadari Umat Beragama & Munculnya “Hizbullah” (Golongan Allah)
Kata-kata, “memecahbelahkan agama mereka” berarti bahwa bilamana orang-orang beragama
mengikuti angan-angan dan khayalan sendiri maka persengketaan-persengketaan timbul di
antara mereka dan lenyaplah kesatuan
pendapat. Allah Swt. dalam
Al-Quran memperingatkan umat Islam dari “kemurtadan”
seperti itu, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا
اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا
تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ
اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ
عَلَیۡکُمۡ اِذۡ
کُنۡتُمۡ
اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ
بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ
بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا
حُفۡرَۃٍ مِّنَ
النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ
لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ لَعَلَّکُمۡ
تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan janganlah
sekali-kali kamu mati kecuali kamu
dalam keadaan berserah diri. وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا -- Dan berpegangteguhlah
kamu sekalian pada tali Allah, dan janganlah
kamu berpecah-belah, dan ingatlah
akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu
dahulu bermusuh-musuhan, lalu Dia
menyatukan hati kamu dengan kecintaan antara satu sama lain maka dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi
bersaudara, dan kamu dahulu berada
di tepi jurang Api lalu Dia menyelamatkan kamu darinya.
Demikianlah Allah menjelaskan
Ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu
mendapat petunjuk (Âli
‘Imran [3]:103-104).
Firman-Nya
lagi:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی
اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ ۙ اَذِلَّۃٍ عَلَی
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ
اللّٰہِ وَ لَا یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ
لَآئِمٍ ؕ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ وَاسِعٌ
عَلِیۡمٌ ﴿﴾ اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ
وَ ہُمۡ رٰکِعُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman, مَنۡ
یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ -- barangsiapa di antara kamu murtad
dari agamanya فَسَوۡفَ یَاۡتِی
اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ -- maka Allah
segera akan mendatangkan suatu kaum, Dia akan mencintai
mereka dan mereka pun akan
mencintai-Nya, اَذِلَّۃٍ عَلَی
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ -- mereka
akan bersikap lemah-lembut
terhadap orang-orang beriman dan keras terhadap orang-orang kafir. یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ
لَا یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ -- Mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela. ذٰلِکَ
فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ -- Itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa
yang Dia kehendaki وَ اللّٰہُ وَاسِعٌ
عَلِیۡمٌ -- dan
Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui. اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا
الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ
وَ ہُمۡ رٰکِعُوۡنَ -- Sesungguhnya pelindung kamu adalah Allah, Rasul-Nya
dan orang-orang beriman yang
senantiasa mendirikan shalat dan membayar zakat dan mereka taat kepada Allah. وَ مَنۡ
یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ
ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ -- Dan
barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan mereka yang beriman sebagai pelindung,
maka sesungguhnya jamaat
Allah pasti menang (Al-Māidah
[5]:55-57).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 28 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar