Rabu, 01 Juli 2015

Hubungan "Tauhid Ilahi" dengan "Persaudaraan Umat Manusia" Dalam Keberagaman Ras, Warna Kulit dan Bahasa & Makna Lain "Kemusyrikan" dan "Kemurtadan"



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 90

Hubungan Tauhid Ilahi dengan Persaudaraan Umat Manusia Dalam Keberagaman Ras, Warna Kulit  dan Bahasa &  Makna Lain “Kemusyrikan” dan “Kemurtadan
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai  keberagaman umat  manusia dalam hal ras, warna kulit serta bahasa, kenyataan tersebut   tidak dapat disebut  pertentangan  di kalangan manusia melainkan  termasuk ikhtilaf (perbedaan), sebab  semua umat manusia   memiliki postur dan struktur tubuh yang sama,  bahkan semua manusia diciptakan Allah Swt. dalam penciptaan yang terbaik (QS.23:12-15; QS.82:7-9; QS.87:1-4; QS.91:8-11; QS.95:1-9), firman-Nya:
وَ مِنۡ اٰیٰتِہٖۤ  اَنۡ خَلَقَکُمۡ  مِّنۡ تُرَابٍ ثُمَّ اِذَاۤ   اَنۡتُمۡ  بَشَرٌ  تَنۡتَشِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ مِنۡ اٰیٰتِہٖۤ  اَنۡ خَلَقَ لَکُمۡ مِّنۡ اَنۡفُسِکُمۡ اَزۡوَاجًا لِّتَسۡکُنُوۡۤا اِلَیۡہَا وَ جَعَلَ بَیۡنَکُمۡ  مَّوَدَّۃً  وَّ رَحۡمَۃً ؕ اِنَّ  فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ  لِّقَوۡمٍ  یَّتَفَکَّرُوۡنَ  ﴿﴾  وَ مِنۡ اٰیٰتِہٖ خَلۡقُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافُ اَلۡسِنَتِکُمۡ وَ اَلۡوَانِکُمۡ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ  لَاٰیٰتٍ  لِّلۡعٰلِمِیۡنَ ﴿﴾   
Dan dari antara Tanda-tanda-Nya ialah bahwa Dia menciptakan kamu dari debu kemudian  tiba-tiba kamu menjadi manusia yang bertebaran  di muka bumi.   Dan dari antara Tanda-tanda-Nya  ialah bahwa  Dia telah menciptakan bagi kamu jodoh-jodoh dari jenis kamu sendiri  supaya kamu memperoleh ketenteraman padanya, dan Dia telah menjadikan di antara kamu kecintaan dan kasih-sayang. اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ  لَاٰیٰتٍ  لِّلۡعٰلِمِیۡنَ  --  Sesungguhnya di dalam yang demikian itu ada Tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. وَ مِنۡ اٰیٰتِہٖ خَلۡقُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافُ اَلۡسِنَتِکُمۡ وَ اَلۡوَانِکُمۡ  --   Dan dari antara Tanda-tanda-Nya adalah penciptaan seluruh langit dan bumi serta perbedaan bahasa kamu dan warna kulit kamu. اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ  لَاٰیٰتٍ  لِّلۡعٰلِمِیۡنَ --  Sesungguh-nya dalam yang demikian itu ada Tanda-tanda bagi mereka yang berilmu   (Ar-Rūm [30]:21-23).

Tiga  Dalil Keberadaan Allah Swt.

       Jika dalam ayat 21 kita membaca: “Dia menciptakan kamu dari turāb (debu)”, maka di tempat lain manusia dikatakan telah diciptakan dari thīn, yakni tanah liat (QS.6:3; QS.17:62; QS.23:13; QS.32:8; QS.37:12; QS.38:72). Kejadian manusia dari debu atau tanah kering mengisyaratkan kepada tingkat kejadiannya yang mendahului pembentukannya dari tanah liat, mengisyaratkan kepada makanan manusia yang berasal dari tanah dan darinya tubuh manusia memperoleh jaminan hidupnya.
       Ayat ini memberikan tiga dalil untuk membuktikan adanya Tuhan yakni Allah Swt.:
    (a) Tuhan telah menciptakan manusia dari debu yang nampaknya tidak mempunyai hubungan dengan kehidupan dan tidak mempunyai sifat untuk memberikan kehidupan;
    (b) Dia telah menganugerahinya perasaan yang sangat halus dan telah menanamkan dalam fitratnya suatu hasrat dan kedambaan untuk mencapai kemajuan dan telah menganugerahkan kepadanya kecenderungan serta kemampuan-kemampuan mencapai tujuan yang diinginkannya;
      (c) Dia telah meletakkan dalam diri manusia keinginan untuk menyebar dan menguasai dunia dan telah memberikan kepadanya daya kekuatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan besar itu (QS.55:34).
     Ayat 22  Kecintaan di antara laki-laki dan perempuan menjurus kepada pembiakan dan kelanjutan hidup makhluk manusia pada permukaan bumi. Hal itu menunjukkan adanya suatu perencanaan dan suatu tujuan tertentu di balik perencanaan itu dan adanya Sang Perencana dan juga adanya kehidupan yang lebih baik dan lebih sempurna sesudah kehidupan di dunia ini yakni di akhirat.
      Ayat 23 menjelaskan bahwa kemajuan manusia sangat erat hubungannya dengan adanya perbedaan-perbedaan dalam bahasa dan warna kulit. Adanya perbedaan-perbedaan itu mengisyaratkan kepada adanya suatu perencanaan dan suatu Perencana.
       Sang Perencana itu ialah Sang Pencipta seluruh langit dan bumi yakni Allah Swt.. Di balik perbedaan bahasa dan warna kulit, yang mengakibatkan bercorak-ragamnya peradaban dan kebudayaan ada kesatuan — yakni kesatuan umat manusia. Dan “kesatuan umat manusia” itu menjurus kepada kesimpulan yang tidak dapat dihindarkan  yaitu Ke-ESA-an Sang Pencipta-nya yaitu Allah Swt.
    Nah, perbedaan-perbedaan tersebut menyangkut juga masalah pemahaman manusia, baik berkenaan dengan masalah keagamaan (ruhani) mapun keduniaan (duniawi), dan  tujuan atau hikmah dari adanya  berbagai  perbedaan tersebut   -- bukan pertentangan  -- menurut Allah Swt.  adalah لِتَعَارَفُوۡا  -- supaya kamu dapat saling mengenal,”    yaitu untuk saling mempelajari   serta memperoleh manfaat dari berbagai  kelebihan  dan ke-khas-an  atau keistimewaan pihak-pihak lain, bukan untuk dijadikan bahan pertengkaran dan perpecahan umat  karena masing-masing  menganggap lebih unggul  dari yang lainnya,  firman-Nya: 
  یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ  اِنَّا خَلَقۡنٰکُمۡ  مِّنۡ ذَکَرٍ وَّ اُنۡثٰی وَ جَعَلۡنٰکُمۡ شُعُوۡبًا وَّ قَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوۡا ؕ اِنَّ  اَکۡرَمَکُمۡ  عِنۡدَ اللّٰہِ  اَتۡقٰکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌ خَبِیۡرٌ ﴿ ﴾
Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, وَ جَعَلۡنٰکُمۡ شُعُوۡبًا وَّ قَبَآئِلَ  --  dan Kami telah menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku لِتَعَارَفُوۡا  -- supaya kamu dapat saling mengenal.   اِنَّ  اَکۡرَمَکُمۡ  عِنۡدَ اللّٰہِ  اَتۡقٰکُمۡ -- Sesungguhnya  yang paling mulia  di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa di antara kamuاِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌ خَبِیۡرٌ -- Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Waspada  (Al-Hujurāt [49]:14).

Khutbah Nabi Besar Muhammad Saw.  Pada Waktu  Haji Wada & Persaudaraan Umat Manusia

     Sesudah membahas masalah persaudaraan dalam Islam pada dua ayat sebe-lumnya (QS.49:13-13),  ayat ini meletakkan dasar persaudaraan yang melingkupi dan meliputi seluruh umat manusia. Pada hakikatnya, ayat ini merupakan “Magna Charta” - piagam persaudaraan dan persamaan umat manusia.
     Ayat ini menumbangkan rasa dan sikap lebih unggul semu lagi bodoh, yang lahir dari keangkuhan rasial atau kesombongan nasional. Karena umat manusia sama-sama diciptakan dari jenis laki-laki dan perempuan, maka sebagai makhluk manusia semua orang telah dinyatakan sama dalam pandangan Allah Swt..
    Harga seseorang tidak dinilai oleh warna kulitnya, jumlah harta miliknya, oleh pangkatnya atau kedudukannya dalam masyarakat, keturunan atau asal-usulnya, melainkan oleh keagungan akhlaknya dan oleh caranya melaksanakan kewajiban kepada Allah dan manusia: اِنَّ  اَکۡرَمَکُمۡ  عِنۡدَ اللّٰہِ  اَتۡقٰکُمۡ -- Sesungguhnya  yang paling mulia  di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa di antara kamu.”
   Seluruh keturunan manusia, tidak lain hanya suatu keluarga belaka. Pembagian suku-suku bangsa, bangsa-bangsa dan rumpun-rumpun bangsa dimaksudkan untuk memberikan kepada mereka saling pengertian yang lebih bai  terhadap satu-sama lain, agar mereka dapat saling mengambil manfaat dari kepribadian serta sifat-sifat baik bangsa-bangsa itu masing-masing.
   Pada peristiwa Haj terakhir di Mekkah, tidak lama sebelum Nabi Besar Muhammad saw.  wafat, beliau saw.  khutbah di hadapan sejumlah besar orang-orang Muslim dengan mengatakan:
 “Wahai sekalian manusia! Tuhan kamu itu Esa dan bapak-bapak kamu satu jua. Seorang orang Arab tidak mempunyai kelebihan atas orang-orang non Arab. Seorang kulit putih sekali-kali tidak mempunyai kelebihan atas orang-orang berkulit merah, begitu pula sebaliknya  seorang kulit merah tidak mempunyai kelebihan apa pun di atas orang berkulit putih, melainkan kelebihannya ialah sampai sejauh mana ia melaksanakan kewajibannya terhadap Allah dan manusia. اِنَّ  اَکۡرَمَکُمۡ  عِنۡدَ اللّٰہِ  اَتۡقٰکُمۡ   --  Orang yang paling mulia di antara kamu sekalian pada pandangan Allah ialah yang paling bertakwa di antara kamu” (Baihaqi).

Pentingnya Berpegang Teguh Pada “Tali Allah”  &

    Sabda agung ini menyimpulkan cita-cita paling luhur dan asas-asas paling kuat. Di tengah suatu masyarakat   yang terpecah-belah dalam kelas-kelas yang berbeda itulah, Nabi Besar Muhammad saw.   mengajarkan asas yang sangat demokratis  yang diabadikan dalam firman-Nya yang lain:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ  اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ  مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ  لَعَلَّکُمۡ  تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan  janganlah sekali-kali kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah  diri. وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا --   Dan  berpegangteguhlah ka-mu sekalian pada tali  Allah, dan   janganlah kamu berpecah-belah,  dan  ingatlah akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu  Dia menyatukan hati kamu dengan kecintaan  antara satu sama lain maka  dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara, dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api  lalu Dia menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk  (Âli ‘Imran [3]:103-104).
      Karena – sesuai sabda Nabi Besar Muhammad saw.   – itu hendaknya menjadikan  ikhtilāf (perbedaan pendapat) dalam masalah apa pun sebagai rahmat Allah Swt.,   sabda Nabi Besar Muhammad saw.  tersebut jangan diubah menjadi penyebab turunnya laknat Allah Swt., akibat pihak-pihak yang memperuncing berbagai perbedaan pendapat tersebut menjadi pertentangan pendapat,  yang menjuruskan kepada terjadinya perpecahan umat  atau perpecahan bangsa, seperti yang merebak terjadi di Akhir Zaman ini di berbagai kawasan dunia, sehingga firman Allah Swt. berikut ini pun kembali terjadi:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ  لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا  لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾  قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ  لَّا  مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan perbuatan tangan manusia,  supaya dirasakan kepada mereka akibat sebagian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurhakaannya. ﴿﴾  قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ --   Katakanlah:  Berjalanlah di bumi dan lihatlah bagaimana buruknya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini, کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ -- kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.” فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ  لَّا  مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ -- Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allah hari yang tidak dapat dihindarkan,  pada hari itu orang-orang beriman  dan kafir akan terpisah. (Ar-Rūm [30]:42-44).

Akibat Buruk Semakin Jauh dari Masa Kenabian   

   Kata-kata “daratan dan lautan” dapat diartikan: (a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya hanya semata-mata berdasar pada akal serta pengalaman manusia, dan bangsa-bangsa yang kebudayaannya serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi; (b) orang-orang yang hidup di benua-benua dan orang-orang yang hidup di pulau-pulau.
       Ayat ini berarti, bahwa semua bangsa di dunia telah menjadi rusak sampai kepada intinya, baik secara politis, sosial maupun akhlaki, adapun penyebabnya sama seperti di masa (zaman) menjelang pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. yaitu karena umat manusia telah jauh dari masa kenabian yang penuh berkah, firman-Nya:
 اَلَمۡ یَاۡنِ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اَنۡ  تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ  لِذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ مَا  نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ  ۙ  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾  اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat  kebenaran yang telah turun kepada mereka, dan mereka tidak  menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka  zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu   hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka? اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا  --  Ketahuilah, bahwasanya  Allah  menghidupkan bumi sesudah matinya. قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ  -- Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti  (Al-Hadīd [57]:17-18).
      Berikut ini adalah  firman Allah Swt. mengenai orang-orang yang menjadikan ikhtilāf (perbedaan pendapat) menjadi pertentangan pendapat yang kemudian  mengakibatkan perpecahan umat:
فَاَقِمۡ  وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ  الَّتِیۡ فَطَرَ  النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ  لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾  مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾  مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah kamu kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas dasar itu  Dia menciptakan manusia, tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah,  tulah agama yang lurus,  tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ    --   Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya,   وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ   --  serta dirikanlah shalat, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik, مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا  --    yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ  --  tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka (Ar-Rūm [30]:31-33). Lihat pula QS.6:160.

Makna Lain “Orang-orang Musyrik”

      Ayat 31 menjelaskan bahwa  Tuhan  -- yakni Allah Swt. -- adalah  Esa dan kemanusiaan itu satu, inilah fithrat Allah dan dīnul-fithrah — satu agama yang berakar dalam fitrat manusia — dan terhadapnya manusia menyesuaikan diri dan berlaku secara naluri.
       Di dalam agama   inilah seorang bayi dilahirkan akan tetapi lingkungannya, cita-cita dan kepercayaan-kepercayaan orang tuanya, serta didikan dan ajaran yang diperolehnya dari mereka itu, kemudian membuat dia menjadi Yahudi, Majusi atau Kristen (Bukhari).
     Selanjutnya ayat 32  menjelaskan bahwa hanya semata-mata percaya kepada Kekuasaan mutlak dan Keesaan Tuhan  -- yang sesungguhnya hal itu merupakan asas pokok agama yang hakiki, adalah tidak cukup – sebab suatu agama yang benar harus memiliki peraturan-peraturan dan perintah-perintah tertentu. Dari semua peraturan dan perintah itu shalatlah yang harus mendapat prioritas utama.
     Lebih jauh ayat 33 menjelaskan mengenai  makna lainnya dari “orang-orang musyrik”, yakni orang-orang yang menjadikan ikhtilāf (perbedaan pendapat) menjadi pertentangan pendapat yang mengakibatkan perpecahan umat, karena penyimpangan dari agama sejati menjuruskan umat di zaman lampau kepada perpecahan dalam bentuk aliran-aliran (mazhab/firqah) yang saling memerangi, dan menyebabkan sengketa di antara mereka: وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ   --  serta dirikanlah shalat, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik, مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا  --    yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ  --  tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka (Ar-Rūm [30]:33).
        Dalam Surah lain Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai “orang-orang musyrik” seperti itu sekali pun mereka itu menganut “agama Tauhid”:
اِنَّ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا  شِیَعًا لَّسۡتَ مِنۡہُمۡ فِیۡ شَیۡءٍ ؕ اِنَّمَاۤ  اَمۡرُہُمۡ  اِلَی اللّٰہِ ثُمَّ یُنَبِّئُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya   orang-orang yang memecah-belah agama   mereka dan menjadi golongan-golongan, engkau  sedikit pun tidak mempunyai kepentingan dengan mereka. Sesungguhnya  urusan mereka terserah kepada Allah, kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan (Al-An’ām [6]:160).

Kemurtadan”  yang Tidak Disadari Umat Beragama  & Munculnya “Hizbullah” (Golongan Allah)

   Kata-kata, “memecahbelahkan agama mereka” berarti bahwa bilamana orang-orang beragama mengikuti angan-angan dan khayalan sendiri maka persengketaan-persengketaan timbul di antara mereka dan lenyaplah kesatuan pendapat.  Allah Swt. dalam Al-Quran   memperingatkan umat Islam dari “kemurtadan” seperti itu, firman-Nya: 
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ  اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ  مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ  لَعَلَّکُمۡ  تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan  janganlah sekali-kali kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah  diri. وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا --   Dan  berpegangteguhlah kamu sekalian pada tali  Allah, dan   janganlah kamu berpecah-belah,  dan  ingatlah akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu  Dia menyatukan hati kamu dengan kecintaan  antara satu sama lain maka  dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara, dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api  lalu Dia menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk  (Âli ‘Imran [3]:103-104).
Firman-Nya lagi:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ ۙ اَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا  یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ ؕ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ  یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  وَاسِعٌ  عَلِیۡمٌ ﴿﴾ اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ  الزَّکٰوۃَ  وَ ہُمۡ  رٰکِعُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿٪﴾ 
Hai orang-orang yang beriman,  مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ   -- barangsiapa di antara kamu  murtad dari agamanya   فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ  -- maka Allah segera akan mendatangkan suatu kaum,   Dia akan mencintai mereka dan mereka pun akan mencintai-Nyaاَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫  --  mereka akan bersikap lemah-lembut terhadap  orang-orang beriman  dan keras terhadap orang-orang kafir.  یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا  یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ  -- Mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela.  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ  یَّشَآءُ  -- Itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki وَ اللّٰہُ  وَاسِعٌ  عَلِیۡمٌ  -- dan Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui. اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ  الزَّکٰوۃَ  وَ ہُمۡ  رٰکِعُوۡنَ  --    Sesungguhnya pelindung kamu adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman yang senantiasa mendirikan shalat dan membayar zakat dan mereka taat kepada Allah. وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ   --  Dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan mereka yang beriman sebagai pelindung, maka  sesungguhnya   jamaat Allah pasti menang  (Al-Māidah [5]:55-57).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 28 Juni  2015      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar