Senin, 06 Juli 2015

Makna "19 Malaikat" Penjaga "Neraka Saqar" & Nubuatan Dalam Surah Al-Rahmaan Mengenai Kemajuan Duniawi Golongan Jin dan Ins (Penganut Sistem Kapitalisme dan Sosialisme) seta Kegagalan yang akan Menimpa Mereka



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 94

Makna 19 Malaikat Penjaga  “Neraka Saqar” & Nubuatan Dalam Surah Al-Rahmān  Mengenai Kemajuan Duniawi Golongan Jin dan Ins  (Penganut Sistem Kapitalisme dan Sosialisme) serta Kegagalan yang Akan Menimpa Mereka
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai Walid bin Mughirah,   seorang pribadi terkemuka di antara kaum Quraisy, dan dikenal di antara sesama warga kota dengan gelar-gelar yang sangat terhormat seperti “unik” dan “semerbak ganda kaum Quraisy,” firman-Nya:
 فَاِذَا  نُقِرَ  فِی النَّاقُوۡرِ ۙ﴿﴾  فَذٰلِکَ یَوۡمَئِذٍ  یَّوۡمٌ عَسِیۡرٌ ۙ﴿﴾  عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ غَیۡرُ  یَسِیۡرٍ ﴿﴾  ذَرۡنِیۡ  وَ  مَنۡ خَلَقۡتُ وَحِیۡدًا ﴿ۙ﴾  وَّ  جَعَلۡتُ لَہٗ  مَالًا  مَّمۡدُوۡدًا ﴿ۙ﴾  وَّ  بَنِیۡنَ شُہُوۡدًا ﴿ۙ﴾  وَّ  مَہَّدۡتُّ لَہٗ  تَمۡہِیۡدًا ﴿ۙ﴾  ثُمَّ  یَطۡمَعُ  اَنۡ  اَزِیۡدَ ﴿٭ۙ﴾
Maka apabila nafiri ditiup, maka hari itu adalah hari yang sulit.            Bagi orang-orang kafir tidak mudahذَرۡنِیۡ  وَ  مَنۡ خَلَقۡتُ وَحِیۡدًا  --  Biarkanlah Aku berurusan dengan orang yang telah Aku ciptakan Sendiri. وَّ  جَعَلۡتُ لَہٗ  مَالًا  مَّمۡدُوۡدًا --   Dan Aku menjadikan baginya harta berlimpah-limpah, وَّ  بَنِیۡنَ شُہُوۡدًا  --   dan anak-anak yang hadir bersamanya,  وَّ  مَہَّدۡتُّ لَہٗ  تَمۡہِیۡدًا    --         Dan Aku lapangkan rezeki baginya selapang-lapangnya,  ثُمَّ  یَطۡمَعُ  اَنۡ  اَزِیۡدَ  -- kemudian ia ingin sekali   supaya Aku menambahnya  (Al-Muddatstsīr [74]:9-16).

Benarnya Jawaban Allah Swt.  Mengenai  Doa Nabi Ibrahim a.s.

   Ia sangat tampan dan terkenal karena sajak-sajaknya yang indah dan karena karya-karya lainnya. la ia memiliki anak   10 sampai 13 orang dan ia kaya-raya, sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat selanjutnya:   وَّ  بَنِیۡنَ شُہُوۡدًا  --   “dan anak-anak yang hadir bersamanya.”
   Ayat   ini dapat berarti bahwa anak-anak Walid bin Mughirah  pun berwibawa seperti dia. Mereka pun ditawari tempat terhormat dalam majlis-majlis yang dihadirinya. Atau, Walid bin Mughirah itu sangat kaya sehingga anak-anaknya senantiasa berkumpul bersama dia tanpa perlu ke mana-mana mencari nafkah.
   Jadi, firman Allah Swt. tentang Walid bin Mughirah: ذَرۡنِیۡ  وَ  مَنۡ خَلَقۡتُ وَحِیۡدًا  --  Biarkanlah Aku berurusan dengan orang yang telah Aku ciptakan Sendiri. وَّ  جَعَلۡتُ لَہٗ  مَالًا  مَّمۡدُوۡدًا --   Dan Aku menjadikan baginya harta berlimpah-limpah, وَّ  بَنِیۡنَ شُہُوۡدًا  --dan anak-anak yang hadir bersamanya,  وَّ  مَہَّدۡتُّ لَہٗ  تَمۡہِیۡدًا  --  Dan Aku lapangkan rezeki baginya selapang-lapangnya,  ثُمَّ  یَطۡمَعُ  اَنۡ  اَزِیۡدَ  -- kemudian ia ingin sekali   supaya Aku menambahnya  (Al-Muddatstsīr [74]:12-16), membuktikan benarnya jawaban Allah Swt.  mengenai  doa Nabi Ibrahim a.s. dalam firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ  اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ  اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku),  jadikanlah tempat ini kota yang aman وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ   -- dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara mereka yang beriman  kepada  Allah dan Hari Kemudian.” قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ  اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ  -- Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun  maka Aku akan memberi sedikit kesenangan kepadanya kemudian  akan Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api,  وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ -- dan itulah seburuk-buruk tempat kembali” (Al-Baqarah [2]:127).

Kehinaan Berantai yang Menimpa Walid bin Mughirah  & Tiga Orang Putra Walid bin Mughirah Masuk Islam

       Jadi, betapa kisah-kisah dalam Al-Quran bukan kumpulan “dongeng kaum purbakala” sebagaimana tuduhan dusta para penentang Nabi Besar Muhammad saw. (QS.25:5-9), karena di dalamnya terkandung berbagai  petunjuk  serta informasi tentang masa lalu serta yang akan kembali terjadi di masa datang, yakni sebagai nubuatan (kabar gaib).  
   Kemudian, dalam rangka menjawab ayat sebelumnya: ثُمَّ  یَطۡمَعُ  اَنۡ  اَزِیۡدَ  -- “kemudian ia ingin sekali   supaya Aku menambahnya” ((Al-Muddatstsīr [74]:16),  Allah Swt. selanjutnya berfirman:
کَلَّا ؕ اِنَّہٗ  کَانَ  لِاٰیٰتِنَا عَنِیۡدًا ﴿ؕ﴾ سَاُرۡہِقُہٗ  صَعُوۡدًا ﴿ؕ﴾ اِنَّہٗ  فَکَّرَ  وَ  قَدَّرَ ﴿ۙ﴾ فَقُتِلَ  کَیۡفَ قَدَّرَ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ  قُتِلَ  کَیۡفَ قَدَّرَ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ  نَظَرَ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ  عَبَسَ  وَ  بَسَرَ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ  اَدۡبَرَ  وَ  اسۡتَکۡبَرَ ﴿ۙ﴾ فَقَالَ  اِنۡ  ہٰذَاۤ  اِلَّا  سِحۡرٌ  یُّؤۡثَرُ ﴿ۙ﴾ اِنۡ  ہٰذَاۤ  اِلَّا  قَوۡلُ الۡبَشَرِ ﴿ؕ﴾
Sekali-kali tidak!  Sesungguhnya  dia selalu menentang Tanda-tanda Kami.  Segera Aku akan menimpakan kepadanya azab yang terus meningkat.  Sesungguhnya  ia memikirkan dan menetapkan.  Maka kebinasaan menyergapnya. Bagaimana ia telah menetapkan. Kemudian kebinasaan menyergapnya lagi.  Bagaimana ia telah menetapkan. ثُمَّ  نَظَرَ -- Kemudian ia memandang, ثُمَّ  عَبَسَ  وَ  بَسَرَ  -- kemudian ia bermasam muka dan merengutثُمَّ  اَدۡبَرَ  وَ  اسۡتَکۡبَرَ -- Kemudian ia berpaling dan menyombongkan diri, فَقَالَ  اِنۡ  ہٰذَاۤ  اِلَّا  سِحۡرٌ  یُّؤۡثَرُ -- Lalu ia berkata:  “Tidaklah Al-Quran ini melainkan sihir yang diwariskan, اِنۡ  ہٰذَاۤ  اِلَّا  قَوۡلُ الۡبَشَرِ  --  “Al-Quran ini tidak lain melainkan perkataan manusia.” (Al-Muddatstsīr [74]:17-26).
    Kata  kallā  dipakai untuk menolak permohonan seseorang dan memarahinya karena mengajukan permohonan itu (Lexicon Lane). Isyarat dalam ayat-ayat  ini pada khususnya tertuju kepada Walid bin Mughirah. Kehancuran terus membuntuti langkahnya.
   Tiga putranya – Walid bin Walid, Khalid bin Walid  yang sangat terkenal  -- dan Hisyam bin Walid -- masuk Islam, sedang lain-lainnya binasa di hadapan mata kepala sendiri dalam perang Badar. Ia menderita kerugian berat dalam bidang keuangan dan akhirnya ia mati dalam kemiskinan dan kehinaan.
   Makna ayat ثُمَّ  نَظَرَ – “Kemudian ia memandang, ثُمَّ  عَبَسَ  وَ  بَسَرَ  -- kemudian ia bermasam muka dan merengutثُمَّ  اَدۡبَرَ  وَ  اسۡتَکۡبَرَ -- Kemudian ia berpaling dan menyombongkan diri”,  ketika Al-Quran dibacakan kepadanya Walid bin Mughirah mengerutkan dahi dan merengut saking bencinya, dan berlalu sambil marah-marah bukan alang kepalang.

Makna 19 Malaikat Penjaga Neraka “Saqar

    Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai berbagai akibat buruk  yang akan menimpa para penentang pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw. dan kesempurnaan  Al-Quran:
سَاُصۡلِیۡہِ سَقَرَ ﴿﴾ وَ  مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا سَقَرُ ﴿ؕ﴾ لَا  تُبۡقِیۡ  وَ لَا  تَذَرُ ﴿ۚ﴾ لَوَّاحَۃٌ  لِّلۡبَشَرِ ﴿ۚۖ﴾ عَلَیۡہَا تِسۡعَۃَ عَشَرَ ﴿ؕ﴾ وَ مَا جَعَلۡنَاۤ  اَصۡحٰبَ النَّارِ  اِلَّا مَلٰٓئِکَۃً ۪ وَّ مَا جَعَلۡنَا عِدَّتَہُمۡ  اِلَّا فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۙ لِیَسۡتَیۡقِنَ  الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ وَ یَزۡدَادَ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِیۡمَانًا وَّ لَا یَرۡتَابَ  الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ وَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ ۙ وَ لِیَقُوۡلَ الَّذِیۡنَ  فِیۡ  قُلُوۡبِہِمۡ  مَّرَضٌ وَّ الۡکٰفِرُوۡنَ مَاذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ  بِہٰذَا  مَثَلًا ؕ  کَذٰلِکَ یُضِلُّ  اللّٰہُ  مَنۡ یَّشَآءُ  وَ  یَہۡدِیۡ  مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ مَا یَعۡلَمُ جُنُوۡدَ  رَبِّکَ اِلَّا ہُوَ ؕ وَ مَا ہِیَ  اِلَّا  ذِکۡرٰی لِلۡبَشَرِ ﴿٪﴾
Segera Aku memasukkannya ke neraka  Saqar.  Dan apakah yang engkau ketahui apa Saqar itu? لَا  تُبۡقِیۡ  وَ لَا  تَذَرُ   -- Tidak ada yang dia sisakan  dan tidak ada yang dia tinggalkan. لَوَّاحَۃٌ  لِّلۡبَشَرِ  --  Api itu menghanguskan  kulit manusiaعَلَیۡہَا تِسۡعَۃَ عَشَرَ -- Di atasnya ada sembilan belas malaikat. وَ مَا جَعَلۡنَاۤ  اَصۡحٰبَ النَّارِ  اِلَّا مَلٰٓئِکَۃً  --  Dan Kami sekali-kali tidak menjadikan penjaga-penjaga Api melainkan malaikat,  وَّ مَا جَعَلۡنَا عِدَّتَہُمۡ  اِلَّا فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا  -- dan Kami sekali-kali tidak menetapkan bilangan mereka melainkan sebagai cobaan bagi orang-orang kafirلِیَسۡتَیۡقِنَ  الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ وَ یَزۡدَادَ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِیۡمَانًا --  supaya yakin orang-orang yang telah diberi Kitab dan bertambah keimanan orang-orang yang beriman, dan tidak ragu-ragu orang-orang yang diberi Kitab dan orang-orang beriman, وَ لِیَقُوۡلَ الَّذِیۡنَ  فِیۡ  قُلُوۡبِہِمۡ  مَّرَضٌ وَّ الۡکٰفِرُوۡنَ -- dan supaya berkata orang-orang yang dalam hati mereka ada penyakit dan orang-orang kafir:  مَاذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ  بِہٰذَا  مَثَلًا   -- “Apakah yang dikehendaki Allah dengan  misal (perumpamaan)  semacam ini?”  کَذٰلِکَ یُضِلُّ  اللّٰہُ  مَنۡ یَّشَآءُ  وَ  یَہۡدِیۡ  مَنۡ یَّشَآءُ -- Demikianlah Allah menyesatkan  siapa yang Dia kehendaki, dan Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendakiوَ مَا یَعۡلَمُ جُنُوۡدَ  رَبِّکَ اِلَّا ہُوَ ؕ   --   Dan sekali-kali tidak ada yang mengetahui lasykar-lasykar Rabb (Tuhan) engkau selain Dia. وَ مَا ہِیَ  اِلَّا  ذِکۡرٰی لِلۡبَشَرِ  -- Dan tidaklah Al-Quran itu melainkan nasihat bagi manusia. (Al-Muddatstsīr [74]:27-32). 
      Orang dianugerahi sembilan indra pokok yaitu: tujuh buah indra pengamatan ke luar (exteroceptive), sebuah penginderaan gerak gerik manusia sendiri (proprioceptive) mengenai posisi dalam ruang, dan sebuah penginderaan usus (enteroceptive) yang timbul dari anggota-anggota tubuh bagian dalam bertalian dengan rasa lapar, haus, dan sebagainya.
    Kesemuanya itu disandingkan dengan sembilan pasangan ruhaninya bersama dengan indra pengawasan atau pemeliharaan  -- yaitu  daya kemauan yang mempengaruhi serta mengawasi segala macam kemampuan dalam fitrat manusia itu  --  merupakan kesembilan belas penjaga neraka.
    Atau jumlah “sembilan belas” itu mungkin rahasia Ilahi  khusus mengenai para Ahlikitab, yang arti dan kenyataannya akan dibukakan pada saat yang ditetapkan Allah Swt. Sendiri dan akan menjadikan mereka mengakui kebenaran ajaran Al-Quran dan akan sangat menambah keyakinan iman orang-orang beriman. Siapakah berani mengaku tahu mengenai semua rahasia Allah?
  Firman Allah Swt. mengenai Saqar  dalam ayat: سَاُصۡلِیۡہِ سَقَرَ  -- Segera Aku memasukkannya ke neraka  Saqar. وَ  مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا سَقَرُ  --  Dan apakah yang engkau ketahui apa Saqar itu? لَا  تُبۡقِیۡ  وَ لَا  تَذَرُ   -- Tidak ada yang dia sisakan  dan tidak ada yang dia tinggalkan. لَوَّاحَۃٌ  لِّلۡبَشَرِ  --  Api itu menghanguskan  kulit manusia,”  pernyataan  Allah Swt. tersebut nampaknya memiliki hubungan dengan peringatan atau ancaman Allah Swt. kepada   bangsa-bangsa  Kristen yang bermata biru (QS.20:103-104) dari barat, yang disebut Yajuj (Gog) dan Majuj (Magog - QS.18:95-102; QS.21:96-101).

Peringatan Bagi Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) yakni Golongan Jin dan Ins (Manusia)

    Dalam  Surah Ar-Rahmān mereka disebut sebagai  golongan jin dan golongan ins, yakni bangsa-bangsa penganut faham Kapitalisme dan paham  Sosialisme di Akhir Zaman ini, yang mengingkari nikmat-nikmat dari Sifat  Rahmāniyat (Maha Pemurah) Allah Swt., firman-Nya:
سَنَفۡرُغُ   لَکُمۡ  اَیُّہَ  الثَّقَلٰنِ ﴿ۚ﴾  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾ یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ  اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ  تَنۡفُذُوۡا مِنۡ  اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا  تَنۡفُذُوۡنَ  اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ ﴿ۚ﴾  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾ یُرۡسَلُ عَلَیۡکُمَا شُوَاظٌ مِّنۡ نَّارٍ ۬ۙ وَّ نُحَاسٌ فَلَا  تَنۡتَصِرٰنِ ﴿ۚ﴾  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾ فَاِذَا  انۡشَقَّتِ السَّمَآءُ  فَکَانَتۡ وَرۡدَۃً کَالدِّہَانِ ﴿ۚ﴾  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾ فَیَوۡمَئِذٍ لَّا یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذَنۡۢبِہٖۤ  اِنۡسٌ وَّ لَا  جَآنٌّ ﴿ۚ﴾  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾ یُعۡرَفُ الۡمُجۡرِمُوۡنَ بِسِیۡمٰہُمۡ فَیُؤۡخَذُ بِالنَّوَاصِیۡ وَ الۡاَقۡدَامِ ﴿ۚ﴾  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾ ہٰذِہٖ جَہَنَّمُ  الَّتِیۡ یُکَذِّبُ بِہَا الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿ۘ﴾  یَطُوۡفُوۡنَ بَیۡنَہَا وَ  بَیۡنَ حَمِیۡمٍ  اٰنٍ ﴿ۚ﴾  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿٪﴾
Segera Kami akan menghadapi kamu, hai dua golongan yang kuat. فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ --      Maka nikmat-nikmat Rabb (Tuhan) kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan?  یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ  اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ  تَنۡفُذُوۡا مِنۡ  اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا  تَنۡفُذُوۡنَ  اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ --  Hai golongan jin dan ins (manusia)! Jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah, namun kamu tidak dapat menembusnya  kecuali dengan kekuatan. فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ   --  Maka  nikmat-nikmat  Rabb (Tuhan)  kamu berdua yang manakah yang kamu  berdua dustakan? یُرۡسَلُ عَلَیۡکُمَا شُوَاظٌ مِّنۡ نَّارٍ ۬ۙ وَّ نُحَاسٌ فَلَا  تَنۡتَصِرٰنِ  --  Akan dikirimkan kepada kamu berdua nyala api, dan leburan tembaga,  lalu kamu berdua tidak akan dapat menolong diri sendiri. فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ --   Maka   nikmat-nikmat  Rabb (Tuhan)  berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan? فَاِذَا  انۡشَقَّتِ السَّمَآءُ  فَکَانَتۡ وَرۡدَۃً کَالدِّہَانِ --   Dan ketika langit terbelah dan menjadi merah bagaikan kulit merah.      فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ  -- Maka nikmat-nikmat  Rabb (Tuhan)  kamu berdua yang manakah yang  kamu dustakan? فَیَوۡمَئِذٍ لَّا یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذَنۡۢبِہٖۤ  اِنۡسٌ وَّ لَا  جَآنٌّ  -- Pada hari itu tidak akan ditanya dosa  ins (manusia)  dan tidak pula  jin.  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ  --  Maka  nikmat-nikmat  Rabb (Tuhan) kamu berdua yang manakah yang kamu  berdua dustakan? یُعۡرَفُ الۡمُجۡرِمُوۡنَ بِسِیۡمٰہُمۡ فَیُؤۡخَذُ بِالنَّوَاصِیۡ وَ الۡاَقۡدَامِ  --  Orang-orang berdosa  ciri-ciri mereka akan dikenal lalu mereka akan dipegang (diseret)  pada jambul dan kakinya. فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ  -- Maka nikmat-nikmat  Rabb (Tuhan)  kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan?  ہٰذِہٖ جَہَنَّمُ  الَّتِیۡ یُکَذِّبُ بِہَا الۡمُجۡرِمُوۡنَ --   Inilah Jahannam yang orang-orang berdosa mendustakannya,  یَطُوۡفُوۡنَ بَیۡنَہَا وَ  بَیۡنَ حَمِیۡمٍ  اٰنٍ -- mereka akan berkeliling-keliling di antara Jahannam  itu  dan air panas mendidih.  --  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ  -- Maka nikmat-nikmat  Rabb (Tuhan)  kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan?  (Ar-Rahmān [55]:32-46).

Ketakaburan Besar     Golongan Jin dan Ins  & Kegagalan yang Akan Dialaminya

     Ats-tsaqalān dalam ayat  سَنَفۡرُغُ   لَکُمۡ  اَیُّہَ  الثَّقَلٰنِ  --  “Segera Kami akan mengha-dapi kamu, hai dua golongan yang kuat “ berarti:  dua jenis barang yang berat (Lexicon Lane), dapat berarti pula golongan “ins” (manusia) dan “jin”, sebagaimana diperlihatkan oleh seluk-beluk kalimatnya (konteksnya), atau orang-orang Arab dan orang-orang bukan Arab, atau dalam bahasa politik dewasa ini,  “dua blok besar” – Rusia atau Cina dan sekutu-sekutu mereka di satu pihak, dan Amerika Serikat beserta sekutu-sekutunya di pihak lain; atau kata itu dapat diartikan golongan kapitalis (jin) dan golongan buruh (ins).
   Dari cara kedua blok besar itu bertingkah laku nampaknya sewaktu-waktu mereka dapat terlibat dalam sengketa maut yang akan menghancur-leburkan seluruh karya manusia yang dilakukan dari abad ke abad untuk mengembangkan seni dan ilmu pengetahuan dapat menyebabkan kehidupan di atas bumi ini  nyaris lenyap. Ayat ini nampaknya   mengandung peringatan akan kemungkinan itu,  yang dibuktikan kebenarannya dengan terjadinya 2  kali Perang Dunia.
    Ayat selanjutnya:  یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ  اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ  تَنۡفُذُوۡا مِنۡ  اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا  تَنۡفُذُوۡنَ  اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ  -- “Hai golongan jin dan ins (manusia)! Jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah, namun kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” telah diberi bermacam-macam penafsiran.
   Menurut suatu penafsiran, bahwa para ilmuwan dan para ahli filsafat Non-Muslim – khususnya yang beragama Kristen -- yang membanggakan diri mengenai kemajuan besar yang telah dicapai mereka dalam bidang pengetahuan  duniawi telah diberitahu, bahwa kendati pun betapa besarnya kemajuan yang mungkin telah dicapai mereka dalam pengetahuan dan ilmu, mereka tidak dapat memahami semua hukum alam yang mengatur alam semesta ini dengan sepenuhnya.  Betapa pun mereka berusaha, mereka tidak akan berhasil dalam pencarian mereka, sebab khazanah   pengetahuan Allah Swt. yang terkandung di alam semesta ini tak terhingga (QS.18:110; QS.31:28; QS.87:1-8). 
  Menurut penafsiran lain, ayat 34 Surah Ar-Rahmān ini memperingatkan orang-orang berdosa yang “matanya buta sebelah”  yakni “dajjal”  --  si pendusta besar di Akhir Zaman ini  -- yakni:  “Biarkanlah mereka memberanikan diri menembus batas-batas langit dan bumi, mereka tidak akan mampu menentang hukum-hukum Ilahi tanpa mendapat hukuman, dan mereka tidak akan dapat meloloskan diri dari azab Ilahi.”  
   Ayat ini dapat juga mengisyaratkan kepada pembuatan roket-roket, sputnik-sputnik, dan pesawat ruang angkasa lainnya sebagainya   -- yang semuanya mempergunakan kekuatan api   -- yang dengan alat-alat (sarana-sarana) tersebut orang-orang Rusia dan Amerika berusaha mencapai benda-benda langit Dalam ayat tersebut mereka diberitahu, bahwa paling-paling mereka hanya akan dapat mencapai beberapa planet terdekat dari bumi, tetapi jagat-jagat raya kepunyaan Allah Swt. yang sangat luas ini  tidak mungkin dapat dijelajahi seluruhnya. 
    Itulah berbagai makna ayat:  یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ  اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ  تَنۡفُذُوۡا مِنۡ  اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا  تَنۡفُذُوۡنَ  اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ  -- “Hai golongan jin dan ins (manusia)! Jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah, namun kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” (Ar-Rahmān [55]:34).

Nubuatan Dalam Surah Al-Lahab

       Jadi, kata jin dan ins (manusia) tersebut merupakan sebutan  lain dari  Ats-tsaqalān dalam ayat  سَنَفۡرُغُ   لَکُمۡ  اَیُّہَ  الثَّقَلٰنِ  --  “Segera Kami akan menghadapi kamu, hai dua golongan yang kuat “ berarti:  dua jenis barang yang berat (Lexicon Lane), atau “dua tangan  Abu Lahab”, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ؕ﴿﴾  تَبَّتۡ یَدَاۤ  اَبِیۡ  لَہَبٍ وَّ  تَبَّ ؕ﴿﴾  مَاۤ  اَغۡنٰی عَنۡہُ  مَالُہٗ  وَ  مَا کَسَبَ ؕ﴿﴾   سَیَصۡلٰی نَارًا ذَاتَ  لَہَبٍ ۚ﴿ۖ﴾   وَّ  امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ  الۡحَطَبِ ۚ﴿﴾  فِیۡ  جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. تَبَّتۡ یَدَاۤ  اَبِیۡ  لَہَبٍ وَّ  تَبَّ --      Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan binasalah dia!  مَاۤ  اَغۡنٰی عَنۡہُ  مَالُہٗ  وَ  مَا کَسَبَ  -- Sekali-kali tidak memberi manfaat kepadanya  hartanya dan apa yang dia usahakan. سَیَصۡلٰی نَارًا ذَاتَ  لَہَبٍ  --    Segera  ia akan masuk Api yang menyala-nyala.   وَّ  امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ  الۡحَطَبِ  --  Dan juga istrinya pemikul kayu bakarفِیۡ  جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ --   di leher istri-nya ada tali  yang dipintal  (Al-Lahab [111]:1-6). 
    Abu Lahab (Bapak Nyala-Api) adalah julukan yang diberikan kepada ‘Abd-al-’Uzza paman  Nabi Besar Muhammad saw.   dan musuh bebuyutan serta penindas beliau saw. Ia disebut demikian, karena warna muka dan rambutnya kemerah-merahan, atau juga karena ia berdarah panas (pemarah).
     Surah ini mengingatkan kita kepada suatu peristiwa ketika  Besar Muhammad saw.  mula-mula sekali membuka tabligh Islam   setelah diperintahkan Allah  Swt. untuk mengumpulkan kaum kerabat beliau saw. (QS.26:215) dan menyampaikan Amanat Ilahi kepada mereka.
     Pada suatu hari  Besar Muhammad saw.   berdiri di Bukit Shafa dan memanggil berbagai kabilah Mekkah satu demi satu – kabilah-kabilah Luway, Murah, Kilāb dan Qushay – dan anggota keluarga-dekat beliau saw., dan mengatakan kepada mereka bahwa beliau saw. adalah utusan Allah, dan bahwa jika mereka tidak menerima seruan beliau saw. serta tidak meninggalkan adat kebiasaan jahat mereka, hukuman Allah  akan menimpa diri mereka.
     Belum juga  Besar Muhammad saw.  mengakhiri uraian (da’wah) beliau saw. tiba-tiba berdirilah Abu Lahab seraya berkata: “Binasalah engkau! Untuk inikah engkau memanggil kami berkumpul?” (Bukhari). Itulah asbabun- nuzul Surah Al-Lahab.
      Namun karena kitab suci Al-Quran bukan merupakan “kumpulan dongeng kaum purbakala” karena itu berbagai kisah dalam Al-Quran memiliki makna-makna lainnya yang sangat luas dan dalam  serta mengandung  berbagai nubuatan yang akan kembali terulang. Demikian pula hanya dengan Surah Al-Lahab  yang artinya “Nyala Api”.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 6  Juli  2015      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar