بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 110
Baitullāh
(Rumah Allah) yakni
Ka’bah Bagian dari Syiar-syiar Ilahi Sebagai Bukti Keberadaan dan kekuasaan Allah Swt. yang Nyata dan Merupakan Lambang “Tauhid Ilahi”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas firman Allah Swt. mengenai sikap
buruk dan ketidak-konsekwenan orang-orang
musyrik terhadap kemusyrikannya ketika menghadapi bencana yang mereka anggap akan menghabisi
mereka: فَاِذَا رَکِبُوۡا فِی الۡفُلۡکِ دَعَوُا اللّٰہَ
مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ الدِّیۡنَ ۬ۚ فَلَمَّا
نَجّٰہُمۡ اِلَی الۡبَرِّ اِذَا
ہُمۡ یُشۡرِکُوۡنَ
-- “Maka apabila mereka menaiki
bahtera, mereka berdoa kepada Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya,
tetapi tatkala Dia telah menyelamatkan
mereka sampai ke darat tiba-tiba mereka
mulai mempersekutukan-Nya. ” Senada dengan ayat tersebut dalam Surah lain
Allah Swt. berfirman mengenai mereka:
ہُوَ الَّذِیۡ یُسَیِّرُکُمۡ فِی
الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ ؕ حَتّٰۤی اِذَا کُنۡتُمۡ فِی
الۡفُلۡکِ ۚ وَ جَرَیۡنَ بِہِمۡ بِرِیۡحٍ طَیِّبَۃٍ وَّ فَرِحُوۡا بِہَا جَآءَتۡہَا رِیۡحٌ عَاصِفٌ
وَّ جَآءَہُمُ
الۡمَوۡجُ مِنۡ کُلِّ
مَکَانٍ وَّ ظَنُّوۡۤا اَنَّہُمۡ اُحِیۡطَ بِہِمۡ ۙ دَعَوُا
اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ الدِّیۡنَ ۬ۚ لَئِنۡ اَنۡجَیۡتَنَا مِنۡ ہٰذِہٖ لَنَکُوۡنَنَّ مِنَ
الشّٰکِرِیۡنَ ﴿﴾ فَلَمَّاۤ اَنۡجٰہُمۡ اِذَا ہُمۡ یَبۡغُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ بِغَیۡرِ الۡحَقِّ ؕ
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ اِنَّمَا
بَغۡیُکُمۡ عَلٰۤی اَنۡفُسِکُمۡ ۙ
مَّتَاعَ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۫ ثُمَّ اِلَیۡنَا
مَرۡجِعُکُمۡ فَنُنَبِّئُکُمۡ بِمَا کُنۡتُمۡ
تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dia-lah Yang memperjalankan kamu melalui daratan dan lautan, hingga apabila kamu telah ada di kapal-kapal, dan meluncurlah kapal-kapal itu dengan mereka berkat angin yang baik
dan mereka pun bergembira karenanya lalu datang angin badai melandanya dan gelombang
pun mendatangi mereka dari setiap
tempat serta mereka yakin bahwa
sesungguhnya mereka telah terkepung, دَعَوُا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ الدِّیۡنَ -- mereka berseru kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dan
berkata, لَئِنۡ اَنۡجَیۡتَنَا مِنۡ ہٰذِہٖ لَنَکُوۡنَنَّ مِنَ الشّٰکِرِیۡنَ -- “Jika Engkau
benar-benar menyelamatkan kami
dari bahaya ini, niscaya kami
akan termasuk orang-orang yang bersyukur.”
فَلَمَّاۤ اَنۡجٰہُمۡ اِذَا ہُمۡ یَبۡغُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ بِغَیۡرِ الۡحَقِّ -- Tetapi tatkala Dia
menyelamatkan mereka itu tiba-tiba mereka berbuat durhaka di muka bumi
tanpa haq. اِنَّمَا بَغۡیُکُمۡ عَلٰۤی اَنۡفُسِکُمۡ ۙ مَّتَاعَ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۫ -- Hai manusia,
sesungguhnya akibat kedurhakaan kamu mengejar
kesenangan hidup di dunia akan menimpa kamu, ثُمَّ اِلَیۡنَا مَرۡجِعُکُمۡ فَنُنَبِّئُکُمۡ بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ -- kemudian kepada Kami-lah tempat kamu kembali, lalu Kami memberitahukan kepadamu mengenai apa yang
senantiasa kamu kerjakan (Yunus [10]:23-24).
Munculnya Kesaksian Ruh Mengenai Tauhid Ilahi Ketika Manusia Menghadapi Bahaya Maut
Seperti angin sepoi-sepoi basah kadang-kadang berubah menjadi taufan yang
dahsyat dan membawa kehancuran
yang sangat luas jangkauannya, begitu pula kelonggaran
dan penangguhan yang diberikan Allah
Swt. kepada orang-orang kafir mungkin dapat merupakan pendahuluan dari kehancurannya.
Untuk menyadarkan orang-orang
kafir mengenai kebenaran yang
nyata ini, maka perhatian mereka ditarik kepada kenikmatan-kenikmatan dan kemudahan
maupun bahaya dalam perjalanan di laut. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
اِنَّمَا
مَثَلُ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا کَمَآءٍ اَنۡزَلۡنٰہُ مِنَ
السَّمَآءِ
فَاخۡتَلَطَ بِہٖ نَبَاتُ الۡاَرۡضِ مِمَّا
یَاۡکُلُ
النَّاسُ وَ الۡاَنۡعَامُ ؕ حَتّٰۤی اِذَاۤ اَخَذَتِ الۡاَرۡضُ
زُخۡرُفَہَا وَ ازَّیَّنَتۡ وَ
ظَنَّ اَہۡلُہَاۤ اَنَّہُمۡ قٰدِرُوۡنَ عَلَیۡہَاۤ ۙ اَتٰہَاۤ اَمۡرُنَا لَیۡلًا اَوۡ نَہَارًا فَجَعَلۡنٰہَا حَصِیۡدًا کَاَنۡ لَّمۡ تَغۡنَ بِالۡاَمۡسِ ؕ کَذٰلِکَ نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ
لِقَوۡمٍ یَّتَفَکَّرُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
perumpamaan kehidupan dunia adalah seperti air yang Kami menurunkannya dari langit, lalu bercampur dengannya tumbuh-tumbuhan bumi, yang darinya
manusia dan binatang ternak makan,
حَتّٰۤی اِذَاۤ اَخَذَتِ الۡاَرۡضُ زُخۡرُفَہَا وَ ازَّیَّنَتۡ وَ ظَنَّ اَہۡلُہَاۤ اَنَّہُمۡ قٰدِرُوۡنَ عَلَیۡہَاۤ -- sehingga apabila bumi telah memakai perhiasannya serta nampak keindahannya, dan pemilik-pemiliknya
pun yakin bahwa sesungguhnya mereka berkuasa atasnya, اَتٰہَاۤ اَمۡرُنَا لَیۡلًا اَوۡ نَہَارًا فَجَعَلۡنٰہَا حَصِیۡدًا
کَاَنۡ لَّمۡ تَغۡنَ بِالۡاَمۡسِ -- lalu datang kepadanya perintah Kami di waktu malam atau siang, maka Kami menjadikannya laksana ladang yang
telah disabit, seakan-akan tidak
pernah ada kemarin. کَذٰلِکَ نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لِقَوۡمٍ یَّتَفَکَّرُوۡنَ -- Demikianlah Kami membentangkan Tanda-tanda Kami bagi orang-orang yang berpikir (Yunus [10]:25).
Maksud perumpamaan itu ialah bahwa bila bangsa-bangsa menjadi congkak serta manja, dan hidup di dunia ini dipandang gampang dan ringan, maka detik-detik kemunduran mulai tiba kepada
bangsa-bangsa itu dan mereka ditimpa
oleh nasib yang malang.
Ketidak-kosekwenan kesetiaan orang-orang musyrik
terhadap tuhan-tuhan selain Allah Swt. yang dipercayainya tersebut -- ketika menghadapi bahaya maut -- membuktikan benarnya pernyataan Allah Swt., bahwa
pada hakikatnya setiap ruh (jiwa)
manusia mempercayai Tauhid Ilahi,
yakni Allah Swt., firman-Nya:
وَ اِذۡ
اَخَذَ رَبُّکَ مِنۡۢ بَنِیۡۤ اٰدَمَ مِنۡ ظُہُوۡرِہِمۡ ذُرِّیَّتَہُمۡ وَ
اَشۡہَدَہُمۡ عَلٰۤی اَنۡفُسِہِمۡ ۚ اَلَسۡتُ بِرَبِّکُمۡ ؕ قَالُوۡا بَلٰی ۚۛ
شَہِدۡنَا ۚۛ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا یَوۡمَ
الۡقِیٰمَۃِ اِنَّا کُنَّا
عَنۡ ہٰذَا غٰفِلِیۡنَ ﴿﴾ۙ اَوۡ تَقُوۡلُوۡۤا
اِنَّمَاۤ اَشۡرَکَ اٰبَآؤُنَا مِنۡ قَبۡلُ وَ کُنَّا ذُرِّیَّۃً مِّنۡۢ بَعۡدِہِمۡ
ۚ اَفَتُہۡلِکُنَا بِمَا فَعَلَ الۡمُبۡطِلُوۡنَ ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ
نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ وَ لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Rabb (Tuhan) engkau mengambil
kesaksian dari bani
Adam yakni dari sulbi keturunan mereka serta menjadikan mereka saksi atas dirinya sendiri sambil berfirman: اَلَسۡتُ بِرَبِّکُمۡ -- ”Bukankah
Aku Rabb (Tuhan) kamu?” قَالُوۡا بَلٰی ۚۛ شَہِدۡنَا -- Mereka
berkata: “Ya benar, kami menjadi saksi.” اَنۡ تَقُوۡلُوۡا
یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ -- Hal itu
supaya kamu tidak berkata pada Hari
Kiamat: اِنَّا کُنَّا
عَنۡ ہٰذَا غٰفِلِیۡنَ -- “Sesungguhnya
kami benar-benar lengah (tidak tahu) dari hal ini.” اَوۡ
تَقُوۡلُوۡۤا اِنَّمَاۤ اَشۡرَکَ
اٰبَآؤُنَا مِنۡ قَبۡلُ وَ کُنَّا
ذُرِّیَّۃً مِّنۡۢ بَعۡدِہِمۡ -- Atau
kamu mengatakan: ”Sesungguhnya
bapak-bapak kami dahulu yang berbuat
syirik, sedangkan kami hanyalah
keturunan sesudah mereka. اَفَتُہۡلِکُنَا بِمَا فَعَلَ
الۡمُبۡطِلُوۡنَ -- Apakah Engkau akan membinasakan kami karena apa yang telah dikerjakan
oleh orang-orang yang berbuat batil itu?” وَ کَذٰلِکَ
نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ وَ لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ -- Dan demikianlah Kami menjelaskan Tanda-tanda itu dan supaya mereka kembali kepada yang haq (Al-A’rāf [7]:173-175).
Ayat 173 menunjukkan kepada kesaksian yang tertanam dalam fitrat manusia sendiri mengenai adanya Dzat Mahatinggi yang telah menciptakan seluruh alam serta mengendalikannya,
yang atas dasar fitrat itu Allah Swt.
menciptakan umat manusia untuk beribadah kepada-Nya (QS.51:57), firman-Nya:
فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ
اللّٰہِ الَّتِیۡ فَطَرَ النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ
الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ
النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾ مُنِیۡبِیۡنَ
اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ
الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾ مِنَ الَّذِیۡنَ
فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا
شِیَعًا ؕ کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ
فَرِحُوۡنَ ﴿﴾ وَ اِذَا مَسَّ النَّاسَ ضُرٌّ دَعَوۡا رَبَّہُمۡ
مُّنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ ثُمَّ اِذَاۤ
اَذَاقَہُمۡ مِّنۡہُ رَحۡمَۃً
اِذَا فَرِیۡقٌ مِّنۡہُمۡ بِرَبِّہِمۡ یُشۡرِکُوۡنَ ﴿ۙ﴾ لِیَکۡفُرُوۡا
بِمَاۤ اٰتَیۡنٰہُمۡ ؕ فَتَمَتَّعُوۡا ٝ
فَسَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah kamu kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas
dasar itu Dia menciptakan manusia, tidak
ada perubahan dalam penciptaan Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui. مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ -- Kembalilah kamu
kepada-Nya dan bertakwalah
kepada-Nya serta dirikanlah shalat,
dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik, مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا
دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ
کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ
فَرِحُوۡنَ -- yaitu
orang-orang yang memecah-belah
agamanya dan mereka menjadi
golongan-golongan, tiap-tiap golongan bangga dengan apa
yang ada pada mereka. وَ اِذَا مَسَّ النَّاسَ ضُرٌّ دَعَوۡا رَبَّہُمۡ
مُّنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ -- Dan
apabila suatu kemuda-ratan menimpa
manusia, mereka berseru kepada Rabb-nya
(Tuhan-nya) seraya kembali kepada Dia,
ثُمَّ اِذَاۤ
اَذَاقَہُمۡ مِّنۡہُ رَحۡمَۃً
اِذَا فَرِیۡقٌ مِّنۡہُمۡ بِرَبِّہِمۡ یُشۡرِکُوۡنَ -- kemudian apabila
dirasakan kepada mereka rahmat dari-Nya tiba-tiba segolongan dari mereka mempersekutukan Rabb-nya (Tuhan-nya), لِیَکۡفُرُوۡا
بِمَاۤ اٰتَیۡنٰہُمۡ ؕ فَتَمَتَّعُوۡا ٝ
فَسَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ -- sehingga mereka mengingkari apa yang telah
Kami berikan kepada mereka. Maka bersenang-senanglah
kamu sejenak lalu segera kamu akan mengetahui. (Ar-Rūm
[31-35).
Kesinambungan Pengutusan Rasul Allah dari Kalangan Bani Adam
Surah Al-A’rāf
ayat 173-175 sebelum ini pun dapat
merujuk (mengisyaratkan) kepada kemunculan
para nabi Allah yang menunjuki jalan menuju Allah Swt., dan
ungkapan “dari sulbi bani Adam”
maksudnya umat dari setiap zaman yang kepada mereka rasul Allah diutus, firman-Nya:
وَ لِکُلِّ
اُمَّۃٍ اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ
اَجَلُہُمۡ لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ
سَاعَۃً وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾ یٰبَنِیۡۤ
اٰدَمَ اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ
رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ
فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ
کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan
bagi tiap-tiap umat ada batas waktu,
maka apabila telah datang batas waktunya,
mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaat pun dan tidak pula
dapat memajukannya. یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ
اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ
ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ -- Wahai Bani
Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan Ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki
diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati. وَ الَّذِیۡنَ
کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ -- Dan orang-orang
yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan
takabur berpaling darinya, mereka
itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya (Al-A’rāf [7]:35-37).
Pada hakikatnya keadaan tiap-tiap rasul baru itulah yang mendorong
timbulnya pertanyaan Ilahi: اَلَسۡتُ
بِرَبِّکُمۡ -- “Bukankah
Aku Rabb (Tuhan) kamu?” (QS.7:173). Pertanyaan itu berarti bahwa jika
Allah Swt. telah menyediakan perbekalan untuk keperluan jasmani manusia dan demikian pula untuk kemajuan akhlak dan keruhanian
maka bagaimana ia dapat mengingkari Ketuhanan-Nya.
Sesungguhnya
karena menolak nabi Allah yang
kedatangannya dijanjiikan kepada
mereka (QS.7:35-37) maka manusia
menjadi saksi terhadap diri
mereka sendiri, sebab jika demikian mereka tidak dapat berlindung di
balik dalih bahwa mereka tidak
mengetahui Allah Swt. atau syariat-Nya
atau Hari Pembalasan.
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman mengenai dalih (alasan) mereka lainnya: اَوۡ تَقُوۡلُوۡۤا اِنَّمَاۤ
اَشۡرَکَ اٰبَآؤُنَا مِنۡ قَبۡلُ وَ کُنَّا ذُرِّیَّۃً مِّنۡۢ بَعۡدِہِمۡ
-- atau
kamu mengatakan: ”Sesungguhnya
bapak-bapak kami dahulu yang berbuat
syirik, sedangkan kami hanyalah
keturunan sesudah mereka. اَفَتُہۡلِکُنَا بِمَا فَعَلَ
الۡمُبۡطِلُوۡنَ -- Apakah Engkau akan
membinasakan kami karena apa yang
telah dikerjakan oleh orang-orang yang berbuat batil itu?” (Al-A’rāf [7]:174), bahwa kemunculan seorang nabi Allah juga menghambat
kaumnya dari mengemukakan dalih
seperti dalam ayat 173 sebelumnya, sebab pada saat itulah haq
(kebenaran) dibuat nyata berbeda dari
kepalsuan, dan kemusyrikan dengan terang
benderang dicela.
Baitullāh Sebagai
Salah Satu Tanda Keberadaan dan Kekuasaan
Allah Swt. & Lambang “Tauhid Ilahi”
Keyakinan atau keimanan mengenai Tauhid
Ilahi yang telah ditanamkan Allah
Swt. dalam ruh atau fitrat manusia tersebut bukan saja merupakan bukti eksistensi (keberadaan)
Allah Swt. tetapi juga merupakan
bukti Ke-Maha Sempurnaan Sifat-sifat-Nya yang tidak pernah berubah, sebagai Tuhan Al-Hayyul-Qayyum (Maha Hidup dan Maha Mandiri – QS.2: 256), firman-Nya:
اَللّٰہُ
لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَۚ اَلۡحَیُّ الۡقَیُّوۡمُ ۬ۚ لَا تَاۡخُذُہٗ سِنَۃٌ وَّ
لَا نَوۡمٌ ؕ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ مَنۡ ذَا الَّذِیۡ
یَشۡفَعُ عِنۡدَہٗۤ اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ؕ یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ
اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ ۚ وَ لَا
یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ
الۡعَلِیُّ الۡعَظِیۡمُ ﴿﴾
Allah, tidak ada Tuhan kecuali Dia
اَلۡحَیُّ
الۡقَیُّوۡمُ -- Yang Maha Hidup, Yang Maha Tegak atas Dzat-Nya Sendiri dan
Penegak segala sesuatu. Kantuk tidak menyentuh-Nya dan tidak pula tidur. لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی
الۡاَرۡضِ -- Milik-Nya
apa pun yang ada di seluruh langit dan apa
pun yang ada di bumi. مَنۡ ذَا الَّذِیۡ
یَشۡفَعُ عِنۡدَہٗۤ اِلَّا بِاِذۡنِہٖ -- Siapakah
yang dapat memberi syafaat di hadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya? یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا
خَلۡفَہُمۡ -- Dia
mengetahui apa pun yang ada di hadapan mereka dan apa pun di belakang mereka, وَ لَا یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ
عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ -- dan mereka tidak meliputi sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki. وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ -- Singgasana ilmu-Nya meliputi seluruh langit dan bumi, وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ
حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ الۡعَلِیُّ
الۡعَظِیۡمُ -- dan tidak
memberatkan-Nya menjaga keduanya, dan Dia
Maha Tinggi, Maha Agung (Al-Baqarah [2]:256).
Pernyataan Allah Swt. tersebut menolak
segala bentuk syirik yang diada-adakan oleh orang-orang musyrik, termasuk paham “Trinitas” dan “Penebusan Dosa”. Salah satu
bukti bahwa Allah Swt. itu benar-benar eksis (ada) dan Maha Kuasa serta Maha
Pemelihara adalah keberadaan
Baitullah (Ka’bah), yang dibangun
Nabi Adam a.s. sebagai bukti Ke-Maha-Esa-an-Nya,
firman-Nya:
اَوَ لَمۡ یَرَوۡا
اَنَّا جَعَلۡنَا حَرَمًا
اٰمِنًا وَّ یُتَخَطَّفُ النَّاسُ
مِنۡ حَوۡلِہِمۡ ؕ اَفَبِالۡبَاطِلِ یُؤۡمِنُوۡنَ وَ بِنِعۡمَۃِ اللّٰہِ
یَکۡفُرُوۡنَ ﴿﴾
Apakah mereka
tidak melihat bahwa Kami telah
menjadikan tanah suci Mekkah aman,
padahal manusia direnggut dari
sekeliling mereka di luar Mekkah? Maka apakah mereka akan beriman kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah? (Al-Ankabūt [29]:68).
Ayat ini merupakan kesaksian yang kekal mengenai Ka’bah,
sebagai rumah suci milik Allah
Swt. Sendiri, sehingga disebut Baitullah.
Semenjak Islam lahir, ketika
dinyatakan olehnya bahwa Ka’bah menjadi kiblat yang kekal bagi umat manusia, dan bahkan di zaman jahiliah ketika orang-orang Arab waktu itu tidak mempunyai rasa hormat terhadap jiwa manusia, wilayah itu disebut haram
(suci) — daerah sekitar Ka’bah tetap
merupakan tempat yang aman sentosa.
Kalau di lingkungan luar Ka’bah tidak
ada keamanan, maka kesamaan dan kedamaian sempurna bertakhta
di dalamnya yakni di kota Mekkah yang
didalamnya terdapat Baitullah (Kabah).
Salah satu bentuk
pemeliharaan eksitensi (keberadaan) Baitullah (Ka’bah) tersebut
Allah Swt. telah memerintahkan Nabi Ibrahim a.s. untuk menempatkan salah satu cabang keturunan beliau di
lembah Bakkah (Mekkah -- QS.3:97)
yaitu Nabi Isma’il a.s..
firman-Nya:
وَ اِذۡ
جَعَلۡنَا الۡبَیۡتَ مَثَابَۃً لِّلنَّاسِ
وَ اَمۡنًا ؕ وَ اتَّخِذُوۡا مِنۡ مَّقَامِ
اِبۡرٰہٖمَ مُصَلًّی ؕ وَ عَہِدۡنَاۤ اِلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ وَ اِسۡمٰعِیۡلَ اَنۡ طَہِّرَا بَیۡتِیَ لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡعٰکِفِیۡنَ وَ
الرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ
الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ
وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ
مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ
النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ
الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾ وَ اِذۡ یَرۡفَعُ اِبۡرٰہٖمُ الۡقَوَاعِدَ مِنَ الۡبَیۡتِ وَ اِسۡمٰعِیۡلُ ؕ رَبَّنَا
تَقَبَّلۡ مِنَّا ؕ اِنَّکَ
اَنۡتَ السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾ رَبَّنَا وَ
اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً لَّکَ ۪ وَ اَرِنَا مَنَاسِکَنَا وَ تُبۡ عَلَیۡنَا ۚ اِنَّکَ
اَنۡتَ التَّوَّابُ
الرَّحِیۡمُ ﴿﴾ ﴿﴾٪
Dan
ingatlah ketika Kami jadikan Rumah
(Ka’bah) itu tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman, dan jadikanlah maqām Ibrahim sebagai tempat
shalat. Dan telah Kami perintahkan
kepada Ibrahim dan Isma'il: “Sucikanlah rumah-Ku itu untuk orang-orang
yang tawaf, yang ‘itikaf, yang rukuk dan yang sujud.” وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ
اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ -- Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), jadikanlah
tempat ini kota yang aman dan berikanlah
rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya
dari antara me-reka yang beriman
kepada Allah dan Hari Kemudian.” قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ
النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ -- Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun
maka Aku akan memberi
sedikit kesenangan kepadanya kemudian
akan Aku paksa ia masuk ke
dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk
tempat kembali.” وَ اِذۡ یَرۡفَعُ اِبۡرٰہٖمُ الۡقَوَاعِدَ
مِنَ الۡبَیۡتِ وَ اِسۡمٰعِیۡلُ ؕ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ -- Dan ingatlah
ketika Ibrahim dan Isma’il meninggikan dasar-dasar
yakni pondasi Rumah itu sambil mendoa: “Ya Rabb (Tuhan) kami, terimalah amal ini dari kami, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mendengar, Maha Mengetahui. رَبَّنَا وَ اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً لَّکَ ۪ وَ اَرِنَا مَنَاسِکَنَا وَ تُبۡ عَلَیۡنَا ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ التَّوَّابُ
الرَّحِیۡمُ -- Ya Rabb
(Tuhan) kami, jadikanlah kami berdua
orang yang berserah diri kepada Engkau,
dan juga dari antara keturunan kami jadikanlah satu umat yang berserah diri kepada Engkau, dan perlihatkanlah
kepada kami cara-cara ibadah kami dan terimalah
taubat kami, sesungguhnya Engkau
benar-benar Maha Penerima Taubat, Maha
Penyayang.” رَبَّنَا وَ ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ
الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ -- “Ya Rabb (Tuhan) kami, bangkitkanlah seorang
rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada
mereka, yang meng-ajarkan Kitab dan hikmah kepada mereka serta akan mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana” (Al-Baqarah
[2]:126-130).
Peringatan
Allah Swt. Kepada kaum Quraisy Mekkah yang Tidak
Tahu Bersyukur Kepada Allah Swt. dengan Melakukan Kemusyrikan
Mengisyaratkan
kepada kenyataan itu pulalah Allah Swt. telah mengingatkan kaum
Quraisy Mekkah yang tidak
bersyukur kepada Allah Swt., Pemilik Baitullah
(Ka’bah), padahal mereka mendapat kehormatan
sebagai “pemeliharanya”. Berikut ini firman Allah Swt. mengenai kebenaran
jaminan pemeliharaan-Nya Allah Swt. terhadap Baitullah dari upaya penghancuran
yang dilakukan oleh Abrahah -- penguasa Kristen dari Yaman – dan pasukan gajahnya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
﴿﴾ اَلَمۡ تَرَ کَیۡفَ فَعَلَ رَبُّکَ بِاَصۡحٰبِ الۡفِیۡلِ ؕ﴿﴾ اَلَمۡ
یَجۡعَلۡ کَیۡدَہُمۡ فِیۡ تَضۡلِیۡلٍ ۙ﴿﴾ وَّ اَرۡسَلَ
عَلَیۡہِمۡ طَیۡرًا اَبَابِیۡلَ ۙ﴿﴾ تَرۡمِیۡہِمۡ
بِحِجَارَۃٍ مِّنۡ سِجِّیۡلٍ ۪ۙ﴿۴﴾ فَجَعَلَہُمۡ کَعَصۡفٍ مَّاۡکُوۡلٍ ٪﴿﴾
Aku baca
dengan
nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Rabb (Tuhan) engkau memperlakukan para pemilik gajah? اَلَمۡ یَجۡعَلۡ
کَیۡدَہُمۡ فِیۡ تَضۡلِیۡلٍ -- Tidakkah Dia
menjadikan rencana buruk mereka gagal?
Dan Dia
mengirimkan kepada mereka sekawanan burung, yang memakan bangkai mereka, sambil memukul-mukulkan bangkai mereka di atas batu-batu dari tanah keras, maka Dia
menjadikan mereka seperti daun-daun
yang dimakan ulat (Al-Fīl
[105]:1-6).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai
jaminan pemeliharaan-Nya terhadap penduduk Mekkah sekali pun kemudian mereka
melakukan kemusyrikan dan melakukan penyimpangan dari millah (agama) Nabi Ibrahim a.s. yaitu Tauhid Ilahi (QS.2:131-134; QS.6:162-164), firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ
الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ لِاِیۡلٰفِ
قُرَیۡشٍ ۙ﴿﴾ اٖلٰفِہِمۡ
رِحۡلَۃَ الشِّتَآءِ وَ الصَّیۡفِ ۚ﴿﴾ فَلۡیَعۡبُدُوۡا رَبَّ ہٰذَا الۡبَیۡتِ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡۤ
اَطۡعَمَہُمۡ مِّنۡ جُوۡعٍ ۬ۙ وَّ
اٰمَنَہُمۡ مِّنۡ خَوۡفٍ ٪﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha
Pemurah, Maha Penyayang. Tuhan
engkau membinasakan para pemilik gajah untuk melekatkan hati orang-orang Quraisy. Untuk
melekatkan kecintaan mereka
pada perjalanan di musim
dingin dan musim panas. فَلۡیَعۡبُدُوۡا رَبَّ ہٰذَا الۡبَیۡتِ
-- Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik Rumah
ini, الَّذِیۡۤ اَطۡعَمَہُمۡ
مِّنۡ جُوۡعٍ ۬ۙ وَّ اٰمَنَہُمۡ مِّنۡ خَوۡفٍ -- Yang telah memberi mereka makan di waktu
lapar dan telah memberi mereka
keamanan di waktu ketakutan (Al-Quraisy [106]:1-5).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
Pajajaran Anyar,30 Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar