Jumat, 31 Juli 2015

"Baitullaah" (Rumah Allah) yakni Ka'bah Bagian dari Syiar-syiar Ilahi Sebagai Bukti "Keberadaan" dan "Kekuasaan" Allah Swt.yang Nyata dan Merupakan Lambang "Tauhid Ilahi"


                                                                                                                 
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 110

Baitullāh (Rumah Allah) yakni Ka’bah  Bagian dari Syiar-syiar Ilahi Sebagai Bukti Keberadaan dan kekuasaan Allah Swt. yang Nyata dan Merupakan Lambang “Tauhid Ilahi
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas   firman Allah Swt.  mengenai    sikap buruk  dan ketidak-konsekwenan orang-orang musyrik terhadap  kemusyrikannya ketika menghadapi bencana yang mereka anggap  akan menghabisi mereka: فَاِذَا  رَکِبُوۡا فِی الۡفُلۡکِ دَعَوُا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ  الدِّیۡنَ ۬ۚ فَلَمَّا نَجّٰہُمۡ  اِلَی الۡبَرِّ   اِذَا  ہُمۡ   یُشۡرِکُوۡنَ  -- “Maka apabila mereka menaiki bahteramereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, tetapi tatkala Dia telah menyelamatkan mereka sampai ke darat tiba-tiba mereka mulai mempersekutukan-Nya. ”  Senada dengan ayat tersebut dalam Surah lain Allah Swt. berfirman mengenai mereka:
 ہُوَ الَّذِیۡ یُسَیِّرُکُمۡ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ ؕ حَتّٰۤی اِذَا کُنۡتُمۡ فِی الۡفُلۡکِ ۚ وَ  جَرَیۡنَ بِہِمۡ بِرِیۡحٍ طَیِّبَۃٍ وَّ فَرِحُوۡا بِہَا جَآءَتۡہَا رِیۡحٌ عَاصِفٌ وَّ جَآءَہُمُ الۡمَوۡجُ مِنۡ کُلِّ مَکَانٍ وَّ ظَنُّوۡۤا اَنَّہُمۡ اُحِیۡطَ بِہِمۡ ۙ دَعَوُا اللّٰہَ  مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ الدِّیۡنَ ۬ۚ  لَئِنۡ اَنۡجَیۡتَنَا مِنۡ ہٰذِہٖ لَنَکُوۡنَنَّ  مِنَ  الشّٰکِرِیۡنَ ﴿﴾ فَلَمَّاۤ  اَنۡجٰہُمۡ  اِذَا ہُمۡ یَبۡغُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ بِغَیۡرِ الۡحَقِّ ؕ یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ  اِنَّمَا بَغۡیُکُمۡ عَلٰۤی اَنۡفُسِکُمۡ ۙ مَّتَاعَ  الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۫ ثُمَّ  اِلَیۡنَا مَرۡجِعُکُمۡ فَنُنَبِّئُکُمۡ بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dia-lah Yang memperjalankan kamu melalui daratan dan lautan,  hingga  apabila kamu telah ada di kapal-kapal, dan meluncurlah kapal-kapal itu dengan mereka berkat angin yang baik dan mereka pun bergembira karenanya  lalu datang  angin badai melandanya dan gelombang  pun  mendatangi mereka dari setiap tempat serta mereka yakin bahwa sesungguhnya mereka telah terkepung, دَعَوُا اللّٰہَ  مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ الدِّیۡنَ  -- mereka berseru kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dan berkata,  لَئِنۡ اَنۡجَیۡتَنَا مِنۡ ہٰذِہٖ لَنَکُوۡنَنَّ  مِنَ  الشّٰکِرِیۡنَ --  “Jika  Engkau   benar-benar menyelamatkan  kami dari bahaya ini, niscaya kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.”  فَلَمَّاۤ  اَنۡجٰہُمۡ  اِذَا ہُمۡ یَبۡغُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ بِغَیۡرِ الۡحَقِّ --   Tetapi  tatkala  Dia menyelamatkan mereka itu  tiba-tiba mereka berbuat durhaka di muka bumi tanpa haq.  اِنَّمَا بَغۡیُکُمۡ عَلٰۤی اَنۡفُسِکُمۡ ۙ مَّتَاعَ  الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۫   --  Hai manusia, sesungguhnya akibat  kedurhakaan kamu mengejar kesenangan hidup di dunia akan menimpa kamu,      ثُمَّ  اِلَیۡنَا مَرۡجِعُکُمۡ فَنُنَبِّئُکُمۡ بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ  -- kemudian kepada Kami-lah tempat kamu kembali, lalu Kami memberitahukan kepadamu mengenai  apa yang senantiasa kamu kerjakan (Yunus [10]:23-24).

Munculnya Kesaksian Ruh Mengenai Tauhid Ilahi  Ketika Manusia Menghadapi Bahaya Maut

       Seperti angin sepoi-sepoi basah kadang-kadang berubah menjadi taufan yang dahsyat dan membawa kehancuran yang sangat luas jangkauannya, begitu pula kelonggaran dan penangguhan yang diberikan Allah Swt.  kepada orang-orang kafir mungkin dapat merupakan pendahuluan dari kehancurannya.
       Untuk menyadarkan orang-orang kafir mengenai kebenaran yang nyata ini, maka perhatian mereka ditarik kepada kenikmatan-kenikmatan dan kemudahan maupun bahaya dalam perjalanan di laut.  Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
اِنَّمَا مَثَلُ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا کَمَآءٍ اَنۡزَلۡنٰہُ مِنَ السَّمَآءِ فَاخۡتَلَطَ بِہٖ نَبَاتُ الۡاَرۡضِ مِمَّا یَاۡکُلُ النَّاسُ وَ الۡاَنۡعَامُ ؕ حَتّٰۤی اِذَاۤ اَخَذَتِ الۡاَرۡضُ زُخۡرُفَہَا وَ ازَّیَّنَتۡ وَ ظَنَّ  اَہۡلُہَاۤ   اَنَّہُمۡ قٰدِرُوۡنَ عَلَیۡہَاۤ ۙ اَتٰہَاۤ  اَمۡرُنَا لَیۡلًا اَوۡ نَہَارًا فَجَعَلۡنٰہَا حَصِیۡدًا  کَاَنۡ لَّمۡ تَغۡنَ بِالۡاَمۡسِ ؕ      کَذٰلِکَ نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لِقَوۡمٍ  یَّتَفَکَّرُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya  perumpamaan kehidupan dunia adalah seperti air yang Kami menurunkannya dari langit, lalu bercampur dengannya tumbuh-tumbuhan bumi,  yang darinya manusia dan binatang ternak makan, حَتّٰۤی اِذَاۤ اَخَذَتِ الۡاَرۡضُ زُخۡرُفَہَا وَ ازَّیَّنَتۡ وَ ظَنَّ  اَہۡلُہَاۤ   اَنَّہُمۡ قٰدِرُوۡنَ عَلَیۡہَاۤ   -- sehingga apabila bumi telah memakai perhiasannya serta nampak keindahannya, dan pemilik-pemiliknya pun yakin bahwa sesungguhnya mereka berkuasa atasnya,  اَتٰہَاۤ  اَمۡرُنَا لَیۡلًا اَوۡ نَہَارًا فَجَعَلۡنٰہَا حَصِیۡدًا  کَاَنۡ لَّمۡ تَغۡنَ بِالۡاَمۡسِ -- lalu datang  kepadanya perintah  Kami di waktu malam atau siang, maka Kami menjadikannya laksana ladang yang telah disabit, seakan-akan tidak pernah ada kemarin. کَذٰلِکَ نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لِقَوۡمٍ  یَّتَفَکَّرُوۡنَ  --   Demikianlah Kami membentangkan Tanda-tanda Kami bagi orang-orang yang berpikir  (Yunus [10]:25).
       Maksud perumpamaan itu ialah bahwa bila bangsa-bangsa menjadi congkak serta manja, dan hidup di dunia ini dipandang gampang dan ringan, maka detik-detik kemunduran mulai tiba kepada bangsa-bangsa itu dan mereka ditimpa oleh nasib yang malang.
Ketidak-kosekwenan kesetiaan orang-orang musyrik  terhadap  tuhan-tuhan selain Allah Swt. yang dipercayainya tersebut -- ketika menghadapi bahaya maut  -- membuktikan benarnya pernyataan Allah Swt., bahwa pada hakikatnya setiap ruh (jiwa) manusia mempercayai Tauhid Ilahi, yakni Allah Swt., firman-Nya:
وَ اِذۡ اَخَذَ رَبُّکَ مِنۡۢ بَنِیۡۤ اٰدَمَ مِنۡ ظُہُوۡرِہِمۡ ذُرِّیَّتَہُمۡ وَ اَشۡہَدَہُمۡ عَلٰۤی اَنۡفُسِہِمۡ ۚ اَلَسۡتُ بِرَبِّکُمۡ ؕ قَالُوۡا بَلٰی ۚۛ شَہِدۡنَا ۚۛ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا یَوۡمَ  الۡقِیٰمَۃِ  اِنَّا کُنَّا عَنۡ  ہٰذَا غٰفِلِیۡنَ ﴿﴾ۙ  اَوۡ تَقُوۡلُوۡۤا  اِنَّمَاۤ  اَشۡرَکَ  اٰبَآؤُنَا مِنۡ  قَبۡلُ وَ کُنَّا ذُرِّیَّۃً مِّنۡۢ بَعۡدِہِمۡ ۚ اَفَتُہۡلِکُنَا بِمَا فَعَلَ الۡمُبۡطِلُوۡنَ ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ وَ لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Rabb (Tuhan) engkau mengambil  kesaksian dari  bani Adam yakni   dari sulbi  keturunan  mereka serta menjadikan mereka saksi atas dirinya sendiri  sambil berfirmanاَلَسۡتُ بِرَبِّکُمۡ  --   ”Bukankah Aku Rabb (Tuhan) kamu?”  قَالُوۡا بَلٰی ۚۛ شَہِدۡنَا -- Mereka berkata: “Ya benar, kami menjadi saksi.” اَنۡ تَقُوۡلُوۡا یَوۡمَ  الۡقِیٰمَۃِ     --   Hal  itu supaya  kamu tidak berkata pada Hari Kiamatاِنَّا کُنَّا عَنۡ  ہٰذَا غٰفِلِیۡنَ -- “Sesungguhnya kami  benar-benar lengah (tidak tahu) dari hal ini.”  اَوۡ تَقُوۡلُوۡۤا  اِنَّمَاۤ  اَشۡرَکَ  اٰبَآؤُنَا مِنۡ  قَبۡلُ وَ کُنَّا ذُرِّیَّۃً مِّنۡۢ بَعۡدِہِمۡ  --  Atau kamu mengatakan:  ”Sesungguhnya bapak-bapak kami dahulu yang berbuat syirik, sedangkan kami hanyalah keturunan sesudah mereka.  اَفَتُہۡلِکُنَا بِمَا فَعَلَ الۡمُبۡطِلُوۡنَ -- Apakah Engkau akan membinasakan kami karena apa yang telah  dikerjakan oleh orang-orang yang  berbuat batil itu?” وَ کَذٰلِکَ نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ وَ لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ --  Dan demikianlah Kami menjelaskan Tanda-tanda itu  dan supaya mereka kembali kepada yang haq  (Al-A’rāf [7]:173-175). 
    Ayat 173 menunjukkan kepada kesaksian yang tertanam dalam fitrat manusia sendiri mengenai adanya Dzat Mahatinggi yang telah menciptakan seluruh alam  serta mengendalikannya, yang atas dasar fitrat itu Allah Swt. menciptakan umat manusia untuk beribadah kepada-Nya (QS.51:57), firman-Nya:
فَاَقِمۡ  وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ  الَّتِیۡ فَطَرَ  النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ  لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾  مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾  مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾  وَ اِذَا مَسَّ النَّاسَ ضُرٌّ دَعَوۡا رَبَّہُمۡ مُّنِیۡبِیۡنَ  اِلَیۡہِ ثُمَّ   اِذَاۤ   اَذَاقَہُمۡ  مِّنۡہُ رَحۡمَۃً اِذَا فَرِیۡقٌ مِّنۡہُمۡ بِرَبِّہِمۡ یُشۡرِکُوۡنَ ﴿ۙ﴾ لِیَکۡفُرُوۡا بِمَاۤ  اٰتَیۡنٰہُمۡ ؕ فَتَمَتَّعُوۡا ٝ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah kamu kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas dasar itu  Dia menciptakan manusia, tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah,  itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ --  Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat,  dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrikمِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ --    yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan,  tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. وَ اِذَا مَسَّ النَّاسَ ضُرٌّ دَعَوۡا رَبَّہُمۡ مُّنِیۡبِیۡنَ  اِلَیۡہِ --  Dan apabila suatu kemuda-ratan menimpa manusia, mereka berseru kepada Rabb-nya (Tuhan-nya) seraya kembali kepada Dia, ثُمَّ   اِذَاۤ   اَذَاقَہُمۡ  مِّنۡہُ رَحۡمَۃً اِذَا فَرِیۡقٌ مِّنۡہُمۡ بِرَبِّہِمۡ یُشۡرِکُوۡنَ --  kemudian apabila dirasakan kepada mereka rahmat dari-Nya tiba-tiba segolongan dari mereka mempersekutukan Rabb-nya (Tuhan-nya), لِیَکۡفُرُوۡا بِمَاۤ  اٰتَیۡنٰہُمۡ ؕ فَتَمَتَّعُوۡا ٝ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ --  sehingga mereka mengingkari apa yang telah Kami berikan kepada mereka. Maka bersenang-senanglah kamu sejenak  lalu segera kamu akan mengetahui. (Ar-Rūm [31-35).

Kesinambungan Pengutusan Rasul Allah dari Kalangan Bani Adam

  Surah Al-A’rāf ayat 173-175 sebelum ini  pun dapat merujuk (mengisyaratkan) kepada kemunculan para nabi Allah yang menunjuki jalan menuju Allah Swt., dan ungkapan “dari sulbi  bani Adam” maksudnya umat dari setiap zaman yang kepada mereka rasul Allah diutus, firman-Nya:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ  اَجَلٌ ۚ فَاِذَا  جَآءَ  اَجَلُہُمۡ  لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً  وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾  یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾   
Dan bagi  tiap-tiap umat ada batas waktu, maka apabila telah datang batas waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya.  یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ  --   Wahai Bani Adam,  jika datang kepada kamu  rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan Ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati. وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  --  Dan  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling  darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya  (Al-A’rāf  [7]:35-37).   
      Pada hakikatnya keadaan tiap-tiap rasul baru itulah yang mendorong timbulnya  pertanyaan  Ilahi:  اَلَسۡتُ بِرَبِّکُمۡ   --  “Bukankah  Aku Rabb (Tuhan) kamu?”  (QS.7:173). Pertanyaan itu berarti bahwa jika Allah  Swt. telah menyediakan perbekalan untuk keperluan jasmani manusia dan demikian  pula untuk kemajuan akhlak dan keruhanian maka  bagaimana ia dapat mengingkari Ketuhanan-Nya.
     Sesungguhnya karena menolak nabi Allah yang kedatangannya dijanjiikan kepada mereka (QS.7:35-37) maka manusia menjadi saksi terhadap diri  mereka sendiri, sebab jika demikian mereka tidak dapat berlindung di balik dalih bahwa  mereka tidak mengetahui Allah Swt. atau syariat-Nya atau Hari Pembalasan.
 Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai dalih (alasan) mereka lainnya: اَوۡ تَقُوۡلُوۡۤا  اِنَّمَاۤ  اَشۡرَکَ  اٰبَآؤُنَا مِنۡ  قَبۡلُ وَ کُنَّا ذُرِّیَّۃً مِّنۡۢ بَعۡدِہِمۡ  --  atau kamu mengatakan:  ”Sesungguhnya bapak-bapak kami dahulu yang berbuat syirik, sedangkan kami hanyalah keturunan sesudah mereka.  اَفَتُہۡلِکُنَا بِمَا فَعَلَ الۡمُبۡطِلُوۡنَ -- Apakah Engkau akan membinasakan kami karena apa yang telah  dikerjakan oleh orang-orang yang  berbuat batil itu?” (Al-A’rāf [7]:174), bahwa kemunculan seorang nabi Allah juga menghambat kaumnya dari mengemukakan dalih seperti dalam ayat 173 sebelumnya, sebab pada saat itulah  haq (kebenaran) dibuat nyata berbeda dari kepalsuan, dan kemusyrikan dengan  terang benderang dicela.

Baitullāh Sebagai Salah Satu  Tanda Keberadaan dan Kekuasaan Allah Swt. & Lambang “Tauhid Ilahi

   Keyakinan atau keimanan    mengenai Tauhid Ilahi yang telah ditanamkan Allah Swt. dalam ruh  atau fitrat manusia tersebut  bukan saja  merupakan bukti eksistensi  (keberadaan) Allah Swt.  tetapi juga merupakan bukti  Ke-Maha Sempurnaan Sifat-sifat-Nya yang tidak pernah berubah, sebagai  Tuhan Al-Hayyul-Qayyum (Maha Hidup dan  Maha Mandiri – QS.2: 256), firman-Nya:
اَللّٰہُ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَۚ اَلۡحَیُّ الۡقَیُّوۡمُ ۬ۚ لَا تَاۡخُذُہٗ سِنَۃٌ وَّ لَا نَوۡمٌ ؕ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یَشۡفَعُ  عِنۡدَہٗۤ  اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ؕ یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ  ۚ وَ لَا یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ الۡعَلِیُّ  الۡعَظِیۡمُ ﴿﴾
Allah, tidak ada Tuhan kecuali Dia اَلۡحَیُّ الۡقَیُّوۡمُ --  Yang Maha Hidup, Yang  Maha Tegak atas Dzat-Nya Sendiri dan Penegak segala sesuatu. Kantuk tidak menyentuh-Nya dan tidak pula tidur.  لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ -- Milik-Nya apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun  yang ada di bumi. مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یَشۡفَعُ  عِنۡدَہٗۤ  اِلَّا بِاِذۡنِہٖ   --  Siapakah yang dapat memberi syafaat di hadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya? یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ   --  Dia mengetahui apa pun yang ada di hadapan mereka dan apa pun di belakang mereka, وَ لَا یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ -- dan mereka tidak meliputi sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki. وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ --  Singgasana ilmu-Nya meliputi seluruh langit dan bumi,  وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ الۡعَلِیُّ  الۡعَظِیۡمُ --  dan tidak memberatkan-Nya menjaga keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Agung  (Al-Baqarah [2]:256).
        Pernyataan Allah Swt. tersebut menolak  segala bentuk syirik  yang diada-adakan  oleh orang-orang musyrik,  termasuk paham “Trinitas” dan “Penebusan Dosa”. Salah satu  bukti bahwa Allah Swt. itu benar-benar eksis (ada) dan Maha Kuasa  serta Maha Pemelihara  adalah keberadaan Baitullah (Ka’bah), yang dibangun Nabi Adam a.s. sebagai bukti Ke-Maha-Esa-an-Nya, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ  یَرَوۡا  اَنَّا جَعَلۡنَا حَرَمًا  اٰمِنًا  وَّ یُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنۡ حَوۡلِہِمۡ ؕ اَفَبِالۡبَاطِلِ یُؤۡمِنُوۡنَ وَ بِنِعۡمَۃِ اللّٰہِ یَکۡفُرُوۡنَ ﴿﴾
Apakah mereka tidak melihat bahwa Kami telah menjadikan tanah suci Mekkah  aman, padahal manusia direnggut dari sekeliling mereka di luar Mekkah?  Maka apakah mereka akan beriman kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah?   (Al-Ankabūt  [29]:68).
        Ayat ini merupakan kesaksian yang kekal mengenai Ka’bah, sebagai rumah suci milik Allah  Swt. Sendiri, sehingga disebut Baitullah. Semenjak Islam lahir, ketika dinyatakan olehnya  bahwa Ka’bah menjadi kiblat yang kekal bagi umat manusia, dan bahkan di zaman jahiliah ketika orang-orang Arab waktu itu tidak mempunyai rasa hormat terhadap jiwa manusia, wilayah itu disebut haram (suci) — daerah sekitar Ka’bah tetap merupakan tempat yang aman sentosa. Kalau di lingkungan luar Ka’bah tidak ada keamanan, maka kesamaan dan kedamaian sempurna bertakhta di dalamnya yakni di kota  Mekkah yang didalamnya terdapat Baitullah (Kabah).
      Salah satu  bentuk pemeliharaan eksitensi (keberadaan) Baitullah (Ka’bah)  tersebut  Allah Swt. telah memerintahkan Nabi Ibrahim a.s. untuk menempatkan  salah satu cabang keturunan beliau  di lembah Bakkah (Mekkah  -- QS.3:97)  yaitu Nabi Isma’il a.s.. firman-Nya:
وَ اِذۡ جَعَلۡنَا الۡبَیۡتَ مَثَابَۃً لِّلنَّاسِ وَ اَمۡنًا ؕ وَ اتَّخِذُوۡا مِنۡ مَّقَامِ اِبۡرٰہٖمَ مُصَلًّی ؕ وَ عَہِدۡنَاۤ اِلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ  وَ اِسۡمٰعِیۡلَ اَنۡ طَہِّرَا بَیۡتِیَ  لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡعٰکِفِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ  السُّجُوۡدِ ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَ  اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ  اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾ وَ اِذۡ یَرۡفَعُ  اِبۡرٰہٖمُ  الۡقَوَاعِدَ مِنَ الۡبَیۡتِ وَ اِسۡمٰعِیۡلُ ؕ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾ رَبَّنَا وَ اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً  لَّکَ ۪ وَ اَرِنَا مَنَاسِکَنَا وَ تُبۡ عَلَیۡنَا ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ التَّوَّابُ الرَّحِیۡمُ ﴿﴾ ﴿﴾٪
Dan ingatlah ketika Kami jadikan Rumah (Ka’bah) itu tempat berkumpul  bagi manusia dan tempat yang aman, dan  jadikanlah maqām  Ibrahim sebagai tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim  dan Isma'il: “Sucikanlah rumah-Ku itu untuk orang-orang yang tawaf, yang ‘itikaf, yang rukuk dan yang sujud.”  وَ اِذۡ قَالَ  اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ   -- Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku),  jadikanlah tempat ini kota yang aman dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara me-reka yang beriman  kepada  Allah dan Hari Kemudian.” قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ  اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ -- Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun  maka Aku akan memberi sedikit kesenangan kepadanya kemudian  akan Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”  وَ اِذۡ یَرۡفَعُ  اِبۡرٰہٖمُ  الۡقَوَاعِدَ مِنَ الۡبَیۡتِ وَ اِسۡمٰعِیۡلُ ؕ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ --   Dan ingatlah ketika Ibrahim dan Isma’il meninggikan  dasar-dasar yakni pondasi Rumah itu sambil mendoa: “Ya Rabb (Tuhan) kami,  terimalah   amal ini dari kami, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mendengar, Maha Mengetahui. رَبَّنَا وَ اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً  لَّکَ ۪ وَ اَرِنَا مَنَاسِکَنَا وَ تُبۡ عَلَیۡنَا ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ التَّوَّابُ الرَّحِیۡمُ  --    Ya Rabb (Tuhan) kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah  diri kepada Engkau, dan juga  dari antara keturunan kami jadikanlah satu umat yang berserah diri kepada Engkau, dan  perlihatkanlah kepada kami cara-cara ibadah kami dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang.” رَبَّنَا وَ ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ    -- “Ya Rabb (Tuhan) kami, bangkitkanlah  seorang rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka, yang meng-ajarkan Kitab  dan hikmah  kepada mereka serta akan mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana” (Al-Baqarah [2]:126-130). 

Peringatan Allah Swt. Kepada kaum Quraisy Mekkah yang Tidak Tahu Bersyukur Kepada Allah Swt. dengan Melakukan Kemusyrikan  

      Mengisyaratkan kepada kenyataan itu pulalah Allah Swt. telah  mengingatkan  kaum Quraisy  Mekkah yang  tidak bersyukur kepada Allah Swt., Pemilik Baitullah (Ka’bah), padahal mereka mendapat kehormatan sebagai “pemeliharanya”. Berikut ini  firman Allah Swt.  mengenai kebenaran jaminan  pemeliharaan-Nya Allah Swt. terhadap Baitullah dari upaya penghancuran yang dilakukan oleh Abrahah  -- penguasa Kristen dari Yaman – dan pasukan gajahnya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  اَلَمۡ  تَرَ کَیۡفَ فَعَلَ رَبُّکَ  بِاَصۡحٰبِ الۡفِیۡلِ ؕ﴿﴾  اَلَمۡ  یَجۡعَلۡ  کَیۡدَہُمۡ فِیۡ  تَضۡلِیۡلٍ ۙ﴿﴾  وَّ  اَرۡسَلَ عَلَیۡہِمۡ  طَیۡرًا  اَبَابِیۡلَ ۙ﴿﴾  تَرۡمِیۡہِمۡ  بِحِجَارَۃٍ  مِّنۡ سِجِّیۡلٍ ۪ۙ﴿۴﴾  فَجَعَلَہُمۡ کَعَصۡفٍ مَّاۡکُوۡلٍ ٪﴿﴾ 
Aku baca dengan  nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.    Tidakkah engkau  memperhatikan bagaimana Rabb (Tuhan) engkau memperlakukan para pemilik gajah? اَلَمۡ  یَجۡعَلۡ  کَیۡدَہُمۡ فِیۡ  تَضۡلِیۡلٍ -- Tidakkah  Dia  menjadikan  rencana  buruk mereka  gagal?    Dan Dia mengirimkan kepada mereka sekawanan burung,  yang memakan bangkai mereka, sambil memukul-mukulkan bangkai mereka di atas batu-batu  dari tanah keras,  maka Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat  (Al-Fīl [105]:1-6).
          Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai jaminan pemeliharaan-Nya  terhadap penduduk  Mekkah sekali pun kemudian mereka melakukan kemusyrikan dan melakukan penyimpangan dari millah (agama) Nabi Ibrahim a.s. yaitu Tauhid Ilahi (QS.2:131-134; QS.6:162-164), firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  لِاِیۡلٰفِ قُرَیۡشٍ ۙ﴿﴾  اٖلٰفِہِمۡ  رِحۡلَۃَ  الشِّتَآءِ  وَ الصَّیۡفِ ۚ﴿﴾ فَلۡیَعۡبُدُوۡا  رَبَّ ہٰذَا الۡبَیۡتِ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡۤ  اَطۡعَمَہُمۡ  مِّنۡ جُوۡعٍ ۬ۙ وَّ اٰمَنَہُمۡ مِّنۡ خَوۡفٍ ٪﴿﴾
 Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Tuhan engkau membinasakan para pemilik gajah untuk melekatkan  hati  orang-orang Quraisy. Untuk melekatkan kecintaan mereka pada  perjalanan  di musim dingin dan musim panasفَلۡیَعۡبُدُوۡا  رَبَّ ہٰذَا الۡبَیۡتِ  --  Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik  Rumah ini, الَّذِیۡۤ  اَطۡعَمَہُمۡ  مِّنۡ جُوۡعٍ ۬ۙ وَّ اٰمَنَہُمۡ مِّنۡ خَوۡفٍ  --   Yang telah memberi mereka makan di waktu lapar dan telah memberi mereka keamanan di waktu ketakutan    (Al-Quraisy [106]:1-5).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,30 Juli  2015      

                                                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar