Rabu, 29 Juli 2015

Keteraturan Hukum yang Meliputi Tatanan Alam Semesta Membuktikan Kebenaran "Tauhid Ilahi" dan Menentang "Kemusyrikan"



                                                                                                                 
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 109

Keteraturan Hukum    yang Meliputi Tatanan Alam Semesta Membuktikan Kebenaran Tauhid Ilahi dan Menentang Kemusyrikan
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai  ketidak-terbatasan ilmu Allah Swt. berkenaan alam semesta, demikian  juga seperti halnya alam semesta jasmani, Al-Quran  pun merupakan alam semesta keruhanian yang di dalamnya tersembunyi khazanah-khazanah ilmu keruhanian tak terhingga, yang dibukakan Allah Swt. kepada manusia sesuai dengan keperluan zaman, firman-Nya:
وَ لَوۡ اَنَّ مَا فِی الۡاَرۡضِ مِنۡ شَجَرَۃٍ  اَقۡلَامٌ  وَّ  الۡبَحۡرُ  یَمُدُّہٗ  مِنۡۢ بَعۡدِہٖ سَبۡعَۃُ  اَبۡحُرٍ  مَّا نَفِدَتۡ  کَلِمٰتُ اللّٰہِ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan  seandainya pohon-pohon  di bumi ini menjadi pena dan laut    ditambahkan kepadanya  sesudahnya tujuh laut menjadi tinta,  kalimat Allah sekali-kali tidak akan habis. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Luqman [31]:28).     Bilangan “7” dan “70” digunakan dalam bahasa Arab adalah menyatakan jumlah besar, dan bukan benar-benar “tujuh” dan “tujuh puluh” sebagai angka-angka bilangan lazim. Firman-Nya lagi:
قُلۡ لَّوۡ کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ لَنَفِدَ الۡبَحۡرُ  قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ لَوۡ  جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ  مَدَدًا ﴿﴾
Katakanlah: "'Seandainya lautan menjadi tinta untuk me­nuliskan kalimat-kalimat Rabb-ku (Tuhan-ku), niscaya  lautan itu akan habis se­belum kalimat-kalimat Rabb-ku (Tuhan-ku) habis dituliskan, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai tambahannya   (Al-Kahf [18]:110).
  Bangsa-bangsa Kristen dari barat membanggakan diri atas penemuan­-penemuan dan hasil-hasil mereka yang besar dalam ilmu pengetahuan, dan nampaknya mereka dikuasai anggapan keliru  bahwa mereka telah berhasil mengetahui seluk-beluk rahasia-rahasia takhliq (penciptaan) itu sendiri. Hal itu hanya pembualan yang sia-sia belaka.

Kesempurnaan Tatanan Alam Semesta

Rahasia-rahasia Allah Swt, dan ciptaan-Nya  berupa alam semesta  dan segala sisinya tidak ada habisnya dan tidak dapat diselami sehingga apa yang telah mereka temukan sampai sekarang, dan apa yang nanti akan ditemukan dengan segala susah-payah, jika dibandingkan dengan rahasia-rahasia Allah Swt. belumlah merupakan setitik pun air dalam samudera, sebagaimana  firman-Nya berikut ini mengenai kesempurnaan penciptaan  tatanan alam semesta dalam berbagai seginya:
 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  تَبٰرَکَ الَّذِیۡ  بِیَدِہِ  الۡمُلۡکُ ۫ وَ ہُوَ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ قَدِیۡرُۨ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡ  خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَ الۡحَیٰوۃَ  لِیَبۡلُوَکُمۡ  اَیُّکُمۡ  اَحۡسَنُ عَمَلًا ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ  الۡغَفُوۡرُ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا ؕ مَا تَرٰی فِیۡ  خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ مِنۡ  تَفٰوُتٍ ؕ فَارۡجِعِ  الۡبَصَرَ ۙ ہَلۡ  تَرٰی مِنۡ فُطُوۡرٍ ﴿﴾  ثُمَّ  ارۡجِعِ  الۡبَصَرَ کَرَّتَیۡنِ  یَنۡقَلِبۡ اِلَیۡکَ  الۡبَصَرُ خَاسِئًا وَّ ہُوَ حَسِیۡرٌ ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  تَبٰرَکَ الَّذِیۡ  بِیَدِہِ  الۡمُلۡکُ --    Maha Berbarkat  Dia Yang di Tangan-Nya kerajaan وَ ہُوَ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ قَدِیۡرُۨ    -- dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, الَّذِیۡ  خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَ الۡحَیٰوۃَ    --   Yang menciptakan kematian dan kehidupan, لِیَبۡلُوَکُمۡ  اَیُّکُمۡ  اَحۡسَنُ عَمَلًا  -- supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang terbaik amalnya, وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ  الۡغَفُوۡرُ  -- dan  Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun,  الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا --   Yang telah menciptakan tujuh tingkat langit dengan serasi. مَا تَرٰی فِیۡ  خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ مِنۡ  تَفٰوُتٍ  -- Engkau tidak akan melihat  ketidak selarasan di dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah, فَارۡجِعِ  الۡبَصَرَ ۙ ہَلۡ  تَرٰی مِنۡ فُطُوۡرٍ  -- maka lihatlah berulang-ulang, apakah engkau melihat sesuatu  cacat?  ثُمَّ  ارۡجِعِ  الۡبَصَرَ کَرَّتَیۡنِ  یَنۡقَلِبۡ اِلَیۡکَ  الۡبَصَرُ خَاسِئًا وَّ ہُوَ حَسِیۡ  -- Kemudian pandanglah untuk kedua kalipenglihatan engkau akan kembali kepada engkau dengan tunduk dan  ia letih. (Al-Mulk [67]:1-5).
   Makna ayat: الَّذِیۡ  خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَ الۡحَیٰوۃَ    --   Yang menciptakan kematian dan kehidupan, لِیَبۡلُوَکُمۡ  اَیُّکُمۡ  اَحۡسَنُ عَمَلًا  -- supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang terbaik amalnya”,  hukum hidup dan mati berlaku di seluruh alam. Tiap-tiap makhluk-hidup tunduk kepada kehancuran dan kematian, sebab yang kekal hanyalah Allah Swt. (QS.55:27-28).  Kata “kematian” di sini seperti juga dalam ayat QS.2:29 dan QS.53:45, disebut sebelum kata “kehidupan.”
 Alasannya ialah, rupa-rupanya kematian atau tanpa-wujud itu merupakan keadaan sebelum ada kehidupan; atau mungkin karena “mati” itu lebih penting dan lebih besar artinya daripada “hidup,” karena kematian membukakan kepada manusia pintu gerbang kehidupan kekal dan kemajuan ruhani yang tidak berhingga bagi manusia, sedang kehidupan di dunia ini hanyalah suatu tempat persinggahan sementara dan merupakan suatu persiapan bagi kehidupan kekal lagi abadi di balik kubur, yakni alam akhirat  yang jauh lebih baik daripada kehidupan dunia (QS.87:15-20; QS.93:5-6).
   Kata thibāq  dalam ayat 4: الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا --  Yang telah menciptakan tujuh tingkat langit dengan serasi” itu bersamaan arti dengan thabāq dan dengan jamaknya athbāq. Orang mengatakan sesuatu ini thabāq atau thibāq bagi  sesuatu itu, yakni “sesuatu ini berpasangan dengan itu” atau “sejenis itu dalam ukuran atau mutunya”, dan sebagainya. Thibāq berarti juga tingkat (Lexicon Lane).

Membuktikan Keberadaan Satu Tuhan Pencipta

    Sungguh menakjubkan ciptaan Allah Swt. itu. Tatasurya yang di  dalamnya bumi ada manusia hanya merupakan anggota kecil itu sangat luas, bermacam-macam dan teratur susunannya, namun demikian tatasurya itu hanyalah merupakan salah satu dari ratusan juta tatasurya yang beberapa di antaranya jauh lebih besar lagi daripada tatasurya kita ini.
  Namun jutaan matahari dan bintang itu begitu rupa diatur dan disebar dalam hubungan satu sama lain sehingga di mana-mana menimbulkan keserasian dan keindahan, sekali pun tidak memiliki tiang penunjang yang dapat dilihat mata jasmani, firman-Nyaq:
اَللّٰہُ الَّذِیۡ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَیۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَہَا ثُمَّ  اسۡتَوٰی عَلَی الۡعَرۡشِ وَ سَخَّرَ الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ ؕ کُلٌّ یَّجۡرِیۡ لِاَجَلٍ مُّسَمًّی ؕ  یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ یُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ بِلِقَآءِ رَبِّکُمۡ تُوۡقِنُوۡنَ ﴿﴾
Allah, Dia-lah Yang telah meninggikan seluruh langit tanpa suatu tiang pun yang kamu melihatnya, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy.  Dan Dia  telah menundukkan bagi kamu matahari dan bulan, masing-masing beredar menurut arah perjalanannya  hingga suatu masa yang telah ditetapkan. یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ یُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ بِلِقَآءِ رَبِّکُمۡ تُوۡقِنُوۡنَ --  Dia mengatur segala urusan dan Dia menjelaskan Tanda-tanda itu, supaya kamu berkeyakinan teguh mengenai pertemuan dengan Rabb (Tuhan) kamu  (Ar-R’ād [13]:3). Lihat pula  QS.31:11.
        Kata-kata itu berarti:  اَللّٰہُ الَّذِیۡ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَیۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَہَا  -- “Allah, Dia-lah Yang telah meninggikan seluruh langit tanpa suatu tiang pun yang kamu melihatnya”: (1) Kamu  melihat bahwa seluruh langit berdiri tanpa tiang-tiang;  (2) bahwa seluruh langit berdiri tidak atas tiang-tiang yang dapat kamu lihat; artinya, seluruh langit itu mempunyai pendukung, tetapi kamu tidak dapat melihatnya.
        Secara harfiah ayat itu berarti  bahwa seluruh langit berdiri tanpa ditunjang oleh tiang-tiang. Secara kiasan ayat itu berarti, bahwa seluruh langit atau benda-benda langit memang memerlukan penopang, tetapi penopang-penopang itu tidak nampak kepada mata manusia, umpamanya daya tarik atau tenaga magnetis atau gerakan-gerakan khusus planit-planit atau cara-cara lain, yang ilmu pengetahuan telah menemukannya hingga saat ini atau yang mungkin akan ditemukan lagi di hari depan.
        Kata ‘Arsy (singgasana) dalam ayat selanjutnya:  یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ یُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ بِلِقَآءِ رَبِّکُمۡ تُوۡقِنُوۡنَ --  Dia mengatur segala urusan dan Dia menjelaskan Tanda-tanda itu, supaya kamu berkeyakinan teguh mengenai pertemuan dengan Rabb (Tuhan) kamu”  telah dipakai dalam Al-Quran untuk menyatakan proses membawa hukum-hukum ruhani atau jasmani kepada kesempurnaannya. Penggunaan ungkapan itu selaras dengan kebiasaan raja-raja dunia, mereka itu menyatakan proklamasi-proklamasi penting “dari singgasana”.
  Tertib (keteraturan) yang menutupi dan meliputi seluruh alam   itu, jelas nampak kepada mata tanpa bantuan alat apa pun, dan tersebar jauh melewati jangkauan pandangan yang dibantu oleh segala macam alat dan perkakas (telescope) yang dunia ilmu dan teknik telah mampu menciptakannya.

Keteraturan Alam Semesta Menolak Kemusyrikan

  Dengan semakin berkembangnya kemajuan  iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) yang dikembangkan manusia  dalam bidang  optic  berupa telescope maka semakin takjub pulalah manusia menyaksikan berbagai pemandangan baru yang muncul di hadapannya, demikian seterusnya, sehingga sangat tepat pernyataan Allah Swt. dalam ayat 4-5:  
الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا ؕ مَا تَرٰی فِیۡ  خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ مِنۡ  تَفٰوُتٍ ؕ فَارۡجِعِ  الۡبَصَرَ ۙ ہَلۡ  تَرٰی مِنۡ فُطُوۡرٍ ﴿﴾  ثُمَّ  ارۡجِعِ  الۡبَصَرَ کَرَّتَیۡنِ  یَنۡقَلِبۡ اِلَیۡکَ  الۡبَصَرُ خَاسِئًا وَّ ہُوَ حَسِیۡرٌ ﴿﴾
Yang telah menciptakan tujuh tingkat langit dengan serasi. Engkau tidak akan melihat ketidak selarasan di dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah, maka lihatlah berulang-ulang, apakah engkau melihat sesuatu  cacat?  Kemudian pandanglah untuk kedua kali,  penglihatan engkau akan kembali kepada engkau dengan tunduk dan  ia letih   (Al-Mulk [67]:4-5).
         Kenyataan tersebut membuktikan bahwa hanya ada satu Tuhan Pencipta tatanan  alam semesta    yakni Allah Swt., --  Rabb-al-‘ālamīn (Tuhan Pencipta dan Pemelihara seluruh alam - QS.1:2)  -- sebab jika ada tuhan-tuhan pencipta lainnya selain Allah Swt. maka tatanan alam semesta ini akan kacau-balau, seperti kacau-balaunya kemusyrikan, firman-Nya:
لَوۡ  کَانَ فِیۡہِمَاۤ  اٰلِہَۃٌ  اِلَّا اللّٰہُ  لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبۡحٰنَ اللّٰہِ  رَبِّ الۡعَرۡشِ عَمَّا یَصِفُوۡنَ ﴿﴾  لَا  یُسۡـَٔلُ  عَمَّا  یَفۡعَلُ  وَ  ہُمۡ  یُسۡـَٔلُوۡنَ ﴿﴾
Seandainya di dalam keduanya yakni langit dan bumi   ada tuhan-tuhan selain Allah pasti binasalah kedua-duanya, maka Maha Suci Allah  Tuhan ‘Arasy itu, jauh di atas segala yang mereka sifatkanلَا  یُسۡـَٔلُ  عَمَّا  یَفۡعَلُ  وَ  ہُمۡ  یُسۡـَٔلُوۡنَ  --  Dia tidak akan ditanya mengenai apa yang Dia kerjakan,  sedangkan mereka  akan ditanya  (Al-Anbiya [21]:23-24).
        Ayat 23  merupakan dalil yang jitu dan pasti untuk menolak kemusyrikan. Bahkan mereka yang tidak percaya kepada Tuhan pun tidak dapat menolak, bahwa suatu tertib yang sempurna melingkupi dan meliputi seluruh alam raya. Tertib ini menunjukkan bahwa ada hukum yang seragam mengaturnya, dan keseragaman hukum-hukum membuktikan ke-Esa-an Sang Pencipta dan Pengatur alam raya, yakni Allah Swt..
        Seandainya ada Tuhan lebih dari satu tentu lebih dari satu hukum akan mengatur alam — sebab adalah perlu bagi suatu wujud tuhan untuk menciptakan alam-semesta dengan peraturan-peraturannya yang khusus  pula — dan dengan demikian sebagai akibatnya kekalutan dan kekacauan niscaya akan terjadi yang tidak dapat dielakkan, serta seluruh alam akan menjadi hancur berantakan. Karena itu – berkenaan dengan “Trinitas”   -- sungguh janggal mengatakan bahwa tiga tuhan yang sama-sama sempurna dalam segala segi, bersama-sama merupakan pencipta dan pengawas bagi alam raya, padahal sebelum Yesus dilahirkan Maryam binti ‘Imran,  keberadaan tatanan alam semesta dengan segala  keteraturan hukum-hukumnya telah ada.

Kesaksian Ruh (Fitrat) Manusia Mengenai Tauhid Ilahi  & Ketidak-kekalan Kehidupan Duniawi

        Ayat selanjutnya:  لَا  یُسۡـَٔلُ  عَمَّا  یَفۡعَلُ  وَ  ہُمۡ  یُسۡـَٔلُوۡنَ -- “  Dia tidak akan ditanya mengenai apa yang Dia kerjakan,  sedangkan mereka  akan ditanya”,  menunjuk kepada sempurnanya dan lengkapnya tata-tertib alam raya, sebab itu mengisyaratkan kepada kesempurnaan Pencipta dan Pengaturnya, yakni Allah Swt.,  dan mengisyaratkan pula kepada ke-Esa-an-Nya.
      Ayat ini berarti pula bahwa kekuasaan Allah  Swt. mengatasi segala sesuatu, sedang semua wujud dan barang lainnya tunduk kepada kekuasaan-Nya. Hal ini merupakan dalil lain yang menentang kemusyrikan, sebagaimana firman-Nya dalam  Surah Al-Ankabūt  sebelum ini:
وَ لَئِنۡ سَاَلۡتَہُمۡ مَّنۡ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ وَ سَخَّرَ الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ لَیَقُوۡلُنَّ  اللّٰہُ ۚ فَاَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾  اَللّٰہُ یَبۡسُطُ الرِّزۡقَ لِمَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ  وَ یَقۡدِرُ  لَہٗ  ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  بِکُلِّ  شَیۡءٍ عَلِیۡمٌ ﴿﴾  وَ لَئِنۡ سَاَلۡتَہُمۡ مَّنۡ نَّزَّلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً  فَاَحۡیَا بِہِ الۡاَرۡضَ مِنۡۢ بَعۡدِ مَوۡتِہَا لَیَقُوۡلُنَّ اللّٰہُ ؕ قُلِ الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ ؕ بَلۡ  اَکۡثَرُہُمۡ  لَا  یَعۡقِلُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan jika engkau bertanya kepada mereka: “Siapakah yang telah menciptakan seluruh langit dan bumi serta  menundukkan matahari dan bulan?”  Niscaya mereka akan berkata, “Allah.” Maka ke manakah mereka dipalingkan?   Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya, dan menyempitkan baginya, sesungguhnya  Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.   Dan jika engkau bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menurunkan air dari awan lalu dengannya menghidupkan bumi setelah matinya?” Niscaya mereka   akan berkata: “Allah.” Katakanlah: “Segala puji bagi Allah.” Tetapi kebanyakan mereka tidak mau mengerti (Al-Ankabūt  [29]:62-64).
     Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kefanaan  atau ketidak-kekalan kehidupan duniawi:
وَ مَا ہٰذِہِ  الۡحَیٰوۃُ  الدُّنۡیَاۤ  اِلَّا لَہۡوٌ وَّ لَعِبٌ ؕ وَ اِنَّ الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  لَہِیَ الۡحَیَوَانُ ۘ لَوۡ  کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ فَاِذَا  رَکِبُوۡا فِی الۡفُلۡکِ دَعَوُا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ  الدِّیۡنَ ۬ۚ فَلَمَّا نَجّٰہُمۡ  اِلَی الۡبَرِّ   اِذَا  ہُمۡ   یُشۡرِکُوۡنَ ﴿ۙ﴾  لِیَکۡفُرُوۡا بِمَاۤ  اٰتَیۡنٰہُمۡ ۚۙ وَ لِیَتَمَتَّعُوۡا ٝ فَسَوۡفَ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan   tidak lain  kehidupan di dunia ini melainkan pengisi waktu serta permainan. Dan sesungguhnya rumah di akhirat itulah kehidupan yang hakiki,  seandainya  mereka mengetahui!   Maka apabila mereka menaiki bahteramereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, tetapi tatkala Dia telah menyelamatkan mereka sampai ke darat tiba-tiba mereka mulai mempersekutukan-Nya,    supaya mereka mengingkari apa-apa yang telah Kami berikan kepada mereka, dan supaya  mereka  bersenang-senang sementara waktu, maka mereka segera akan mengetahui (Al-Ankabūt  [29]:65-67).
         Hidup tanpa menanggung jerih payah dan kesusahan demi suatu tujuan agung, dan tanpa pengurbanan-pengurbanan sebagai bakti kepada  Allah Swt., adalah “hanya pelengah waktu dan permainan”; suatu keadaan yang tidak berguna dan tidak bertujuan.  Itulah makna ayat:  وَ مَا ہٰذِہِ  الۡحَیٰوۃُ  الدُّنۡیَاۤ  اِلَّا لَہۡوٌ وَّ لَعِبٌ  -- “Dan   tidak lain  kehidupan di dunia ini melainkan pengisi waktu serta permainan.
         Kehidupan yang padat tujuan ialah yang ditempuh demi mencapai tujuan agung serta mulia, dan untuk mengadakan persiapan guna kehidupan yang kekal abadi, yang untuk kehidupan itu Tuhan telah menciptakan manusia, firman-Nya: وَ اِنَّ الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  لَہِیَ الۡحَیَوَانُ ۘ لَوۡ  کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ   -- “Dan sesungguhnya rumah di akhirat itulah kehidupan yang hakiki,  seandainya  mereka mengetahui!

Ketidak-konsekwenan Orang-orang Musyrik

       Ayat selanjutnya  mengemukakan    sikap buruk  dan  ketidak-konsekwenan orang-orang musyrik terhadap  kemusyrikannya ketika menghadapi bencana yang mereka anggap  akan menghabisi mereka: فَاِذَا  رَکِبُوۡا فِی الۡفُلۡکِ دَعَوُا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ  الدِّیۡنَ ۬ۚ فَلَمَّا نَجّٰہُمۡ  اِلَی الۡبَرِّ   اِذَا  ہُمۡ   یُشۡرِکُوۡنَ  -- “Maka apabila mereka menaiki bahteramereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, tetapi tatkala Dia telah menyelamatkan mereka sampai ke darat tiba-tiba mereka mulai mempersekutukan-Nya. ”  Senada dengan ayat tersebut dalam Surah lain Allah Swt. berfirman mengenai mereka:
 ہُوَ الَّذِیۡ یُسَیِّرُکُمۡ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ ؕ حَتّٰۤی اِذَا کُنۡتُمۡ فِی الۡفُلۡکِ ۚ وَ  جَرَیۡنَ بِہِمۡ بِرِیۡحٍ طَیِّبَۃٍ وَّ فَرِحُوۡا بِہَا جَآءَتۡہَا رِیۡحٌ عَاصِفٌ وَّ جَآءَہُمُ الۡمَوۡجُ مِنۡ کُلِّ مَکَانٍ وَّ ظَنُّوۡۤا اَنَّہُمۡ اُحِیۡطَ بِہِمۡ ۙ دَعَوُا اللّٰہَ  مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ الدِّیۡنَ ۬ۚ  لَئِنۡ اَنۡجَیۡتَنَا مِنۡ ہٰذِہٖ لَنَکُوۡنَنَّ  مِنَ  الشّٰکِرِیۡنَ ﴿﴾ فَلَمَّاۤ  اَنۡجٰہُمۡ  اِذَا ہُمۡ یَبۡغُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ بِغَیۡرِ الۡحَقِّ ؕ یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ  اِنَّمَا بَغۡیُکُمۡ عَلٰۤی اَنۡفُسِکُمۡ ۙ مَّتَاعَ  الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۫ ثُمَّ  اِلَیۡنَا مَرۡجِعُکُمۡ فَنُنَبِّئُکُمۡ بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dia-lah Yang memperjalankan kamu melalui daratan dan lautan,  hingga  apabila kamu telah ada di kapal-kapal, dan meluncurlah kapal-kapal itu dengan mereka berkat angin yang baik dan mereka pun bergembira karenanya  lalu datang  angin badai melandanya dan gelombang  pun  mendatangi mereka dari setiap tempat serta mereka yakin bahwa sesungguhnya mereka telah terkepung, دَعَوُا اللّٰہَ  مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ الدِّیۡنَ  -- mereka berseru kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dan berkata,  لَئِنۡ اَنۡجَیۡتَنَا مِنۡ ہٰذِہٖ لَنَکُوۡنَنَّ  مِنَ  الشّٰکِرِیۡنَ --  “Jika  Engkau   benar-be-nar menyelamatkan  kami dari bahaya ini, niscaya kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.”  فَلَمَّاۤ  اَنۡجٰہُمۡ  اِذَا ہُمۡ یَبۡغُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ بِغَیۡرِ الۡحَقِّ --   Tetapi  tatkala  Dia menyelamatkan mereka itu  tiba-tiba mereka berbuat durhaka di muka bumi tanpa haq.  اِنَّمَا بَغۡیُکُمۡ عَلٰۤی اَنۡفُسِکُمۡ ۙ مَّتَاعَ  الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۫   --  Hai manusia, sesungguhnya aki-bat   kedurhakaan kamu mengejar kesenangan hidup di dunia akan menimpa kamu,      ثُمَّ  اِلَیۡنَا مَرۡجِعُکُمۡ فَنُنَبِّئُکُمۡ بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ  -- kemudian kepada Kami-lah tempat kamu kembali, lalu Kami memberitahukan kepadamu mengenai  apa yang senantiasa kamu kerjakan (Yunus [10]:23-24).
       Seperti angin sepoi-sepoi basah kadang-kadang berubah menjadi taufan yang dahsyat dan membawa kehancuran yang sangat luas jangkauannya, begitu pula kelonggaran dan penangguhan yang diberikan Allah Swt.  kepada orang-orang kafir mungkin dapat merupakan pendahuluan dari kehancurannya.
       Untuk menyadarkan orang-orang kafir mengenai kebenaran yang nyata ini, maka perhatian mereka ditarik kepada kenikmatan-kenikmatan dan kemudahan maupun bahaya dalam perjalanan di laut.  Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
اِنَّمَا مَثَلُ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا کَمَآءٍ اَنۡزَلۡنٰہُ مِنَ السَّمَآءِ فَاخۡتَلَطَ بِہٖ نَبَاتُ الۡاَرۡضِ مِمَّا یَاۡکُلُ النَّاسُ وَ الۡاَنۡعَامُ ؕ حَتّٰۤی اِذَاۤ اَخَذَتِ الۡاَرۡضُ زُخۡرُفَہَا وَ ازَّیَّنَتۡ وَ ظَنَّ  اَہۡلُہَاۤ   اَنَّہُمۡ قٰدِرُوۡنَ عَلَیۡہَاۤ ۙ اَتٰہَاۤ  اَمۡرُنَا لَیۡلًا اَوۡ نَہَارًا فَجَعَلۡنٰہَا حَصِیۡدًا  کَاَنۡ لَّمۡ تَغۡنَ بِالۡاَمۡسِ ؕ      کَذٰلِکَ نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لِقَوۡمٍ  یَّتَفَکَّرُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya  perumpamaan kehidupan dunia adalah seperti air yang Kami menurunkannya dari langit, lalu bercampur dengannya tumbuh-tumbuhan bumi,  yang darinya manusia dan binatang ternak makan, حَتّٰۤی اِذَاۤ اَخَذَتِ الۡاَرۡضُ زُخۡرُفَہَا وَ ازَّیَّنَتۡ وَ ظَنَّ  اَہۡلُہَاۤ   اَنَّہُمۡ قٰدِرُوۡنَ عَلَیۡہَاۤ   -- sehingga apabila bumi telah memakai perhiasannya serta nampak keindahannya, dan pemilik-pemiliknya pun yakin bahwa sesungguhnya mereka berkuasa atasnya,  اَتٰہَاۤ  اَمۡرُنَا لَیۡلًا اَوۡ نَہَارًا فَجَعَلۡنٰہَا حَصِیۡدًا  کَاَنۡ لَّمۡ تَغۡنَ بِالۡاَمۡسِ -- lalu  datang  kepadanya perintah  Kami di waktu malam atau siang, maka Kami menjadi-kannya laksana ladang yang telah disabit, seakan-akan ctidak pernah ada kemarin. کَذٰلِکَ نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لِقَوۡمٍ  یَّتَفَکَّرُوۡنَ  --   Demikianlah Kami mem-bentangkan Tanda-tanda Kami bagi orang-orang yang berpikir  (Yunus [10]:25).
        Maksud perumpamaan itu ialah bahwa bila bangsa-bangsa menjadi congkak serta manja, dan hidup di dunia ini dipandang gampang dan ringan, maka detik-detik kemunduran mulai tiba kepada bangsa-bangsa itu dan mereka ditimpa oleh nasib yang malang.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,28 Juli  2015      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar