Selasa, 28 Juli 2015

Makna "Ajnihah" (sapay-sayap) Malaikat dan Perkembangan Kemampuan Makhluk Allah Swt. & Khazanah Rezeki Allah Swt. dan Khazanah Ruhani Al-Quran yang Tidak Terbatas



                                                                                                                
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 108

Makna Ajnihah (Sayap-sayap) Malaikat dan Perkembangan Kemampuan Makhluk Allah Swt.  &   Khazanah Rezeki Allah Swt. dan Khazanah Ruhani Al-Quran yang Tidak Terbatas    
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai jaminan rezeki dari Allah Swt. terhadap binatang-binatang di tanah dan di udara sehingga tidak dibiarkan hidup tanpa jaminan makanan, karena itu   tidaklah masuk akal bahwa manusia —sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dan merupakan puncak segala kejadian makhluk -- harus mati kelaparan.  Dalam Surah lain Allah Swt. berfirman:
وَ مَا مِنۡ دَآبَّۃٍ  فِی الۡاَرۡضِ  اِلَّا عَلَی اللّٰہِ  رِزۡقُہَا وَ یَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّہَا وَ مُسۡتَوۡدَعَہَا ؕ کُلٌّ  فِیۡ  کِتٰبٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾
Dan sekali-kali tidak ada seekor binatang merayap pun di bumi, melainkan Allah-lah yang menanggung rezekinya.  Dan Dia mengetahui tempat tinggalnya yang sementara dan tempat tinggalnya yang tetap,  semuanya tercatat dalam Kitab yang nyata  (Hūd [11]:7).
   Allah Swt.  telah menyediakan bagi semua makhluk-Nya, bahkan Dia telah menyediakan bahan-bahan kehidupan bagi cacing dan binatang melata yang tinggal di lubang-lubang bumi sekalipun. Akal manusia tak sampai untuk memahami  bagaimana dan dari mana cacing dan serangga yang begitu banyak terdapat di permukaan dan di dalam bumi memperoleh makanannya.
  Manusia merasa telah memecahkan rahasia-rahasia alam semesta, tetapi sebenarnya masih belum mengenal sepenuhnya segala bentuk kehidupan mereka. Tetapi Allah Swt.  telah memberikan perbekalan hidup lebih dari cukup kepada semua makhluk itu.

Makna “Tempat Tinggal Sementara” dan “Tempat Tinggal Tetap

      Makna ayat وَ یَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّہَا وَ مُسۡتَوۡدَعَہَا -- “Dan Dia mengetahui tempat tinggalnya yang sementara dan tempat tinggalnya yang tetap, کُلٌّ  فِیۡ  کِتٰبٍ مُّبِیۡنٍ --  semuanya tercatat dalam Kitab yang nyata,”  ayat ini menegaskan bahwa Allah Swt.   yang telah menyediakan keperluan jasmani bagi makhluk-Nya yang paling sederhana itu, pasti tidak akan mengabaikan untuk memberikan perbekalan hidup yang sepadan bagi kepentingan akhlak dan ruhani manusia, yang merupakan puncak bagi ciptaan-Nya  karena telah dijadikan untuk beribadah kepada-Nya (QS.51:57).  
        Ayat ini bukan hanya menunjuk kepada tempat tinggal sementara dan tempat tinggal abadi tiap-tiap wujud yang hidup, melainkan menunjuk pula kepada batas sejauh mana wujud-wujud itu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuannya, misalnya  berubahnya ulat dan rayap  yang melata dan merayap menjadi kupu-kupu  dan    laron  yang bisa terbang.
      Mustaqarr dan mustauda’ bukan saja berarti tempat permukiman dan tempat tinggal yang tetap, melainkan juga batas terakhir atau batas yang telah ditetapkan bagi sesuatu benda bertalian dengan waktu ataupun tempat; waktu yang telah ditetapkan; akhir perjalanan seseorang (Lexicon Lane), sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman   mengenai para malaikat:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ فَاطِرِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ جَاعِلِ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  رُسُلًا اُولِیۡۤ  اَجۡنِحَۃٍ مَّثۡنٰی وَ ثُلٰثَ وَ رُبٰعَ ؕ یَزِیۡدُ فِی الۡخَلۡقِ مَا یَشَآءُ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ  قَدِیۡرٌ ﴿﴾  مَا یَفۡتَحِ اللّٰہُ  لِلنَّاسِ مِنۡ  رَّحۡمَۃٍ  فَلَا مُمۡسِکَ لَہَا ۚ وَ مَا یُمۡسِکۡ ۙ فَلَا مُرۡسِلَ  لَہٗ  مِنۡۢ  بَعۡدِہٖ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ فَاطِرِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ   --  Segala puji milik Allah   Yang menciptakan seluruh langit dan bumi,  جَاعِلِ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  رُسُلًا اُولِیۡۤ  اَجۡنِحَۃٍ مَّثۡنٰی وَ ثُلٰثَ وَ رُبٰعَ  -- Yang menjadikan malaikat-malaikat sebagai utusan-utusan yang bersayap dua, tiga  dan empat. یَزِیۡدُ فِی الۡخَلۡقِ مَا یَشَآءُ --  Dia menambahkan pada ciptaan-Nya  apa yang Dia kehendaki, اِنَّ اللّٰہَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ  قَدِیۡرٌ  -- sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. مَا یَفۡتَحِ اللّٰہُ  لِلنَّاسِ مِنۡ  رَّحۡمَۃٍ  فَلَا مُمۡسِکَ لَہَا  --  Rahmat  apa pun yang dibukakan Allah bagi umat manusia  maka tidak ada yang dapat menahannya,  وَ مَا یُمۡسِکۡ ۙ فَلَا مُرۡسِلَ  لَہٗ  مِنۡۢ  بَعۡدِہ -- dan apa pun yang ditahan-Nya  maka tidak ada yang dapat melepaskannya sesudah itu, وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ --  dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana  (Al-Fāthir [35]:1-3).

Makna Ajnihah (Sayap) Para Malaikat & Kemampuan  Ruhani Manusia

   Kepada malaikat-malaikat dipercayakan menjaga, mengatur, dan mengawasi segala urusan yang berlaku di alam jasmani (QS.79:6). Inilah tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepada mereka. Tugas mereka yang lain dan yang lebih berat yaitu  melaksanakan perintah dan kehendak Allāh Swt.  kepada rasul-rasul-Nya. Malaikat-malaikat pembawa wahyu menampakkan serentak dua, tiga, atau empat sifat Ilahi, dan ada pula malaikat lain, yang bahkan menjelmakan lebih banyak lagi dari sifat-sifat itu.
    Karena ajnihah merupakan lambang kekuatan dan kemampuan (Lexicon Lane), ayat ini mengandung arti bahwa malaikat-malaikat itu memiliki kekuatan dan sifat yang berbeda-beda derajatnya sesuai dengan kepentingan pekerjaan yang dipercayakan kepada mereka masing-masing.
   Sebagian malaikat dianugerahi kekuatan-kekuatan dan sifat-sifat yang lebih besar daripada yang lain. Malaikat Jibril a.s. adalah penghulu semua malaikat  karena itu pekerjaan mahapenting  yakni  menyampaikan wahyu Ilahi kepada para rasul Allah, diserahkan kepadanya serta dilaksanakan di bawah asuhan dan pengawasannya.
    Sesudah menyebutkan dalam ayat sebelumnya bahwa Allah Swt.  telah menciptakan seluruh langit dan bumi, dan telah menyediakan keperluan-keperluan jasmani dan ruhani manusia dengan selengkap-lengkapnya, ayat yang sedang dibahas mengandung arti bahwa Allah Swt.   sekarang sudah menakdirkan melimpahkan rahmat-Nya atas umat manusia melalui Nabi Besar Muhammad saw. dalam bentuk wahyu Al-Quran,  yang dengan  perantaraannya manusia dapat mengembangkan berbagai kemampuannya  sampai batas terakhir yang telah ditetapkan Allah Swt., firman-Nya:    مَا یَفۡتَحِ اللّٰہُ  لِلنَّاسِ مِنۡ  رَّحۡمَۃٍ  فَلَا مُمۡسِکَ لَہَا ۚ وَ مَا یُمۡسِکۡ ۙ فَلَا مُرۡسِلَ  لَہٗ  مِنۡۢ  بَعۡدِہٖ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   -- “Rahmat  apa pun yang dibukakan Allah bagi umat manusia maka tidak ada yang dapat menahannya, dan apa pun yang ditahan-Nya  maka tidak ada yang dapat melepaskannya sesudah itu,  dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (ayat 3).
      Jadi, sebagaimana halnya para malaikat memiliki ajnihah (sayap/kemampuan) yang berbeda-beda,  demikian juga halnya dengan manusia,   Allah Swt. Maha Mengetahui sejauh mana manusia dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan jasmani dan ruhaninya, karena Allah Swt. telah menciptakan insan (manusia)  dalam sebaik-baik penciptaan (QS.95:5), semua itu terpulang kepada  tekad dan upaya manusia itu sendiri, firman-Nya:
 یٰۤاَیُّہَا الۡاِنۡسَانُ  اِنَّکَ کَادِحٌ  اِلٰی رَبِّکَ کَدۡحًا  فَمُلٰقِیۡہِ ۚ﴿﴾  فَاَمَّا مَنۡ  اُوۡتِیَ  کِتٰبَہٗ  بِیَمِیۡنِہٖ ۙ﴿﴾  فَسَوۡفَ یُحَاسَبُ حِسَابًا یَّسِیۡرًا ۙ﴿﴾  وَّ  یَنۡقَلِبُ  اِلٰۤی  اَہۡلِہٖ مَسۡرُوۡرًا ؕ﴿﴾  وَ اَمَّا مَنۡ اُوۡتِیَ  کِتٰبَہٗ  وَرَآءَ ظَہۡرِہٖ ﴿ۙ﴾  فَسَوۡفَ یَدۡعُوۡا  ثُبُوۡرًا ﴿ۙ﴾  وَّ  یَصۡلٰی سَعِیۡرًا ﴿ؕ﴾  اِنَّہٗ  کَانَ  فِیۡۤ   اَہۡلِہٖ مَسۡرُوۡرًا ﴿ؕ﴾  اِنَّہٗ ظَنَّ  اَنۡ  لَّنۡ یَّحُوۡرَ ﴿ۚۛ﴾  بَلٰۤی ۚۛ  اِنَّ  رَبَّہٗ  کَانَ بِہٖ بَصِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Hai insan  (manusia), sesungguhnya engkau bekerja keras dengan sungguh-sungguh menuju Rabb (Tuhan) engkau, maka  engkau akan bertemu dengan-Nya.   Lalu adapun orang  yang diberikan kitabnya di tangan kanannya,       maka ia segera akan dihisab dengan perhitungan yang mudah;   dan ia akan kembali kepada keluarganya dengan gembira. Dan adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang punggungnya, maka ia segera akan memang-gil kebinasaan, dan ia akan masuk ke dalam Api yang menyala-nyala.  Sesungguhnya ia dahulu   bergembira di tengah keluarganya. Sesungguhnya ia menyangka bahwa ia tidak akan  pernah kembali kepada Tuhan-nya.   Bahkan, sesungguhnya Rabb-nya  (Tuhan-nya) selalu melihatnya. (Al-Insyiqāq [84]:7-16).

Kesedihan Rasul Akhir Zaman Mengenai Mereka yang “Mencampakkan” Al-Quran

     Makna ayat   وَ اَمَّا مَنۡ اُوۡتِیَ  کِتٰبَہٗ  وَرَآءَ ظَہۡرِہٖ  -- “Dan adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang punggungnya,” mereka yang pernah memperlakukan Al-Quran sebagai sesuatu yang tercampak, terutama di Akhir Zaman ini,  mengenai hal itu Allah Swt. berfirman:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾
Dan  Rasul itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan  (Al-Furqān [25]:31).
      Ayat ini dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan diri orang-orang Islam (Muslim) tetapi telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke belakang. Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Islam seperti dewasa ini.  Mengenai sikap buruk mereka  terhadap Al-Quran   itulah Rasul Akhir Zaman tersebut merasa sedih (prihatin)
        Ada sebuah hadits Nabi Besar Muhammad saw.  yang mengatakan: “Satu saat akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam melainkan namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman). Sungguh masa sekarang-sekarang inilah saat yang dimaksudkan itu. 
       Kembali kepada  jaminan  Allah Swt.   kepada orang-orang beriman  yang melakukan hijrah dan jihad di jalan Allah Swt. dengan harta dan jiwanya, firman-Nya:
وَ کَاَیِّنۡ مِّنۡ دَآبَّۃٍ  لَّا تَحۡمِلُ رِزۡقَہَا ٭ۖ اَللّٰہُ  یَرۡزُقُہَا وَ اِیَّاکُمۡ ۫ۖ  وَ ہُوَ السَّمِیۡعُ  الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾
Dan alangkah banyaknya hewan-hewan yang tidak membawa perbekalannya!  Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepada kamu.  Dan Dia  Maha Mendengar, Maha Mengetahui  (Al-Ankabūt [29]:57-61).
   Selanjutnya Allah Swt.  menjawab keraguan yang timbul dalam hati orang-orang kafir  atau orang-orang munafik yang tidak mau hijrah dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka,  berikut firman-Nya  kepada Nabi Besar Muhammad:
وَ لَئِنۡ سَاَلۡتَہُمۡ مَّنۡ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ وَ سَخَّرَ الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ لَیَقُوۡلُنَّ  اللّٰہُ ۚ فَاَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾  اَللّٰہُ یَبۡسُطُ الرِّزۡقَ لِمَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ  وَ یَقۡدِرُ  لَہٗ  ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  بِکُلِّ  شَیۡءٍ عَلِیۡمٌ ﴿﴾  وَ لَئِنۡ سَاَلۡتَہُمۡ مَّنۡ نَّزَّلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً  فَاَحۡیَا بِہِ الۡاَرۡضَ مِنۡۢ بَعۡدِ مَوۡتِہَا لَیَقُوۡلُنَّ اللّٰہُ ؕ قُلِ الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ ؕ بَلۡ  اَکۡثَرُہُمۡ  لَا  یَعۡقِلُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan jika engkau bertanya kepada mereka: “Siapakah yang telah menciptakan seluruh langit dan bumi serta  menundukkan matahari dan bulan?”  Niscaya mereka akan berkata, “Allah.” Maka ke manakah mereka dipalingkan?   Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya, dan menyempitkan baginya, sesungguhnya  Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.   Dan jika engkau bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menurunkan air dari awan lalu dengannya menghidupkan bumi setelah matinya?” Niscaya mereka   akan berkata: “Allah.” Katakanlah: “Segala puji bagi Allah.” Tetapi kebanyakan me-reka tidak mau mengerti  (Al-Ankabūt  [29]:62-64).

Khazanah Rezeki Jasmani dan Ruhani Allah Swt. yang Tak Terbatas

       Allah Ta’ala adalah Khāliq (Pencipta) dan Sumber bagi segala kehidupan, dan untuk pemeliharaannya Dia telah menetapkan semua kekuatan alam untuk mengkhidmati manusia, sebab manusia merupakan puncak dari ciptaan seluruh makhluk-Nya, firman-Nya:
اَلَمۡ تَرَوۡا اَنَّ اللّٰہَ سَخَّرَ لَکُمۡ مَّا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ وَ اَسۡبَغَ عَلَیۡکُمۡ نِعَمَہٗ  ظَاہِرَۃً  وَّ بَاطِنَۃً ؕ وَ مِنَ النَّاسِ مَنۡ یُّجَادِلُ فِی اللّٰہِ  بِغَیۡرِ عِلۡمٍ وَّ لَا ہُدًی وَّ لَا کِتٰبٍ مُّنِیۡرٍ ﴿﴾
Apakah kamu tidak melihat bahwasanya Allah telah menundukkan bagi kamu apa yang ada di seluruh langit dan apa yang ada di bumi, dan Dia telah melengkapkan atas kamu nikmat-nikmat-Nya, baik yang nampak atau pun yang tidak nampak? Dan di antara manusia ada orang-orang yang  berbantah mengenai Allah tanpa pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa Kitab yang terang  (Luqman [31]:21). Lihat pula   QS.45:14.
        Kata-kata  ayat    وَ اَسۡبَغَ عَلَیۡکُمۡ نِعَمَہٗ  ظَاہِرَۃً  وَّ بَاطِنَۃً   -- “dan Dia telah melengkapkan atas kamu nikmat-nikmat-Nya, baik yang nampak atau pun yang tidak nampak?” itu dapat mengandung arti semua keperluan manusia — baik jasmani maupun ruhaninya, yang bersifat kebendaan maupun akal-pikiran, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui, firman-Nya:
وَ اٰتٰىکُمۡ مِّنۡ کُلِّ مَا سَاَلۡتُمُوۡہُ ؕ وَ اِنۡ تَعُدُّوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ لَا تُحۡصُوۡہَا ؕ اِنَّ الۡاِنۡسَانَ  لَظَلُوۡمٌ  کَفَّارٌ ﴿٪﴾
Dan Dia telah memberikan kepada kamu segala sesuatu apa yang kamu minta kepada-Nya,  dan  jika  kamu menghitung nikmat-nikmat Allsh, kamu tidak akan dapat menghitungnya, sesungguhnya manusia benar-benar sangat zalim, sangat tidak bersyukur (Ibrahim [14]:35). Lihat pula QS.16:19.
   Kata-kata “yang kamu minta kepada-Nya” menunjukkan kepada tuntutan-tuntutan fitrat manusa yang telah terpenuhi seluruhnya. Allah Swt.  telah  menyediakan bahan yang lengkap untuk memenuhi segala hasrat dan keinginan fitrat manusia, firman-Nya:
یَسۡـَٔلُہٗ  مَنۡ  فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ کُلَّ  یَوۡمٍ ہُوَ  فِیۡ  شَاۡنٍ ﴿ۚ﴾  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾
Kepada-Nya memohon  siapa pun  yang ada di seluruh langit dan bumi. کُلَّ  یَوۡمٍ ہُوَ  فِیۡ  شَاۡنٍ  --  Setiap hari Dia menampakkan sifat-Nya dalam keadaan yang berlainan.  Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang ka-mu berdua dustakan? (Al-Rahmān [55]:30-31).

Makna “Penampakan-penampakan Baru” Allah Swt.

  Makna ayat   کُلَّ  یَوۡمٍ ہُوَ  فِیۡ  شَاۡنٍ  --  “setiap hari Dia menampakkan sifat-Nya dalam keadaan yang berlainan”, bahwa untuk mempertahankan hidup dan memenuhi segala keperluannya, sekalian makhluk bergantung pada Allah Swt., Yang adalah Sang Pencipta, Pemberi rezeki, dan Pemelihara mereka. Sifat-sifat Ilahi tidak mengenal batas atau hitungan, dan Sifat-sifat itu menjelmakan diri dalam berbagai cara di sepanjang masa guna memenuhi tuntutan atau keperluan jasmani dan ruhani manusia yang terus berkembang, firman-Nya:
 وَ الۡاَرۡضَ مَدَدۡنٰہَا وَ اَلۡقَیۡنَا فِیۡہَا رَوَاسِیَ وَ اَنۡۢبَتۡنَا فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ شَیۡءٍ مَّوۡزُوۡنٍ ﴿﴾  وَ جَعَلۡنَا لَکُمۡ  فِیۡہَا مَعَایِشَ وَ مَنۡ لَّسۡتُمۡ  لَہٗ  بِرٰزِقِیۡنَ ﴿﴾  وَ  اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ   اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ  مَا  نُنَزِّلُہٗۤ  اِلَّا بِقَدَرٍ  مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan bumi Kami telah membentangkannya,  di dalamnya Kami  telah menegakkan gunung-gunung yang kokoh dan juga Kami menumbuhkan di dalamnya segala sesuatu dengan perimbangan yang tepatوَ جَعَلۡنَا لَکُمۡ  فِیۡہَا مَعَایِشَ وَ مَنۡ لَّسۡتُمۡ  لَہٗ  بِرٰزِقِیۡنَ  --  Dan   Kami telah menjadikan bagi kamu di dalamnya segala keperluan hidup, dan juga bagi segala makhluk yang kamu tidak memberikan rezeki kepadanya. وَ  اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ   اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہ  --  Dan  tidak ada suatu pun benda melainkan pada Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas,  وَ  مَا  نُنَزِّلُہٗۤ  اِلَّا بِقَدَرٍ  مَّعۡلُوۡمٍ -- dan  Kami   tidak menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu   (Al-Hijr [15]:20-22).
   Kata-kata dalam ayat 20: wal-ardha madadnāhā berarti  “Kami telah membentangkan bumi”, atau “Kami telah memperkayanya”. Kedua-dua arti itu dapat dipakai di sini. Ayat ini mengandung arti bahwa Allah Swt.  telah membuat bumi ini sedemikian luasnya, sehingga kendatipun bentuknya bulat,  tetapi manusia tidak merasa tidak enak disebabkan oleh bentuknya yang bulat itu; atau ayat ini berarti bahwa Allah Swt.  telah memperkaya bumi ini dengan bahan-bahan penyubur.
   Penyelidikan-penyelidikan ilmu perbintangan telah menyingkapkan kenyataan, bahwa bumi terus-menerus memperoleh tenaga dan unsur penyubur baru dari bintang-bintang, yang darinya jatuh ke atas bumi serbuk-serbuk zat dalam bentuk meteor-meteor atau debunya yang berguna sekali untuk meningkatkan kesuburan bumi.
       Ayat 21 menjelaskan bahwa bumi memerlukan persediaan air yang banyak untuk menumbuhkan tanaman yang menghasilkan makanan. Untuk tujuan ini Allah Swt. telah menciptakan gunung-gunung yang gunanya sebagai penampung air, yang disimpannya dalam bentuk salju dan berangsur-angsur mencair lalu disalurkan ke permukaan  bumi melalui sungai-sungai.

Khazanah Tak terbatas Setiap benda & Khazanah Ruhani Al-Quran

        Makna ayat selanjutnya: وَ  اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ   اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ  مَا  نُنَزِّلُہٗۤ  اِلَّا بِقَدَرٍ  مَّعۡلُوۡمٍ  -- “Dan  tidak ada suatu pun benda melainkan pada Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan  Kami sama sekali tidak menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu.”  Yakni Allah Swt.  memiliki persediaan atau khazanah segala sesuatu dalam jumlah yang tidak terbatas, tetapi sesuai dengan rahmat-Nya yang tidak berhingga, Dia mengarahkan pikiran atau otak manusia kepada satu benda yang tertentu, hanya bilamana timbul suatu keperluan yang sesungguhnya akan benda itu.
     Seperti halnya alam semesta kebendaan, demikian pula Al-Quran  pun merupakan alam semesta keruhanian, di mana tersembunyi khazanah-khazanah ilmu keruhanian tak terhingga, yang dibukakan Allah Swt. kepada manusia sesuai dengan keperluan zaman, firman-Nya:
وَ لَوۡ اَنَّ مَا فِی الۡاَرۡضِ مِنۡ شَجَرَۃٍ  اَقۡلَامٌ  وَّ  الۡبَحۡرُ  یَمُدُّہٗ  مِنۡۢ بَعۡدِہٖ سَبۡعَۃُ  اَبۡحُرٍ  مَّا نَفِدَتۡ  کَلِمٰتُ اللّٰہِ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan  seandainya pohon-pohon  di bumi ini menjadi pena dan laut    ditambahkan kepadanya  sesudahnya tujuh laut menjadi tinta,  kalimat Allah sekali-kali tidak akan habis. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Luqman [31]:28).         Bilangan “7” dan “70” digunakan dalam bahasa Arab adalah menyatakan jumlah besar, dan bukan benar-benar “tujuh” dan “tujuh puluh” sebagai angka-angka bilangan lazim. Firman-Nya lagi:
قُلۡ لَّوۡ کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ لَنَفِدَ الۡبَحۡرُ  قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ لَوۡ  جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ  مَدَدًا ﴿﴾
Katakanlah: "'Seandainya lautan menjadi tinta untuk me­nuliskan kalimat-kalimat Rabb-ku (Tuhan-ku), niscaya  lautan itu akan habis se­belum kalimat-kalimat Rabb-ku (Tuhan-ku) habis dituliskan, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai tambahannya   (Al-Kahf [18]:110).
  Bangsa-bangsa Kristen dari barat membanggakan diri atas penemuan­-penemuan dan hasil-hasil mereka yang besar dalam ilmu pengetahuan, dan nampaknya mereka dikuasai anggapan keliru  bahwa mereka telah berhasil mengetahui seluk-beluk rahasia-rahasia takhliq (penciptaan) itu sendiri. Hal itu hanya pembualan yang sia-sia belaka.
   Rahasia-rahasia Allah Swt, dan ciptaan-Nya  berupa alam semesta  dan segala sisinya tidak ada habisnya dan tidak dapat diselami sehingga apa yang telah mereka temukan sampai sekarang, dan apa yang nanti akan ditemukan dengan segala susah-payah, jika dibandingkan dengan rahasia-rahasia Allah Swt. belumlah merupakan setitik pun air dalam samudera, sebagaimana  firman-Nya berikut ini mengenai kesempurnaan penciptaan  tatanan alam semesta dalam berbagai seginya:
 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  تَبٰرَکَ الَّذِیۡ  بِیَدِہِ  الۡمُلۡکُ ۫ وَ ہُوَ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ قَدِیۡرُۨ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡ  خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَ الۡحَیٰوۃَ  لِیَبۡلُوَکُمۡ  اَیُّکُمۡ  اَحۡسَنُ عَمَلًا ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ  الۡغَفُوۡرُ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا ؕ مَا تَرٰی فِیۡ  خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ مِنۡ  تَفٰوُتٍ ؕ فَارۡجِعِ  الۡبَصَرَ ۙ ہَلۡ  تَرٰی مِنۡ فُطُوۡرٍ ﴿﴾  ثُمَّ  ارۡجِعِ  الۡبَصَرَ کَرَّتَیۡنِ  یَنۡقَلِبۡ اِلَیۡکَ  الۡبَصَرُ خَاسِئًا وَّ ہُوَ حَسِیۡرٌ ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  تَبٰرَکَ الَّذِیۡ  بِیَدِہِ  الۡمُلۡکُ --    Maha Berbarkat  Dia Yang di Tangan-Nya kerajaan وَ ہُوَ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ قَدِیۡرُۨ    -- dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, الَّذِیۡ  خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَ الۡحَیٰوۃَ    --   Yang menciptakan kematian dan kehidupan, لِیَبۡلُوَکُمۡ  اَیُّکُمۡ  اَحۡسَنُ عَمَلًا  -- supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang terbaik amalnya, وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ  الۡغَفُوۡرُ  --  dan   Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun,  الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا --   Yang telah menciptakan tujuh tingkat langit dengan serasi. مَا تَرٰی فِیۡ  خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ مِنۡ  تَفٰوُتٍ  -- Engkau tidak akan melihat  ketidak selarasan di dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah, فَارۡجِعِ  الۡبَصَرَ ۙ ہَلۡ  تَرٰی مِنۡ فُطُوۡرٍ  -- maka lihatlah ber-ulang-ulang, apakah engkau melihat sesuatu  cacat?  ثُمَّ  ارۡجِعِ  الۡبَصَرَ کَرَّتَیۡنِ  یَنۡقَلِبۡ اِلَیۡکَ  الۡبَصَرُ خَاسِئًا وَّ ہُوَ حَسِیۡ  -- Kemudian pandanglah untuk kedua kalipenglihatan engkau akan kembali kepada engkau dengan tunduk dan  ia letih. (Al-Mulk [67]:1-5).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,26 Juli  2015      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar