بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 98
Provokasi Takabbur Fir’aun
Terhadap Kaumnya Berkenaan Misi
Suci Nabi Musa a.s. & Keberuntungan
Orang-orang yang Beriman dan Beramal Shaleh
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai pentingnya memperhatikan kebutuhan masyarakat berkenaan dengan masalah sandang, pangan dan papan, dalam
kisah monumental “Adam, Malaikat
dan Iblis”, sebab jika tidak
maka akan muncul berbagai macam gejolak di lingkungan masyarakat yang akibatnya akan berujung munculnya berbagai tindakan
melanggar hukum dan HAM
-- bahkan pelanggaran terhadap aturan agama
(syariat) -- sebagaimana sabda Nabi Besar Muhammad saw.: Kādal- faqru an-yakūna kufran -- “nyaris kefakiran
menyebabkan kekufuran” (Ad-Daruqutni
& Al-Jami’ush-Shaghir), firman-Nya:
وَ اِذۡ
قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا اِلَّاۤ
اِبۡلِیۡسَ ؕ اَبٰی ﴿﴾ فَقُلۡنَا
یٰۤـاٰدَمُ اِنَّ ہٰذَا عَدُوٌّ لَّکَ وَ لِزَوۡجِکَ فَلَا یُخۡرِجَنَّکُمَا
مِنَ الۡجَنَّۃِ فَتَشۡقٰی ﴿﴾ اِنَّ
لَکَ اَلَّا تَجُوۡعَ
فِیۡہَا وَ لَا تَعۡرٰی ﴿﴾ۙ وَ اَنَّکَ لَا تَظۡمَؤُا فِیۡہَا
وَ لَا تَضۡحٰی ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah yakni tunduk patuhlah kamu kepada Adam," maka mereka sujud kecuali iblis, ia menolak. Lalu Kami berfirman: "Hai Adam, sesungguhnya
orang ini adalah musuh bagi
engkau dan bagi istri engkau,
maka ia jangan sampai mengeluarkan kamu berdua dari kebun maka kamu
menderita kesulitan. اِنَّ لَکَ
اَلَّا تَجُوۡعَ فِیۡہَا وَ لَا تَعۡرٰی -- Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak
pula engkau akan telanjang, وَ اَنَّکَ لَا
تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی -- dan sesungguhnya engkau
tidak akan kehausan di dalamnya dan tidak
pula akan disengat panas matahari (Thā Hā [20]:117-120).
Perumpamaan Kerugian Para Pelaku
Kemusyrikan
Nabi
Adam a.s. diperingatkan bahwa jika beliau menyerah
kepada bujukan syaitan (iblis –
QS.7:21-23) dan menerima nasihatnya yang
penuh tipuan beliau akan menjadi luput
dari jannah (surga/kebun)
yaitu kehidupan berbahagia dan ketenteraman
ruhani yang sebelumnya telah beliau nikmati.
Itulah makna ayat: فَقُلۡنَا یٰۤـاٰدَمُ اِنَّ ہٰذَا عَدُوٌّ لَّکَ وَ لِزَوۡجِکَ فَلَا
یُخۡرِجَنَّکُمَا مِنَ الۡجَنَّۃِ فَتَشۡقٰی
-- “Lalu Kami berfirman: "Hai Adam, sesungguhnya orang ini adalah musuh bagi engkau dan bagi istri engkau, maka ia
jangan sampai mengeluarkan kamu berdua dari kebun maka kamu
menderita kesulitan.”
Isyarat
dalam ayat selanjutnya: اِنَّ لَکَ
اَلَّا تَجُوۡعَ فِیۡہَا وَ لَا تَعۡرٰی –Sesungguhnya engkau tidak akan
kelaparan di dalamnya dan tidak pula engkau akan telanjang, وَ اَنَّکَ لَا تَظۡمَؤُا فِیۡہَا
وَ لَا تَضۡحٰی -- “dan
sesungguhnya engkau tidak akan kehausan
di dalamnya dan tidak pula akan
disengat panas matahari,“ ayat ini dan dalam ayat sebelumnya, nampaknya
ditujukan kepada kemudahan dan kesenangan yang tidak terpisahkan dari kehidupan beradab di dunia ini.
Berbeda dengan manfaat beriman
kepada Allah Swt. dan beramal shaleh sebagaimana
dicontohkan oleh para rasul Allah – khususnya Nabi Besar
Muhammad saw. (QS.3:20, 32, 86 --
yakni akan mengalami kehidupan
yang digambarkan dengan “jannātin- tajri
min tahtihal- anhār -- kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai” (QS.2:26), sebaliknya orang-orang yang menjadikan selain Allah Swt. sebagai tuhan sembahan dan sebagai pelindung,
keadaan mereka diumpamakan
seperti laba-laba yang membuat sarang
bagi dirinya, yang tidak memberikan perlindungan
dari tiupan angin, terik panas matahari
dan terpaan air hujan, serta gangguan
lainnya, firman-Nya:
مَثَلُ
الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ
الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ
ۘ لَوۡ
کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Perumpamaan orang-orang yang mengambil penolong-penolong
selain Allah adalah seperti perumpamaan
laba-laba yang membuat rumah,
dan sesungguhnya selemah-lemah rumah
niscaya rumah laba-laba, seandainya
mereka itu mengetahui (Al-Ankabūt
[29]:42).
Perumpamaan Laba-laba yang membuat Sarang
Masalah ke-Esa-an
Tuhan yang menjadi pembahasan terutama Surah Al-Ankabūt
ini disudahi dalam ayat ini dengan sebuah tamsil
(perumpamaan) yang indah sekali, dan menjelaskan kepada kaum musyrik ketololan, kesia-siaan, dan kepalsuan kepercayaan-kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan syirik mereka. Mereka itu rapuh bagaikan sarang laba-laba dan tidak dapat bertahan terhadap kecaman akal sehat.
Bukan hanya dari segi ruhani saja mereka mengalami kesia-siaan, bahkan secara jasmani (duniawi) pun -- walau pun pada awalnya mereka meraih kesuksesan duniawi -- tetapi pada akhirnya keadaan mereka benar-benar bagaikan laba-laba yang sarangnya
tidak mampu melindungi mereka dari azab Ilahi yang diperingatkan para rasul Allah kepada mereka, sebagaimana
dikemukakan ayat sebelumnya, firman-Nya:
فَکُلًّا اَخَذۡنَا بِذَنۡۢبِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ
اَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِ حَاصِبًا ۚ وَ
مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَخَذَتۡہُ
الصَّیۡحَۃُ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ خَسَفۡنَا بِہِ الۡاَرۡضَ ۚ وَ مِنۡہُمۡ
مَّنۡ اَغۡرَقۡنَا ۚ وَ مَا کَانَ
اللّٰہُ لِیَظۡلِمَہُمۡ وَ لٰکِنۡ
کَانُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ یَظۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Maka setiap orang dari mereka Kami tangkap karena dosanya, di antara mereka ada yang Kami kirim kepadanya badai pasir, di antara mereka ada yang disambar oleh petir, di antara mereka ada yang Kami benamkan di bumi, di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan
Allah sekali-kali tidak berbuat zalim
terhadap mereka, tetapi mereka menzalimi
diri mereka sendiri. (Al-Ankabūt [29]:41).
Al-Quran telah mempergunakan berbagai kata dan ungkapan untuk hukuman
yang ditimpakan lawan-lawan berbagai nabi Allah pada zamannya masing-masing azab yang melanda kaum ‘Ād digambarkan sebagai badai pasir (QS.41:17; QS.54:20; dan QS.69:7);
yang menimpa kaum Tsamud sebagai gempa bumi (QS.7:79); ledakan (QS.11:68; QS.54:32), halilintar (QS.41:18), dan ledakan dahsyat (QS.69:6); azab yang menghancurkan umat Nabi Luth
a.s. sebagai batu-batu tanah (QS.11:83; QS.15:75); badai batu (QS.54:35); dan azab yang menimpa Midian, kaum Nabi
Syu’aib a.s. sebagai gempa bumi (QS.7:92; QS.29:38); ledakan (QS.11:95); dan azab pada hari siksaan yang mendatang (QS.26:190).
Terakhir dari semua itu ialah azab Ilahi yang menimpa Fir’aun dan lasykarnya serta pembesar-pembesarnya
yang gagah-perkasa, Haman dan Qarun (Qorah), dan membinasakan mereka
sampai hancur-luluh, telah
digambarkan dengan ungkapan, “Kami ........ tenggelamkan pengikut-pengikut
Fir’aun” (QS.2:51; QS.7:137; dan QS.17:104), dan “Kami menyebabkan bumi
menelannya” (QS.28:82).
Ketakabburan Fir’aun Ketika Memprovokasi
Kaumnya Mengenai Nabi Musa a.s.
Padahal
sebelumnya dalam mengomentari da’wah Nabi
Musa a.s. yang dianggapnya hanya memberikan janji mengenai
surga yang belum pasti kebenarannya, Fir’aun dengan penuh ketakaburan telah memprovokasi kaumnya, firman-Nya:
وَ نَادٰی
فِرۡعَوۡنُ فِیۡ قَوۡمِہٖ قَالَ یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ
ہٰذِہِ الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ
مِّنۡ ہٰذَا الَّذِیۡ ہُوَ مَہِیۡنٌ
۬ۙ وَّ لَا یَکَادُ یُبِیۡنُ ﴿﴾ فَلَوۡ لَاۤ
اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ اَسۡوِرَۃٌ مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ مَعَہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ مُقۡتَرِنِیۡنَ ﴿﴾ فَاسۡتَخَفَّ
قَوۡمَہٗ فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ
کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ ﴿﴾ فَلَمَّاۤ اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا مِنۡہُمۡ
فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ۙ﴾ فَجَعَلۡنٰہُمۡ
سَلَفًا وَّ مَثَلًا لِّلۡاٰخِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan Fir’aun mengumumkan kepada kaumnya
dengan berkata: "Hai kaumku, Bukankah
kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai
ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat? Atau tidakkah
aku lebih baik daripada orang yang hina ini dan ia tidak dapat menjelaskan? "Mengapakah tidak dianugerahkan kepadanya gelang-gelang dari emas, atau datang bersamanya malaikat-malaikat yang berkumpul
di sekelilingnya?" Demikianlah ia memperbodoh kaumnya lalu mereka
patuh kepadanya, sesungguhnya mereka
adalah kaum durhaka. فَلَمَّاۤ اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا
مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ -- Maka ketika
mereka membuat Kami murka, Kami
menuntut balas dari mereka dan Kami menenggelamkan mereka semua, فَجَعَلۡنٰہُمۡ سَلَفًا وَّ
مَثَلًا لِّلۡاٰخِرِیۡنَ -- lalu Kami menjadikan mereka kisah yang lalu
dan misal (perumpamaan) bagi kaum
yang akan datang (Az-Zukhruf [43]:52-57).
Dalam kenyataannya, ketika azab Ilahi pamungkas Allah Swt. menimpa Fir’aun dan para pembesarnya serta balatentara
mereka, jangankan menolong kaumnya, terhadap
dirinya pun Fir’aun tidak mampu
menolongnya dari ketenggelaman,
firman-Nya:
وَ
جٰوَزۡنَا بِبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ
الۡبَحۡرَ فَاَتۡبَعَہُمۡ فِرۡعَوۡنُ وَ جُنُوۡدُہٗ بَغۡیًا وَّ عَدۡوًا ؕ حَتّٰۤی اِذَاۤ اَدۡرَکَہُ الۡغَرَقُ ۙ قَالَ اٰمَنۡتُ
اَنَّہٗ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا الَّذِیۡۤ اٰمَنَتۡ بِہٖ بَنُوۡۤا
اِسۡرَآءِیۡلَ وَ اَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾ آٰلۡـٰٔنَ وَ قَدۡ عَصَیۡتَ قَبۡلُ وَ کُنۡتَ مِنَ
الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾ فَالۡیَوۡمَ
نُنَجِّیۡکَ بِبَدَنِکَ لِتَکُوۡنَ لِمَنۡ
خَلۡفَکَ اٰیَۃً ؕ وَ اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ النَّاسِ عَنۡ اٰیٰتِنَا
لَغٰفِلُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan Kami
telah membuat Bani Israil menyeberangi laut, lalu Fir’aun
dan lasykar-lasykarnya mengejar mereka
secara durhaka dan aniaya, حَتّٰۤی
اِذَاۤ اَدۡرَکَہُ الۡغَرَقُ ۙ قَالَ
اٰمَنۡتُ اَنَّہٗ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا الَّذِیۡۤ اٰمَنَتۡ بِہٖ بَنُوۡۤا
اِسۡرَآءِیۡلَ وَ اَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ -- sehingga apabila ia menjelang tenggelam ia berkata: “Aku percaya, sesungguhnya Dia
tidak ada Tuhan kecuali Yang
dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri kepada-Nya.” آٰلۡـٰٔنَ وَ قَدۡ عَصَیۡتَ قَبۡلُ وَ کُنۡتَ مِنَ الۡمُفۡسِدِیۡنَ -- ”Apa, sekarang baru ber-iman!? Padahal engkau telah membangkang sebelum
ini, dan engkau termasuk orang-orang yang
berbuat kerusakan. فَالۡیَوۡمَ نُنَجِّیۡکَ
بِبَدَنِکَ لِتَکُوۡنَ لِمَنۡ خَلۡفَکَ
اٰیَۃً -- maka
pada hari ini Kami akan menyelamatkan
engkau hanya badan engkau, supaya engkau menjadi suatu Tanda bagi orang-orang sesudah
engkau, وَ اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ النَّاسِ عَنۡ اٰیٰتِنَا
لَغٰفِلُوۡنَ -- dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia benar-benar le-ngah terhadap Tanda-tanda Kami” (Yunus
[10]:91-93).
Perumpamaan Kehidupan Duniawi yang Fatamorgana
Jadi, demikian
benarlah firman-Nya berikut ini mengenai ketidak-kekalan
kekuasaan dan kehidupan duniawi
ini, bagaimana pun hebatnya kesuksesan
yang diraih manusia, baik secara perseorangan
-- contohnya Qarun (QS.28:77-83)
-- mau pun secara kaum
(bangsa):
اِنَّمَا
مَثَلُ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا کَمَآءٍ اَنۡزَلۡنٰہُ مِنَ
السَّمَآءِ
فَاخۡتَلَطَ بِہٖ نَبَاتُ الۡاَرۡضِ مِمَّا
یَاۡکُلُ
النَّاسُ وَ الۡاَنۡعَامُ ؕ حَتّٰۤی اِذَاۤ اَخَذَتِ الۡاَرۡضُ
زُخۡرُفَہَا وَ ازَّیَّنَتۡ وَ
ظَنَّ اَہۡلُہَاۤ اَنَّہُمۡ قٰدِرُوۡنَ عَلَیۡہَاۤ ۙ اَتٰہَاۤ اَمۡرُنَا لَیۡلًا اَوۡ نَہَارًا
فَجَعَلۡنٰہَا حَصِیۡدًا کَاَنۡ لَّمۡ تَغۡنَ بِالۡاَمۡسِ ؕ کَذٰلِکَ
نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ
لِقَوۡمٍ یَّتَفَکَّرُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
perumpamaan kehidupan dunia adalah seperti air yang Kami menurunkannya dari langit, lalu bercampur dengannya tumbuh-tumbuhan bumi, yang darinya
manusia dan binatang ternak makan, sehingga apabila bumi telah memakai perhiasannya serta nampak keindahannya, وَ ظَنَّ اَہۡلُہَاۤ اَنَّہُمۡ قٰدِرُوۡنَ عَلَیۡہَا -- dan pemilik-pemiliknya
pun yakin bahwa sesungguhnya mereka
berkuasa atasnya, اَتٰہَاۤ اَمۡرُنَا لَیۡلًا اَوۡ نَہَارًا
فَجَعَلۡنٰہَا حَصِیۡدًا کَاَنۡ لَّمۡ
تَغۡنَ بِالۡاَمۡسِ -- lalu datang kepadanya perintah Kami di waktu malam atau siang, maka Kami menjadikannya laksana ladang yang
telah disabit, seakan-akan tidak pernah ada kemarin. کَذٰلِکَ نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لِقَوۡمٍ یَّتَفَکَّرُوۡنَ -- Demikianlah Kami membentangkan Tanda-tanda Kami bagi orang-orang yang berpikir (Yunus
[10]:25).
Maksud perumpamaan itu ialah bahwa bila bangsa-bangsa menjadi congkak
serta manja, dan hidup di dunia ini dipandang gampang
dan ringan, maka detik-detik kemunduran mulai
tiba kepada bangsa-bangsa itu dan
mereka ditimpa oleh nasib yang malang.
Benarlah firman Allah Swt. berikut ini mengenai gambaran amal orang-orang
kafir yang menolak “Nur di atas nur”
yakni Nabi
Besar Muhammad saw. dan Al-Quran
(QS.24:36-39), firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡۤا اَعۡمَالُہُمۡ کَسَرَابٍۭ
بِقِیۡعَۃٍ یَّحۡسَبُہُ الظَّمۡاٰنُ مَآءً ؕ حَتّٰۤی اِذَا جَآءَہٗ لَمۡ یَجِدۡہُ
شَیۡئًا وَّ وَجَدَ اللّٰہَ عِنۡدَہٗ فَوَفّٰىہُ حِسَابَہٗ ؕ وَ اللّٰہُ سَرِیۡعُ
الۡحِسَابِ ﴿ۙ﴾ اَوۡ کَظُلُمٰتٍ
فِیۡ بَحۡرٍ لُّجِّیٍّ یَّغۡشٰہُ مَوۡجٌ مِّنۡ فَوۡقِہٖ مَوۡجٌ مِّنۡ فَوۡقِہٖ
سَحَابٌ ؕ ظُلُمٰتٌۢ بَعۡضُہَا فَوۡقَ
بَعۡضٍ ؕ اِذَاۤ اَخۡرَجَ یَدَہٗ لَمۡ یَکَدۡ یَرٰىہَا ؕ وَ مَنۡ لَّمۡ یَجۡعَلِ اللّٰہُ لَہٗ نُوۡرًا
فَمَا لَہٗ
مِنۡ نُّوۡرٍ ﴿٪﴾
Dan orang-orang kafir amal-amal mereka bagaikan fatamorgana di padang pasir,
orang-orang yang haus menyangkanya air, hingga apabila ia mendatanginya ia tidak
mendapati sesuatu pun, dan ia
mendapati Allāh di
sisinya lalu Dia membayar penuh perhitungannya,
dan Allah sangat cepat dalam perhitungan. Atau
seperti kegelapan di lautan yang dalam,
di atasnya gelom-bang demi gelombang meliputinya,
di atasnya lagi ada awan hitam. ظُلُمٰتٌۢ بَعۡضُہَا فَوۡقَ بَعۡضٍ -- Kegelapan sebagiannya di atas sebagian
lain. اِذَاۤ
اَخۡرَجَ یَدَہٗ لَمۡ یَکَدۡ یَرٰىہَا -- Apabila ia mengulurkan tangannya ia hampir-hampir
tidak dapat melihatnya, وَ
مَنۡ لَّمۡ یَجۡعَلِ اللّٰہُ لَہٗ نُوۡرًا
فَمَا لَہٗ
مِنۡ نُّوۡرٍ -- dan barangsiapa baginya Allah
tidak menjadikan nur maka baginya
tidak ada nur. (An-Nūr [24]:40-41).
Makna Rantai Sepanjang 70 Hasta
dan Belenggu Pengikat Ahli Neraka
Dalam ayat-ayat 36-39 sebelumnya telah dikemukakan kata-kata penghargaan yang ditujukan kepada suatu
golongan manusia yaitu para pencinta nur Ilahi dan hamba-hamba Allah yang bertakwa,
kedua ayat ini membicarakan sesuatu golongan manusia
lainnya yaitu anak-anak kegelapan. Golongan pertama menerima nur serta berjalan di dalamnya.
Keadaan mereka yang sungguh
membangkitkan rasa iri itu telah
digambarkan dalam tamsil dengan
kata-kata “nur (cahaya) di atas nur (cahaya)” (QS.24:36). Sedangkan
golongan kedua menolak nur Ilahi dan
memilih jalan kegelapan dalam rimba keragu-raguan. Segala usaha mereka terbukti sia-sia serta menyesatkan, laksana suatu fatamorgana.
Mereka suka kepada kegelapan, mengikuti langkah kegelapan dan tinggal dalam kegelapan, maka keadaan mereka yang tidak menarik itu telah dilukiskan dengan tepat dan jelas lagi terinci
dengan kata-kata اَوۡ کَظُلُمٰتٍ
فِیۡ بَحۡرٍ لُّجِّیٍّ یَّغۡشٰہُ مَوۡجٌ مِّنۡ فَوۡقِہٖ مَوۡجٌ مِّنۡ فَوۡقِہٖ
سَحَابٌ ؕ ظُلُمٰتٌۢ بَعۡضُہَا فَوۡقَ
بَعۡضٍ -- “
atau seperti kegelapan di lautan yang dalam, di atasnya gelombang demi gelombang
meliputinya, di atasnya lagi ada awan hitam. Kegelapan sebagiannya di atas
sebagian lain. Benarlah firman-Nya
berikut ini mengenai mereka:
وَ اَمَّا مَنۡ اُوۡتِیَ
کِتٰبَہٗ بِشِمَالِہٖ ۬ۙ فَیَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِیۡ
لَمۡ اُوۡتَ کِتٰبِیَہۡ ﴿ۚ﴾ وَ لَمۡ
اَدۡرِ مَا حِسَابِیَہۡ ﴿ۚ﴾ یٰلَیۡتَہَا کَانَتِ الۡقَاضِیَۃَ ﴿ۚ﴾ مَاۤ اَغۡنٰی عَنِّیۡ مَالِیَہۡ ﴿ۚ﴾ ہَلَکَ عَنِّیۡ
سُلۡطٰنِیَہۡ ﴿ۚ﴾ خُذُوۡہُ فَغُلُّوۡہُ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ
الۡجَحِیۡمَ صَلُّوۡہُ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ فِیۡ
سِلۡسِلَۃٍ ذَرۡعُہَا سَبۡعُوۡنَ ذِرَاعًا فَاسۡلُکُوۡہُ ﴿ؕ﴾ اِنَّہٗ کَانَ لَا یُؤۡمِنُ بِاللّٰہِ الۡعَظِیۡمِ ﴿ۙ﴾ وَ لَا یَحُضُّ عَلٰی طَعَامِ الۡمِسۡکِیۡنِ ﴿ؕ﴾ فَلَیۡسَ لَہُ
الۡیَوۡمَ ہٰہُنَا حَمِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ وَّ لَا طَعَامٌ اِلَّا
مِنۡ غِسۡلِیۡنٍ ﴿ۙ﴾ لَّا یَاۡکُلُہٗۤ اِلَّا الۡخَاطِـُٔوۡنَ ﴿٪﴾
Tetapi barangsiapa
diberikan kitabnya di tangan kirinya,
maka ia berkata: “Aduhai kiranya aku tidak diberi kitabku. Dan aku tidak mengetahui apa perhitunganku
itu, ٰلَیۡتَہَا کَانَتِ الۡقَاضِیَۃَ -- Aduhai sekiranya kematianku mengakhiri hidupku!
Sekali-kali tidak bermanfaat bagiku
hartaku. Hilang
lenyap dariku kekuasaanku.” خُذُوۡہُ
فَغُلُّوۡہُ -- “Tangkaplah dia dan belenggulah
dia,” ثُمَّ الۡجَحِیۡمَ صَلُّوۡہُ -- “Kemudian
masukkanlah dia ke dalam Jahannam,” ثُمَّ فِیۡ سِلۡسِلَۃٍ ذَرۡعُہَا سَبۡعُوۡنَ ذِرَاعًا فَاسۡلُکُوۡہُ -- “Lalu
ikatlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. اِنَّہٗ کَانَ
لَا یُؤۡمِنُ بِاللّٰہِ الۡعَظِیۡمِ -- “Sesungguhnya ia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar, وَ لَا یَحُضُّ
عَلٰی طَعَامِ الۡمِسۡکِیۡنِ -- “Dan ia
tidak menganjurkan untuk memberi makan kepada orang miskin. فَلَیۡسَ لَہُ الۡیَوۡمَ ہٰہُنَا حَمِیۡمٌ -- “Maka tidak ada baginya pada hari ini di sana seorang sahabat karib. وَّ لَا طَعَامٌ اِلَّا
مِنۡ غِسۡلِیۡنٍ -- “Dan tidak
ada makanan kecuali bekas cucian luka, لَّا یَاۡکُلُہٗۤ اِلَّا الۡخَاطِـُٔوۡنَ -- “Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang
berdosa.” (Al-Hāqqah [69]:26-38).
Seseorang diberikan rekamannya (kitabnya) di dalam tangan kirinya adalah istilah yang
dipakai Al-Quran yang menyatakan kegagalan
dalam ujian. Orang-orang kafir akan mengharapkan bahwa kematian akan menyudahi segala sesuatu, sehingga tidak bakal ada kehidupan lain lagi, dan tidak ada lagi kewajiban mem-pertanggung-jawabkan perbuatan mereka di hadapan Allah Swt: یٰلَیۡتَہَا کَانَتِ الۡقَاضِیَۃَ -- Aduhai sekiranya kematianku mengakhiri
hidupku!”
Mengenai makna ayat-ayat selanjutnya berulang-ulang telah diterangkan di dalam
Al-Quran, bahwa kehidupan sesudah mati
bukan kehidupan baru, melainkan hanya
merupakan citra (gambaran) dan
penampilan fakta-fakta kehidupan dunia sekarang.
Dalam ayat-ayat ini penderitaan ruhani
di dalam kehidupan dunia sekarang
telah ditampilkan sebagai siksaan jasmani
di akhirat.
Rantai yang akan dikalungkan
sekeliling leher menampilkan hasrat-hasrat
duniawi -- yang mengekangnya dari melaksanakan kewajibannya kepada Allah Swt. dan terhadap sesama makhluk-Nya -- maka hasrat-hasrat itulah yang akan mengambil
bentuk belenggu di akhirat. Demikian pula keterikatan pada kehidupan dunia yang fatamorgana
ini akan nampak sebagai belenggu kaki.
Begitu juga terbakarnya hati oleh gejolak hawa-nafsu
(syahwat) duniawi (QS.3:15) -- di dunia pun nampak seperti lidah api yang berkobar-kobar.
Batas umur manusia pada
umumnya dapat ditetapkan 70 tahun, tanpa mencakup masa
kanak-kanak dan masa tua-renta. Usia 70 tahun itu dibuang percuma oleh
orang-orang kafir durjana dalam jerat godaan
dunia dan dalam pemuasan ajakan hawa nafsunya (QS.102:1-9).
Ia tidak berusaha membebaskan diri dari ikatan rantai nafsu, dan karena itu di
akhirat, rantai nafsu yang selama 70 tahun ia bergelimang di dalamnya,
akan diwujudkan rantai sepanjang 70 hasta, setiap hasta menampilkan satu tahun,
yang dengan itu si jahat itu akan dibelenggu, firman-Nya:
زُیِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّہَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَ الۡبَنِیۡنَ وَ الۡقَنَاطِیۡرِ
الۡمُقَنۡطَرَۃِ مِنَ الذَّہَبِ وَ الۡفِضَّۃِ وَ الۡخَیۡلِ الۡمُسَوَّمَۃِ وَ الۡاَنۡعَامِ
وَ الۡحَرۡثِ ؕ ذٰلِکَ مَتَاعُ الۡحَیٰوۃِ
الدُّنۡیَا ۚ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الۡمَاٰبِ ﴿﴾ قُلۡ اَؤُنَبِّئُکُمۡ بِخَیۡرٍ مِّنۡ ذٰلِکُمۡ ؕ
لِلَّذِیۡنَ اتَّقَوۡا عِنۡدَ رَبِّہِمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ
فِیۡہَا وَ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ وَّ رِضۡوَانٌ مِّنَ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ
بَصِیۡرٌۢ بِالۡعِبَادِ ﴿ۚ﴾
Ditampakkan indah bagi ma-nusia kecintaan terhadap apa-apa yang diingini yaitu: perempuan-perempuan, anak-anak,
kekayaan yang berlimpah berupa emas dan perak, kuda pilihan, binatang
ternak dan sawah ladang. cYang
demikian itu adalah perlengkapan hidup
di dunia, dan Allah,
di sisi-Nya-lah sebaik-baik tempat
kem-bali. Katakanlah: “Maukah kamu aku beri tahu sesuatu yang lebih baik daripada yang
demikian itu?” Bagi orang-orang yang
bertakwa, di sisi Rabb (Tuhan)
mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai, mereka kekal
di dalamnya, dan jodoh-jodoh suci serta keridhaan
dari Allah, dan Allāh
Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya (Âli ‘Imran
[3]:15-16).
Islam tidak melarang mempergunakan atau mencari barang-barang yang baik dari dunia ini, tetapi tentu saja
Islam mencela mereka yang menyibukkan diri dalam urusan duniawi dan menjadikannya
satu-satunya tujuan hidup mereka
(QS.102:1-9).
Keberuntungan Para Penyembah Tauhid Ilahi
Sebaliknya dengan kenyataan pahit
yang dialami orang-orang yang mempersekutukan
Allah Swt. tersebut, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ اللّٰہُ
یَدۡعُوۡۤا اِلٰی دَارِ
السَّلٰمِ ؕ وَ یَہۡدِیۡ مَنۡ یَّشَآءُ اِلٰی صِرَاطٍ
مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾ لِلَّذِیۡنَ اَحۡسَنُوا
الۡحُسۡنٰی وَ زِیَادَۃٌ ؕ وَ لَا یَرۡہَقُ وُجُوۡہَہُمۡ قَتَرٌ وَّ لَا ذِلَّۃٌ ؕ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ
الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan Allah
menyeru manusia ke rumah
keselamatan dan memberi petunjuk siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus. لِلَّذِیۡنَ اَحۡسَنُوا الۡحُسۡنٰی وَ زِیَادَۃٌ -- Bagi orang-orang yang berbuat ihsan ada balasan yang lebih baik serta tambahan-tambahan yang lain. وَ لَا یَرۡہَقُ وُجُوۡہَہُمۡ قَتَرٌ وَّ لَا ذِلَّۃٌ -- Dan wajah mereka tidak akan ditutupi debu hitam dan
tidak pula kehinaan, اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ -- mereka itu penghuni surga, mereka akan
kekal di dalam-nya (Yunus [10]:26-27).
Makna salām
dalam ayat وَ اللّٰہُ یَدۡعُوۡۤا اِلٰی دَارِ السَّلٰمِ -- “Dan
Allah menyeru manusia ke rumah keselamatan” berarti: keselamatan, keamanan, kekekalan atau
kebebasan dari kesalahan-kesalahan kekurangan-kekurangan cacat-cacat noda-noda
keburukan-keburukan; atau berarti pula: kedamaian, kepatuhan; surga. Salam
adalah salah satu nama Sifat Allah
Swt. juga
(Lexicon Lane).
Berhubung al-husna berarti kesudahan
yang menggembirakan; kemenangan; kecerdasan dan kegesitan,
maka anak kalimat لِلَّذِیۡنَ اَحۡسَنُوا الۡحُسۡنٰی وَ زِیَادَۃٌ : (1) bahwa orang-orang beriman akan sampai kepada kesudahan yang menyenangkan; (2) bahwa mereka akan mencapai sukses dan (3)
bahwa Allah swt. akan
menjadikan mereka cerdas dan terampil.
Sedangkan kata ziyādah (tambahan lebih
banyak lagi) mengandung arti bahwa
orang-orang beriman akan mendapatkan Allah Swt. sendiri sebagai ganjarannya, dan kata al-husna -- yang berarti juga penglihatan kepada Tuhan -- menguatkan kesimpulan itu, selanjutnya
Allah Swt. berfirman mengenai mereka:v وَ لَا یَرۡہَقُ وُجُوۡہَہُمۡ قَتَرٌ وَّ لَا ذِلَّۃٌ -- Dan wajah mereka tidak akan ditutupi debu hitam dan
tidak pula kehinaan, اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ -- mereka itu penghuni surga, mereka akan
kekal di dalam-nya (Yunus [10]:27).
Demikianlah penjelasan Allah Swt. mengenai keadaan akhir yang baik
atau husnul-khatimah yang akan
dialami oleh orang-orang yang beriman dan beramal shaleh yang digambarkan dalam firman-Nya berikut ini:
وَ بَشِّرِ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ
تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ کُلَّمَا
رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا
مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ
مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya untuk mereka ada kebun-kebun yang di ba-wahnya mengalir
sungai-sungai. Setiap kali diberikan
kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami
sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, dan bagi
mereka di dalamnya ada jodoh-jodoh
yang suci, dan mereka akan kekal di dalamnya (Al-Baqarah [2]:26).
Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 9 Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar