Senin, 13 Juli 2015

Provokasi Takabbur Fir'aun Terhadap Kaumnya Berkenaan Missi Suci Nabi Musa a.s. & Keberuntungan Orang-orang yang Beriman dan Beramal Shaleh




                                                                                                                                
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 98   

Provokasi  Takabbur Fir’aun Terhadap Kaumnya Berkenaan   Misi Suci Nabi Musa a.s. & Keberuntungan Orang-orang yang Beriman dan Beramal Shaleh
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai pentingnya memperhatikan kebutuhan masyarakat berkenaan dengan masalah sandang, pangan dan papan,   dalam  kisah monumental “Adam, Malaikat dan Iblis”, sebab jika tidak maka  akan muncul berbagai macam gejolak di lingkungan masyarakat yang akibatnya  akan berujung munculnya berbagai tindakan melanggar hukum dan HAM  -- bahkan pelanggaran terhadap aturan  agama (syariat)   --   sebagaimana sabda Nabi Besar Muhammad saw.: Kādal- faqru an-yakūna kufran --  “nyaris kefakiran menyebabkan kekufuran” (Ad-Daruqutni & Al-Jami’ush-Shaghir), firman-Nya:
وَ اِذۡ  قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا   اِلَّاۤ   اِبۡلِیۡسَ ؕ اَبٰی ﴿﴾  فَقُلۡنَا یٰۤـاٰدَمُ  اِنَّ  ہٰذَا عَدُوٌّ لَّکَ وَ لِزَوۡجِکَ فَلَا یُخۡرِجَنَّکُمَا مِنَ الۡجَنَّۃِ فَتَشۡقٰی  ﴿﴾ اِنَّ  لَکَ  اَلَّا  تَجُوۡعَ  فِیۡہَا وَ لَا  تَعۡرٰی ﴿﴾ۙ  وَ اَنَّکَ لَا  تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی ﴿﴾
Dan ingatlah  ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah yakni tunduk patuhlah kamu kepada Adam," maka mereka  sujud kecuali iblis, ia menolak. Lalu Kami berfirman: "Hai Adam,  sesungguhnya orang ini adalah musuh bagi engkau dan bagi istri engkau, maka  ia jangan  sampai  mengeluarkan kamu berdua dari kebun  maka kamu menderita kesulitan. اِنَّ  لَکَ  اَلَّا  تَجُوۡعَ  فِیۡہَا وَ لَا  تَعۡرٰی  --   Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di dalam­nya  dan tidak pula engkau akan telanjang, وَ اَنَّکَ لَا  تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی -- dan sesungguhnya engkau tidak akan kehausan di dalamnya dan tidak pula akan disengat panas matahari (Thā Hā [20]:117-120).

Perumpamaan  Kerugian Para Pelaku Kemusyrikan

     Nabi Adam a.s.  diperingatkan bahwa jika beliau menyerah kepada bujukan syaitan (iblis – QS.7:21-23) dan menerima nasihatnya yang penuh tipuan beliau akan menjadi  luput  dari jannah (surga/kebun) yaitu  kehidupan berbahagia dan ketenteraman ruhani yang sebelumnya telah beliau nikmati. Itulah makna ayat:  فَقُلۡنَا یٰۤـاٰدَمُ  اِنَّ  ہٰذَا عَدُوٌّ لَّکَ وَ لِزَوۡجِکَ فَلَا یُخۡرِجَنَّکُمَا مِنَ الۡجَنَّۃِ فَتَشۡقٰی     -- “Lalu Kami berfirman: "Hai Adam,  sesungguhnya orang ini adalah musuh bagi engkau dan bagi istri engkau, maka  ia jangan  sampai  mengeluarkan kamu berdua dari kebun  maka kamu menderita kesulitan.”
  Isyarat dalam ayat selanjutnya: اِنَّ  لَکَ  اَلَّا  تَجُوۡعَ  فِیۡہَا وَ لَا  تَعۡرٰی –Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di dalam­nya  dan tidak pula engkau akan telanjang, وَ اَنَّکَ لَا  تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی  --  “dan sesungguhnya engkau tidak akan kehausan di dalamnya dan tidak pula akan disengat panas matahari,“ ayat ini dan dalam ayat sebelumnya, nampaknya ditujukan kepada kemudahan dan kesenangan yang tidak terpisahkan dari kehidupan beradab di dunia ini.
   Berbeda dengan  manfaat beriman kepada Allah  Swt. dan beramal shaleh  sebagaimana dicontohkan  oleh para rasul Allah – khususnya Nabi Besar Muhammad saw.  (QS.3:20, 32, 86  --  yakni akan mengalami kehidupan yang digambarkan dengan “jannātin- tajri min tahtihal- anhār --  kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai” (QS.2:26), sebaliknya  orang-orang yang menjadikan selain Allah Swt. sebagai tuhan sembahan dan sebagai pelindung,  keadaan mereka   diumpamakan seperti  laba-laba yang membuat sarang bagi dirinya, yang tidak memberikan perlindungan dari tiupan angin, terik  panas matahari dan terpaan air  hujan, serta gangguan lainnya, firman-Nya:
مَثَلُ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ  اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۘ  لَوۡ  کَانُوۡا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Perumpamaan orang-orang yang mengambil  penolong-penolong selain Allah adalah seperti perumpamaan laba-laba yang membuat rumah, dan sesungguhnya selemah-lemah rumah niscaya rumah laba-laba, seandainya mereka itu mengetahui  (Al-Ankabūt [29]:42).

Perumpamaan   Laba-laba yang membuat Sarang

       Masalah ke-Esa-an Tuhan yang menjadi pembahasan terutama Surah  Al-Ankabūt ini disudahi dalam ayat ini dengan sebuah tamsil (perumpamaan) yang indah sekali, dan menjelaskan kepada kaum musyrik ketololan, kesia-siaan, dan kepalsuan kepercayaan-kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan syirik mereka. Mereka itu rapuh bagaikan sarang laba-laba dan tidak dapat bertahan terhadap kecaman akal sehat.
       Bukan hanya dari segi ruhani saja mereka mengalami kesia-siaan, bahkan secara jasmani (duniawi) pun -- walau pun pada awalnya mereka meraih kesuksesan duniawi -- tetapi pada akhirnya keadaan mereka  benar-benar bagaikan laba-laba  yang  sarangnya tidak mampu melindungi mereka dari azab Ilahi yang diperingatkan  para rasul Allah kepada mereka, sebagaimana dikemukakan ayat sebelumnya, firman-Nya:
 فَکُلًّا  اَخَذۡنَا بِذَنۡۢبِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ اَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِ حَاصِبًا ۚ وَ  مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَخَذَتۡہُ  الصَّیۡحَۃُ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ خَسَفۡنَا بِہِ الۡاَرۡضَ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ  اَغۡرَقۡنَا ۚ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ  لِیَظۡلِمَہُمۡ  وَ لٰکِنۡ  کَانُوۡۤا  اَنۡفُسَہُمۡ  یَظۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Maka setiap orang dari mereka Kami tangkap karena dosanya,  di antara mereka ada yang Kami kirim kepadanya badai pasir, di antara mereka ada yang disambar oleh petir,  di antara mereka ada  yang Kami benamkan  di bumi, di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan,   dan Allah sekali-kali tidak berbuat zalim terhadap mereka, tetapi mereka  menzalimi  diri mereka sendiri. (Al-Ankabūt [29]:41).
        Al-Quran telah mempergunakan berbagai kata dan ungkapan untuk hukuman yang ditimpakan lawan-lawan berbagai nabi Allah pada zamannya masing-masing azab yang melanda kaum ‘Ād digambarkan sebagai badai pasir (QS.41:17; QS.54:20; dan QS.69:7); yang menimpa kaum Tsamud sebagai gempa bumi (QS.7:79); ledakan (QS.11:68; QS.54:32), halilintar (QS.41:18), dan ledakan dahsyat (QS.69:6); azab yang menghancurkan umat Nabi Luth a.s.  sebagai batu-batu tanah (QS.11:83; QS.15:75); badai batu (QS.54:35); dan azab yang menimpa Midian, kaum Nabi Syu’aib a.s.  sebagai gempa bumi (QS.7:92; QS.29:38); ledakan (QS.11:95); dan azab pada hari siksaan yang mendatang (QS.26:190).
       Terakhir dari semua itu ialah azab Ilahi yang menimpa Fir’aun dan lasykarnya serta pembesar-pembesarnya yang gagah-perkasa, Haman dan Qarun (Qorah), dan membinasakan mereka sampai hancur-luluh, telah digambarkan dengan ungkapan, “Kami ........ tenggelamkan pengikut-pengikut Fir’aun” (QS.2:51; QS.7:137; dan QS.17:104), dan “Kami menyebabkan bumi menelannya” (QS.28:82).

Ketakabburan Fir’aun Ketika Memprovokasi Kaumnya Mengenai Nabi Musa a.s.

       Padahal sebelumnya dalam mengomentari da’wah Nabi Musa a.s. yang dianggapnya  hanya  memberikan  janji  mengenai  surga yang belum pasti kebenarannya,  Fir’aun  dengan penuh ketakaburan telah memprovokasi  kaumnya, firman-Nya:
وَ نَادٰی فِرۡعَوۡنُ فِیۡ  قَوۡمِہٖ  قَالَ یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ  الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ  تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا  تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ  مِّنۡ ہٰذَا الَّذِیۡ ہُوَ  مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا یَکَادُ  یُبِیۡنُ ﴿﴾  فَلَوۡ لَاۤ  اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ  اَسۡوِرَۃٌ  مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ  مَعَہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  مُقۡتَرِنِیۡنَ ﴿﴾ فَاسۡتَخَفَّ قَوۡمَہٗ  فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ ﴿﴾  فَلَمَّاۤ  اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ۙ﴾  فَجَعَلۡنٰہُمۡ  سَلَفًا وَّ  مَثَلًا  لِّلۡاٰخِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan Fir’aun mengumumkan kepada kaumnya dengan berkata: "Hai kaumku, Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat?   Atau tidakkah aku lebih baik daripada orang yang hina ini dan ia tidak dapat menjelaskan?   "Mengapakah tidak dianugerahkan kepadanya gelang-gelang dari emas, atau datang bersamanya malaikat-malaikat yang berkumpul di sekelilingnya?" Demikianlah ia memperbodoh kaumnya lalu mereka patuh kepadanya, sesungguhnya mereka adalah kaum durhaka. فَلَمَّاۤ  اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ --  Maka ketika mereka membuat Kami murka,  Kami menuntut balas dari mereka dan Kami menenggelamkan mereka semua, فَجَعَلۡنٰہُمۡ  سَلَفًا وَّ  مَثَلًا  لِّلۡاٰخِرِیۡنَ --  lalu Kami menjadikan mereka kisah yang lalu dan misal (perumpamaan) bagi kaum yang akan datang  (Az-Zukhruf [43]:52-57).
       Dalam kenyataannya, ketika azab Ilahi pamungkas Allah Swt. menimpa Fir’aun dan para pembesarnya serta balatentara mereka,  jangankan menolong kaumnya,  terhadap dirinya pun Fir’aun tidak mampu menolongnya dari ketenggelaman, firman-Nya: 
وَ جٰوَزۡنَا بِبَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ الۡبَحۡرَ فَاَتۡبَعَہُمۡ فِرۡعَوۡنُ وَ جُنُوۡدُہٗ  بَغۡیًا وَّ عَدۡوًا ؕ حَتّٰۤی اِذَاۤ  اَدۡرَکَہُ الۡغَرَقُ ۙ قَالَ اٰمَنۡتُ اَنَّہٗ  لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا الَّذِیۡۤ اٰمَنَتۡ بِہٖ بَنُوۡۤا اِسۡرَآءِیۡلَ وَ اَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾  آٰلۡـٰٔنَ وَ قَدۡ عَصَیۡتَ قَبۡلُ وَ کُنۡتَ مِنَ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾  فَالۡیَوۡمَ نُنَجِّیۡکَ بِبَدَنِکَ  لِتَکُوۡنَ لِمَنۡ خَلۡفَکَ اٰیَۃً ؕ وَ اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ النَّاسِ عَنۡ  اٰیٰتِنَا  لَغٰفِلُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan  Kami telah membuat Bani Israil menyeberangi laut, lalu  Fir’aun dan lasykar-lasykarnya mengejar mereka secara durhaka dan aniaya,  حَتّٰۤی اِذَاۤ  اَدۡرَکَہُ الۡغَرَقُ ۙ قَالَ اٰمَنۡتُ اَنَّہٗ  لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا الَّذِیۡۤ اٰمَنَتۡ بِہٖ بَنُوۡۤا اِسۡرَآءِیۡلَ وَ اَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ  -- sehingga apabila ia menjelang tenggelam ia berkata: “Aku percaya, sesungguhnya Dia tidak ada Tuhan kecuali Yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri kepada-Nya.” آٰلۡـٰٔنَ وَ قَدۡ عَصَیۡتَ قَبۡلُ وَ کُنۡتَ مِنَ الۡمُفۡسِدِیۡنَ --   ”Apa, sekarang baru ber-iman!? Padahal engkau  telah membangkang sebelum ini, dan  engkau  termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. فَالۡیَوۡمَ نُنَجِّیۡکَ بِبَدَنِکَ  لِتَکُوۡنَ لِمَنۡ خَلۡفَکَ اٰیَۃً  -- maka pada hari ini Kami akan menyelamatkan engkau hanya  badan engkau, supaya engkau menjadi suatu Tanda  bagi orang-orang  sesudah engkau, وَ اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ النَّاسِ عَنۡ  اٰیٰتِنَا  لَغٰفِلُوۡنَ --  dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia benar-benar  le-ngah terhadap Tanda-tanda Kami” (Yunus [10]:91-93).

Perumpamaan Kehidupan Duniawi yang Fatamorgana

   Jadi, demikian benarlah firman-Nya berikut ini mengenai ketidak-kekalan kekuasaan dan kehidupan duniawi ini, bagaimana pun hebatnya kesuksesan yang diraih manusia, baik secara perseorangan -- contohnya Qarun  (QS.28:77-83)  -- mau pun secara kaum (bangsa): 
اِنَّمَا مَثَلُ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا کَمَآءٍ اَنۡزَلۡنٰہُ مِنَ السَّمَآءِ فَاخۡتَلَطَ بِہٖ نَبَاتُ الۡاَرۡضِ مِمَّا یَاۡکُلُ النَّاسُ وَ الۡاَنۡعَامُ ؕ حَتّٰۤی اِذَاۤ اَخَذَتِ الۡاَرۡضُ زُخۡرُفَہَا وَ ازَّیَّنَتۡ وَ ظَنَّ  اَہۡلُہَاۤ   اَنَّہُمۡ قٰدِرُوۡنَ عَلَیۡہَاۤ ۙ اَتٰہَاۤ  اَمۡرُنَا لَیۡلًا اَوۡ نَہَارًا فَجَعَلۡنٰہَا حَصِیۡدًا  کَاَنۡ لَّمۡ تَغۡنَ بِالۡاَمۡسِ ؕ کَذٰلِکَ نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لِقَوۡمٍ  یَّتَفَکَّرُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya  perumpamaan kehidupan dunia adalah seperti air yang Kami menurunkannya dari langit, lalu bercampur dengannya tumbuh-tumbuhan bumi,  yang darinya manusia dan binatang ternak makan, sehingga apabila bumi telah memakai perhiasannya serta nampak keindahannya,  وَ ظَنَّ  اَہۡلُہَاۤ   اَنَّہُمۡ قٰدِرُوۡنَ عَلَیۡہَا -- dan pemilik-pemiliknya pun yakin bahwa sesungguhnya mereka berkuasa atasnya,  اَتٰہَاۤ  اَمۡرُنَا لَیۡلًا اَوۡ نَہَارًا فَجَعَلۡنٰہَا حَصِیۡدًا  کَاَنۡ لَّمۡ تَغۡنَ بِالۡاَمۡسِ --  lalu  datang  kepadanya perintah  Kami di waktu malam atau siang, maka Kami menjadikannya laksana ladang yang telah disabit, seakan-akan  tidak pernah ada kemarin. کَذٰلِکَ نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لِقَوۡمٍ  یَّتَفَکَّرُوۡنَ  -- Demikianlah Kami membentangkan Tanda-tanda Kami bagi orang-orang yang berpikir  (Yunus [10]:25).
        Maksud perumpamaan itu ialah bahwa bila bangsa-bangsa menjadi congkak serta manja, dan hidup di dunia ini dipandang gampang dan ringan, maka detik-detik kemunduran   mulai tiba kepada bangsa-bangsa itu dan mereka ditimpa oleh nasib yang malang.  
         Benarlah firman  Allah Swt.  berikut ini mengenai gambaran   amal orang-orang kafir yang menolak “Nur di atas nur  yakni Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran (QS.24:36-39), firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا اَعۡمَالُہُمۡ کَسَرَابٍۭ بِقِیۡعَۃٍ یَّحۡسَبُہُ الظَّمۡاٰنُ مَآءً ؕ حَتّٰۤی اِذَا جَآءَہٗ  لَمۡ  یَجِدۡہُ شَیۡئًا وَّ وَجَدَ  اللّٰہَ عِنۡدَہٗ  فَوَفّٰىہُ حِسَابَہٗ ؕ وَ اللّٰہُ سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ ﴿ۙ﴾  اَوۡ کَظُلُمٰتٍ فِیۡ بَحۡرٍ لُّجِّیٍّ یَّغۡشٰہُ مَوۡجٌ مِّنۡ فَوۡقِہٖ مَوۡجٌ مِّنۡ فَوۡقِہٖ سَحَابٌ ؕ ظُلُمٰتٌۢ  بَعۡضُہَا فَوۡقَ بَعۡضٍ ؕ اِذَاۤ اَخۡرَجَ یَدَہٗ  لَمۡ  یَکَدۡ یَرٰىہَا ؕ وَ مَنۡ  لَّمۡ یَجۡعَلِ اللّٰہُ   لَہٗ   نُوۡرًا  فَمَا  لَہٗ  مِنۡ  نُّوۡرٍ ﴿٪﴾
Dan orang-orang kafir  amal-amal mereka bagaikan fatamorgana di padang pasir, orang-orang  yang haus menyangkanya air,  hingga apabila ia mendatanginya  ia tidak mendapati sesuatu pun, dan ia mendapati Allāh di sisinya lalu Dia membayar penuh perhitungannya, dan Allah sangat cepat dalam perhitungan.   Atau seperti kegelapan di lautan yang dalam, di atasnya gelom-bang demi gelombang meliputinya, di atasnya lagi ada awan hitam. ظُلُمٰتٌۢ  بَعۡضُہَا فَوۡقَ بَعۡضٍ  --  Kegelapan sebagiannya di atas sebagian lain. اِذَاۤ اَخۡرَجَ یَدَہٗ  لَمۡ  یَکَدۡ یَرٰىہَا  -- Apabila ia mengulurkan tangannya ia hampir-hampir tidak dapat melihatnya, وَ مَنۡ  لَّمۡ یَجۡعَلِ اللّٰہُ   لَہٗ   نُوۡرًا  فَمَا  لَہٗ  مِنۡ  نُّوۡرٍ -- dan barangsiapa baginya   Allah tidak menjadikan nur maka baginya tidak ada nur.  (An-Nūr [24]:40-41).

Makna Rantai Sepanjang 70 Hasta dan Belenggu  Pengikat Ahli Neraka

        Dalam ayat-ayat 36-39  sebelumnya  telah dikemukakan kata-kata penghargaan yang ditujukan kepada suatu golongan manusia  yaitu para pencinta nur Ilahi dan hamba-hamba Allah yang bertakwa, kedua ayat  ini  membicarakan sesuatu golongan manusia lainnya  yaitu anak-anak kegelapan. Golongan pertama menerima nur serta berjalan di dalamnya.
       Keadaan mereka yang sungguh membangkitkan rasa iri itu telah digambarkan dalam tamsil dengan kata-kata “nur (cahaya) di atas nur (cahaya)” (QS.24:36). Sedangkan golongan kedua menolak nur Ilahi dan memilih jalan kegelapan dalam rimba keragu-raguan. Segala usaha mereka terbukti sia-sia serta menyesatkan, laksana suatu fatamorgana.
        Mereka suka kepada kegelapan, mengikuti langkah kegelapan dan tinggal dalam kegelapan,  maka keadaan mereka yang tidak menarik itu telah dilukiskan dengan tepat dan jelas lagi terinci dengan kata-kata  اَوۡ کَظُلُمٰتٍ فِیۡ بَحۡرٍ لُّجِّیٍّ یَّغۡشٰہُ مَوۡجٌ مِّنۡ فَوۡقِہٖ مَوۡجٌ مِّنۡ فَوۡقِہٖ سَحَابٌ ؕ ظُلُمٰتٌۢ  بَعۡضُہَا فَوۡقَ بَعۡضٍ --  “ atau seperti kegelapan di lautan yang dalam, di atasnya gelombang demi gelombang meliputinya, di atasnya lagi ada awan hitam. Kegelapan sebagiannya di atas sebagian lain. Benarlah firman-Nya berikut ini mengenai mereka:
 وَ اَمَّا مَنۡ  اُوۡتِیَ کِتٰبَہٗ بِشِمَالِہٖ ۬ۙ فَیَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِیۡ  لَمۡ  اُوۡتَ کِتٰبِیَہۡ  ﴿ۚ﴾ وَ  لَمۡ  اَدۡرِ  مَا حِسَابِیَہۡ ﴿ۚ﴾  یٰلَیۡتَہَا کَانَتِ الۡقَاضِیَۃَ ﴿ۚ﴾ مَاۤ  اَغۡنٰی عَنِّیۡ  مَالِیَہۡ ﴿ۚ﴾  ہَلَکَ عَنِّیۡ  سُلۡطٰنِیَہۡ ﴿ۚ﴾  خُذُوۡہُ  فَغُلُّوۡہُ ﴿ۙ﴾  ثُمَّ  الۡجَحِیۡمَ  صَلُّوۡہُ ﴿ۙ﴾  ثُمَّ  فِیۡ سِلۡسِلَۃٍ  ذَرۡعُہَا سَبۡعُوۡنَ  ذِرَاعًا  فَاسۡلُکُوۡہُ ﴿ؕ﴾  اِنَّہٗ  کَانَ  لَا  یُؤۡمِنُ بِاللّٰہِ الۡعَظِیۡمِ ﴿ۙ﴾  وَ لَا یَحُضُّ عَلٰی طَعَامِ الۡمِسۡکِیۡنِ ﴿ؕ﴾  فَلَیۡسَ لَہُ  الۡیَوۡمَ ہٰہُنَا حَمِیۡمٌ ﴿ۙ﴾  وَّ لَا طَعَامٌ   اِلَّا مِنۡ غِسۡلِیۡنٍ ﴿ۙ﴾  لَّا  یَاۡکُلُہٗۤ  اِلَّا الۡخَاطِـُٔوۡنَ ﴿٪﴾
Tetapi barangsiapa diberikan kitabnya di tangan kirinya, maka ia berkata: “Aduhai  kiranya aku tidak diberi kitabku. Dan aku tidak mengetahui apa perhitunganku itu, ٰلَیۡتَہَا کَانَتِ الۡقَاضِیَۃَ  --  Aduhai sekiranya kematianku mengakhiri hidupku! Sekali-kali tidak bermanfaat bagiku hartaku.     Hilang lenyap dariku kekuasaanku.”  خُذُوۡہُ  فَغُلُّوۡہُ --  Tangkaplah dia dan belenggulah dia,” ثُمَّ  الۡجَحِیۡمَ  صَلُّوۡہُ --   “Kemudian masukkanlah dia ke dalam Jahannam,” ثُمَّ  فِیۡ سِلۡسِلَۃٍ  ذَرۡعُہَا سَبۡعُوۡنَ  ذِرَاعًا  فَاسۡلُکُوۡہُ  --   “Lalu ikatlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. اِنَّہٗ  کَانَ  لَا  یُؤۡمِنُ بِاللّٰہِ الۡعَظِیۡمِ  --  “Sesungguhnya ia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar, وَ لَا یَحُضُّ عَلٰی طَعَامِ الۡمِسۡکِیۡنِ --  “Dan ia tidak menganjurkan untuk memberi makan kepada orang miskin.  فَلَیۡسَ لَہُ  الۡیَوۡمَ ہٰہُنَا حَمِیۡمٌ --    “Maka tidak ada baginya pada hari ini di sana seorang sahabat karib.  وَّ لَا طَعَامٌ   اِلَّا مِنۡ غِسۡلِیۡنٍ  -- “Dan tidak ada makanan kecuali bekas  cucian luka,   لَّا  یَاۡکُلُہٗۤ  اِلَّا الۡخَاطِـُٔوۡنَ   -- “Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang berdosa.” (Al-Hāqqah [69]:26-38).
   Seseorang diberikan rekamannya (kitabnya) di dalam tangan kirinya adalah istilah yang dipakai Al-Quran yang menyatakan kegagalan dalam ujian.  Orang-orang kafir akan mengharapkan bahwa kematian akan menyudahi segala sesuatu, sehingga tidak bakal ada kehidupan lain lagi, dan tidak ada lagi kewajiban mem-pertanggung-jawabkan perbuatan mereka di hadapan Allah Swt:  یٰلَیۡتَہَا کَانَتِ الۡقَاضِیَۃَ  --   Aduhai sekiranya kematianku mengakhiri hidupku!”
   Mengenai makna ayat-ayat selanjutnya  berulang-ulang telah diterangkan di dalam Al-Quran, bahwa kehidupan sesudah mati bukan kehidupan baru, melainkan hanya merupakan citra (gambaran) dan penampilan fakta-fakta kehidupan dunia sekarang. Dalam ayat-ayat ini penderitaan ruhani di dalam kehidupan dunia sekarang telah ditampilkan sebagai siksaan jasmani di akhirat.
   Rantai yang akan dikalungkan sekeliling leher menampilkan hasrat-hasrat duniawi   -- yang mengekangnya dari melaksanakan kewajibannya kepada Allah  Swt. dan terhadap sesama makhluk-Nya --  maka  hasrat-hasrat itulah yang akan mengambil bentuk belenggu di akhirat. Demikian pula keterikatan pada kehidupan dunia  yang fatamorgana ini akan nampak sebagai belenggu kaki.   Begitu juga terbakarnya hati oleh gejolak hawa-nafsu (syahwat) duniawi  (QS.3:15) -- di dunia pun nampak seperti lidah api yang berkobar-kobar.
  Batas umur manusia pada umumnya  dapat ditetapkan 70 tahun, tanpa mencakup masa kanak-kanak dan masa tua-renta. Usia 70 tahun itu dibuang percuma oleh orang-orang kafir durjana dalam jerat godaan dunia dan dalam pemuasan ajakan hawa nafsunya (QS.102:1-9).
    Ia tidak berusaha membebaskan diri dari ikatan rantai nafsu, dan karena itu di akhirat, rantai nafsu yang selama 70 tahun ia bergelimang di dalamnya, akan diwujudkan rantai sepanjang 70 hasta, setiap hasta menampilkan satu tahun, yang dengan itu si jahat itu akan dibelenggu, firman-Nya:
زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّہَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَ الۡبَنِیۡنَ وَ الۡقَنَاطِیۡرِ الۡمُقَنۡطَرَۃِ مِنَ الذَّہَبِ وَ الۡفِضَّۃِ وَ الۡخَیۡلِ الۡمُسَوَّمَۃِ وَ الۡاَنۡعَامِ وَ الۡحَرۡثِ ؕ ذٰلِکَ مَتَاعُ  الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الۡمَاٰبِ ﴿﴾  قُلۡ اَؤُنَبِّئُکُمۡ بِخَیۡرٍ مِّنۡ ذٰلِکُمۡ ؕ لِلَّذِیۡنَ اتَّقَوۡا عِنۡدَ رَبِّہِمۡ جَنّٰتٌ  تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا وَ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ وَّ رِضۡوَانٌ مِّنَ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ بَصِیۡرٌۢ  بِالۡعِبَادِ ﴿ۚ﴾
Ditampakkan indah bagi ma-nusia kecintaan terhadap apa-apa yang diingini yaitu: perempuan-perempuan,  anak-anak, kekayaan yang berlimpah berupa emas dan perak,  kuda pilihan,  binatang ternak dan sawah ladang. cYang demikian itu adalah perlengkapan hidup  di dunia, dan Allah, di sisi-Nya-lah  sebaik-baik tempat kem-bali.  Katakanlah: “Maukah kamu aku beri tahu sesuatu  yang lebih baik daripada yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa, di sisi Rabb (Tuhan) mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan   jodoh-jodoh suci serta  keridhaan dari Allah, dan Allāh Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya    (Âli ‘Imran [3]:15-16).
         Islam tidak melarang mempergunakan atau mencari barang-barang yang baik dari dunia ini, tetapi tentu saja Islam mencela mereka yang menyibukkan diri dalam urusan duniawi dan menjadikannya satu-satunya tujuan hidup mereka (QS.102:1-9).

Keberuntungan Para Penyembah Tauhid Ilahi

   Sebaliknya dengan kenyataan pahit yang dialami orang-orang yang mempersekutukan Allah Swt. tersebut, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ اللّٰہُ یَدۡعُوۡۤا اِلٰی دَارِ السَّلٰمِ ؕ وَ یَہۡدِیۡ مَنۡ یَّشَآءُ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾ لِلَّذِیۡنَ اَحۡسَنُوا الۡحُسۡنٰی وَ زِیَادَۃٌ ؕ وَ لَا یَرۡہَقُ وُجُوۡہَہُمۡ قَتَرٌ وَّ لَا ذِلَّۃٌ ؕ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan  Allah menyeru manusia ke rumah keselamatan  dan memberi petunjuk siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus. لِلَّذِیۡنَ اَحۡسَنُوا الۡحُسۡنٰی وَ زِیَادَۃٌ  --    Bagi orang-orang yang berbuat ihsan ada balasan yang lebih baik  serta tambahan-tambahan   yang lain.  وَ لَا یَرۡہَقُ وُجُوۡہَہُمۡ قَتَرٌ وَّ لَا ذِلَّۃٌ --  Dan  wajah  mereka tidak akan ditutupi debu hitam dan tidak pula kehinaan, اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  -- mereka itu penghuni surga, mereka akan kekal  di dalam-nya (Yunus [10]:26-27).
         Makna salām dalam ayat  وَ اللّٰہُ یَدۡعُوۡۤا اِلٰی دَارِ السَّلٰمِ  -- “Dan  Allah menyeru manusia ke rumah keselamatan” berarti: keselamatan, keamanan, kekekalan atau kebebasan dari kesalahan-kesalahan kekurangan-kekurangan cacat-cacat noda-noda keburukan-keburukan; atau berarti pula: kedamaian, kepatuhan; surga. Salam adalah salah satu nama Sifat Allah Swt.    juga  (Lexicon Lane).
          Berhubung al-husna berarti kesudahan yang menggembirakan; kemenangan; kecerdasan dan kegesitan, maka anak kalimat لِلَّذِیۡنَ اَحۡسَنُوا الۡحُسۡنٰی وَ زِیَادَۃٌ  :     (1) bahwa orang-orang beriman akan sampai kepada kesudahan yang menyenangkan; (2) bahwa mereka akan mencapai sukses dan (3) bahwa Allah swt.   akan menjadikan mereka cerdas dan terampil.
          Sedangkan kata ziyādah (tambahan lebih banyak lagi) mengandung arti  bahwa orang-orang beriman akan mendapatkan Allah Swt.   sendiri sebagai ganjarannya, dan kata al-husna   -- yang berarti juga penglihatan kepada Tuhan  -- menguatkan kesimpulan itu, selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai mereka:v وَ لَا یَرۡہَقُ وُجُوۡہَہُمۡ قَتَرٌ وَّ لَا ذِلَّۃٌ --  Dan  wajah  mereka tidak akan ditutupi debu hitam dan tidak pula kehinaan, اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  -- mereka itu penghuni surga, mereka akan kekal  di dalam-nya (Yunus [10]:27).
        Demikianlah  penjelasan Allah Swt. mengenai keadaan akhir yang  baik  atau  husnul-khatimah  yang akan dialami oleh orang-orang yang  beriman dan beramal shaleh yang digambarkan dalam  firman-Nya berikut ini:
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ  کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira  orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya  untuk mereka ada kebun-kebun yang di ba-wahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci,  dan mereka akan kekal di dalamnya  (Al-Baqarah [2]:26).

Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  9  Juli  2015      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar