بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 97
Berbagai Macam Makna As-Sā’ah (Kiamat) & Tuduhan Orang-orang Kafir: “Mengapa Rasul Allah Berjalan di Pasar-pasar?”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya
telah dibahas mengenai kengerian dari segi kejiwaan ketika manusia
menghadapi suatu malapetaka,
yakni manusia bersedia pisah dari
segala sesuatu, bahkan bersedia mengorbankan orang-orang yang paling karib dan tersayang sekalipun, asalkan saja dengan berbuat demikian ia dapat menyelamatkan dirinya sendiri,
firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِۙ﴿﴾ سَاَلَ
سَآئِلٌۢ بِعَذَابٍ وَّاقِعٍ ۙ﴿﴾ لِّلۡکٰفِرِیۡنَ
لَیۡسَ لَہٗ دَافِعٌ ۙ﴿﴾ مِّنَ
اللّٰہِ ذِی الۡمَعَارِجِ ؕ﴿﴾ تَعۡرُجُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ الرُّوۡحُ
اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ
مِقۡدَارُہٗ خَمۡسِیۡنَ اَلۡفَ سَنَۃٍ ۚ﴿﴾ فَاصۡبِرۡ صَبۡرًا
جَمِیۡلًا ﴿﴾ اِنَّہُمۡ یَرَوۡنَہٗ
بَعِیۡدًا ۙ﴿﴾ وَّ نَرٰىہُ
قَرِیۡبًا ؕ﴿﴾ یَوۡمَ تَکُوۡنُ
السَّمَآءُ کَالۡمُہۡلِ ۙ﴿﴾ وَ
تَکُوۡنُ الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ ۙ﴿﴾ وَ لَا یَسۡـَٔلُ حَمِیۡمٌ حَمِیۡمًا ﴿ۚۖ﴾ یُّبَصَّرُوۡنَہُمۡ
ؕ یَوَدُّ الۡمُجۡرِمُ لَوۡ یَفۡتَدِیۡ مِنۡ عَذَابِ یَوۡمِئِذٍۭ
بِبَنِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ
صَاحِبَتِہٖ وَ اَخِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ
فَصِیۡلَتِہِ الَّتِیۡ تُــٔۡوِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ
مَنۡ فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ۙ
ثُمَّ یُنۡجِیۡہِ ﴿ۙ﴾ کَلَّا
ؕ اِنَّہَا لَظٰی ﴿ۙ﴾ نَزَّاعَۃً لِّلشَّوٰی ﴿ۚۖ﴾ تَدۡعُوۡا
مَنۡ اَدۡبَرَ وَ تَوَلّٰی ﴿ۙ﴾ وَ جَمَعَ
فَاَوۡعٰی ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha
Penyayang. سَاَلَ سَآئِلٌۢ بِعَذَابٍ
وَّاقِعٍ -- Seorang penanya menanyakan mengenai azab
yang akan terjadi, لِّلۡکٰفِرِیۡنَ
لَیۡسَ لَہٗ دَافِعٌ -- untuk orang-orang
kafir, yang seorang pun dapat menghindarkannya. مِّنَ
اللّٰہِ ذِی الۡمَعَارِجِ
-- Azab itu dari Allah
Yang memiliki tempat-tempat naik. تَعۡرُجُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ الرُّوۡحُ
اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ
مِقۡدَارُہٗ خَمۡسِیۡنَ اَلۡفَ سَنَۃٍ ۚ
-- Malaikat-malaikat
dan ruh itu naik kepada-Nya dalam satu
hari yang ukurannya lima puluh ribu tahun.
فَاصۡبِرۡ صَبۡرًا
جَمِیۡلًا -- Maka bersabarlah dengan sabar
yang baik. اِنَّہُمۡ یَرَوۡنَہٗ بَعِیۡدًا -- Sesungguhnya mereka memandang hari itu sangat jauh, mustahil,
وَّ
نَرٰىہُ قَرِیۡبًا --
Sedangkan Kami melihatnya dekat,
pasti terjadi. یَوۡمَ
تَکُوۡنُ السَّمَآءُ کَالۡمُہۡلِ -- Pada hari
langit akan menjadi seperti cairan
tembaga, وَ تَکُوۡنُ الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ -- Dan gunung-gunung akan menjadi seperti bulu domba yang dihamburkan.
وَ لَا یَسۡـَٔلُ
حَمِیۡمٌ حَمِی -- Dan tidak akan
bertanya sahabat karib
kepada sahabat karib lainnya. یُّبَصَّرُوۡنَہُمۡ
ؕ یَوَدُّ الۡمُجۡرِمُ لَوۡ یَفۡتَدِیۡ مِنۡ عَذَابِ یَوۡمِئِذٍۭ
بِبَنِیۡہِ -- Hari
itu akan diperlihatkan dengan jelas
kepada mereka. Orang berdosa ingin seandainya dia
dapat menebus dirinya dari azab hari itu dengan anak-anaknya, وَ صَاحِبَتِہٖ وَ اَخِیۡہِ -- dan isterinya serta saudara-nya,
وَ فَصِیۡلَتِہِ الَّتِیۡ تُــٔۡوِیۡہِ
-- dan kaum kerabatnya yang melindunginya.
وَ مَنۡ فِی
الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ۙ ثُمَّ یُنۡجِیۡہِ
-- Dan bahkan semua
orang yang ada di bumi kemudian menyelamatkannya. کَلَّا ؕ اِنَّہَا لَظٰی
-- Sekali-kali tidak dapat.
Sesungguhnya itu nyala api, نَزَّاعَۃً لِّلشَّوٰی -- yang melucuti
kulit kepala. تَدۡعُوۡا مَنۡ اَدۡبَرَ
وَ تَوَلّٰی -- Yang
memanggil orang yang membelakangi dan yang berpaling, وَ جَمَعَ
فَاَوۡعٰی -- dan menimbun
harta serta menahannya (Al-Ma’ārij
[70]:1-19).
Berbagai Makna As-Sā’ah (Kiamat) & Akibat Mengerikan Radiasi
Nuklir Perang Nuklir
Mengisyaratkan kepada kengerian dari segi kejiwaan itu pulalah firman-Nya berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ
اتَّقُوۡا رَبَّکُمۡ ۚ اِنَّ زَلۡزَلَۃَ السَّاعَۃِ شَیۡءٌ
عَظِیۡمٌ ﴿﴾ یَوۡمَ تَرَوۡنَہَا تَذۡہَلُ کُلُّ
مُرۡضِعَۃٍ عَمَّاۤ اَرۡضَعَتۡ وَ تَضَعُ
کُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَہَا وَ تَرَی
النَّاسَ سُکٰرٰی وَ مَا ہُمۡ بِسُکٰرٰی وَ لٰکِنَّ عَذَابَ
اللّٰہِ شَدِیۡدٌ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Hai manusia,
bertakwalah kepada Rabb
(Tuhan) kamu, sesungguhnya kegoncangan
Saat itu sesuatu yang sangat
dahsyat. Pada hari ketika engkau melihatnya, setiap perempuan yang menyusui akan lupa kepada yang disusuinya dan setiap perempuan yang mengandung akan menggugurkan kandungannya, dan engkau
akan melihat manusia mabuk, padahal mereka
itu tidak mabuk tetapi azab Allah sungguh sangat keras (Al-Hājj [22]:1-3).
As-Sā’ah (Saat), atau al-Qiyāmat
dipergunakan dalam 3 pengertian: (a) Kematian seorang pribadi yang besar
dan ternama (assā’at ashshughra); (b) suatu bencana nasional (assā’at
alwustha); (c) Hari Peradilan (assā’at alkubra). Kata itu
telah dipergunakan dalam Al-Quran dengan kedua pengertian yang disebut
terakhir. Letaknya menunjukkan bahwa di sini kata itu dipergunakan dalam
pengertian bencana nasional yang
menggoncangkan sendi-sendi kekuatan
suatu kaum.
Kata itu dapat pula menunjuk secara khusus
kepada nasib yang ketika itu sedang
mengancam orang-orang Arab, ketika Mekkah
benteng kekuasaan politik mereka akan
jatuh serta kekuasaan politik dan sistem kemasyarakatan mereka akan patah dan ambruk; atau kata itu dapat menunjuk kepada suatu bencana amat dahsyat yang akan menimpa umat manusia berupa rangkaian Perang Dunia, dan sebagai akibatnya akan mendatangkan perubahan-perubahan yang amat dahsyat, yakni munculnya tatanan “langit
baru dan bumi baru” (QS.14:48-53) melalui perjuangan suci Rasul Akhir Zaman (QS.61:10).
Ayat 1-3 Surah Al Hājj ini jika dibaca bersama-sama
dengan QS.2:213, memberikan lagi dukungan kepada kesimpulan bahwa kata-kata as-Sā’ah
atau yaumal-qiyāmah yang dipergunakan dalam Al-Quran pada umumnya
menunjuk kepada suatu bencana nasional besar yang menimpa sesuatu kaum
seluruhnya.
Ayat 3 telah memakai 3
perumpamaan atau tamsil
untuk menyatakan sangat kerasnya “gempa
bumi Saat itu” yang disebut dalam ayat sebelumnya. Tidak ada yang lebih dicintai oleh seorang ibu selain bayi yang ia susui, dan tidak ada kengerian yang lebih menakutkan akibatnya, selain kengerian yang membuat seorang perempuan
gugur kandungannya dan membuat kaum
laki-laki jadi kalap.
Namun demikian, ayat ini
mengatakan, bahwa sekonyong-konyong
dan hebatnya kengerian yang
ditimbulkan oleh kejadian yang amat
dahsyat, begitu tidak terpikirkan sehingga kaum ibu akan meninggalkan
bayi-bayi yang sedang disusuinya
serta perempuan-perempuan hamil akan menggugurkan kandungannya dan orang-orang
akan menjadi gila oleh rasa takutnya
dan seperti orang mabuk tidak akan
menguasai perbuatannya.
Pengulangan Terjadinya Kehancuran Kota-kota di Akhir Zaman
Dalam Surah Al-Ma’ārij ayat selanjutnya kembali dikemukakan gambaran
mengerikan yang ditimbulkan radiasi nuklir akibat perang
nuklir, baik pengaruh buruknya
bagi tubuh jasmani mau pun bagi kejiwaan, firman-Nya: کَلَّا ؕ اِنَّہَا لَظٰی
-- Sekali-kali tidak dapat.
Sesungguhnya itu nyala api, نَزَّاعَۃً لِّلشَّوٰی -- yang melucuti
kulit kepala. تَدۡعُوۡا مَنۡ اَدۡبَرَ
وَ تَوَلّٰی -- Yang memanggil
orang yang membelakangi dan
yang berpaling, وَ جَمَعَ
فَاَوۡعٰی -- dan menimbun
harta serta menahannya (Al-Ma’ārij
[70]:16-19).
Semua itu menjadi bukti
yang tidak dapat dibantah bahwa Al-Quran
bersumber dari Allah Swt. yang diwahyukan-Nya kepada Nabi
Besar Muhammad saw., bukan gubahan
beliau saw. sebagaimana tuduhan orang-orang kafir (QS.25:1-10), dan betapa peringatan dan nubuatan dalam firman-Nya berikut ini, Insya Allah, akan kembali terulang di Akhir Zaman ini:
فَکَاَیِّنۡ
مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اَہۡلَکۡنٰہَا وَ ہِیَ
ظَالِمَۃٌ فَہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی
عُرُوۡشِہَا وَ بِئۡرٍ مُّعَطَّلَۃٍ وَّ
قَصۡرٍ مَّشِیۡدٍ ﴿﴾ اَفَلَمۡ
یَسِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ لَہُمۡ قُلُوۡبٌ یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ اَوۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ۚ فَاِنَّہَا
لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ وَ لٰکِنۡ تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ
﴿﴾ وَ یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ
وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ کَاَلۡفِ
سَنَۃٍ مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾ وَ کَاَیِّنۡ مِّنۡ
قَرۡیَۃٍ اَمۡلَیۡتُ لَہَا وَ ہِیَ
ظَالِمَۃٌ ثُمَّ اَخَذۡتُہَا ۚ وَ اِلَیَّ
الۡمَصِیۡرُ ﴿٪﴾
Dan berapa banyak kota yang Kami telah
membinasakannya, yang penduduknya sedang berbuat zalim
lalu dinding-dindingnya jatuh
atas atapnya, dan sumur yang
telah ditinggalkan dan istana
yang menjulang tinggi. اَفَلَمۡ
یَسِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ لَہُمۡ قُلُوۡبٌ یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ اَوۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا -- Maka apakah mereka tidak berpesiar di bumi, lalu menjadikan
hati mereka memahami dengannya atau
menjadikan telinga mereka mendengar dengannya? فَاِنَّہَا لَا
تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ وَ لٰکِنۡ تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ -- Maka sesungguhnya bukan mata yang buta tetapi yang
buta adalah hati yang ada dalam dada. وَ
یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ -- Dan mereka meminta kepada engkau untuk mempercepat azab, tetapi Allah tidak akan pernah mengingkari janji-Nya. وَ اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ کَاَلۡفِ
سَنَۃٍ مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ -- Dan
sesungguhnya satu hari di sisi Rabb
(Tuhan) engkau seperti seribu tahun menurut perhitungan ka-mu. وَ کَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اَمۡلَیۡتُ لَہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ -- Dan berapa
banyaknya kota telah Aku memberi
tangguh baginya padahal dia berlaku
zalim, ثُمَّ اَخَذۡتُہَا ۚ وَ اِلَیَّ الۡمَصِیۡرُ --
kemudian Aku menangkapnya dan
kepada Aku-lah kembali mereka. (Al-Hājj [22]:46-49).
Jadi, kembali kepada alasan orang-orang Mekkah tidak
mau beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran, firman-Nya: وَ قَالُوۡۤا اِنۡ
نَّتَّبِعِ الۡہُدٰی مَعَکَ نُتَخَطَّفۡ مِنۡ
اَرۡضِنَا
-- Dan mereka berkata: “Jika kami
mengikuti petunjuk bersama engkau tentu kami
akan diusir dari negeri kami” (Al-Qashash
[28]:58).
Jawaban Allah Swt. atas alasan
mereka yang menunjukkan kecintaan
mereka kepada kehidupan duniawi tersebut, firman-Nya: اَوَ لَمۡ نُمَکِّنۡ لَّہُمۡ حَرَمًا
اٰمِنًا یُّجۡبٰۤی اِلَیۡہِ ثَمَرٰتُ
کُلِّ شَیۡءٍ رِّزۡقًا مِّنۡ لَّدُنَّا وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ
لَا یَعۡلَمُوۡنَ -- Katakanlah:
“Bukankah Kami telah menempatkan mereka pada tempat suci yang aman, yang didatangkan kepadanya segala macam buah-buahan, sebagai rezeki dari sisi Kami?” Akan tetapi kebanyakan
mereka tidak mengetahui” (Al-Qashash [28]:58).
Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah firman Allah Swt.
selanjutnya: وَ کَمۡ اَہۡلَکۡنَا مِنۡ قَرۡیَۃٍۭ بَطِرَتۡ مَعِیۡشَتَہَا ۚ فَتِلۡکَ
مَسٰکِنُہُمۡ لَمۡ تُسۡکَنۡ مِّنۡۢ
بَعۡدِہِمۡ اِلَّا قَلِیۡلًا -- Dan berapa banyak kota yang telah Kami binasakan yang bersenang-senang dalam kehidupannya,
maka itulah tempat kediaman mereka
yang tidak didiami lagi sesudah mereka, kecuali sedikit, وَ کُنَّا
نَحۡنُ الۡوٰرِثِیۡنَ -- dan Kami-lah
Yang menjadi pewarisnya” (Al-Qashash
[28]:59).
Hikmah Diabadikan-Nya
Doa-doa Para Rasul Allah Dalam Al-Quran & Doa Istri ‘Imran
Jadi,
betapa doa-doa yang dipanjatkan
oleh Nabi Ibrahim a.s. – termasuk doa-doa para Rasul Allah yang lainnya --
adalah benar-benar telah dipanjatkan
oleh para Rasul Allah yang diutus kepada kaum-kaum sebelum umat Islam, dan semua doa para Rasul Allah
tersebut dikabulkan Allah Swt.,
itulah sebabnya Allah Swt. mengabadikan doa-doa
para rasul Allah tersebut dalam Al-Quran, bahkan mengabadikan
doa-doa orang yang bukan rasul Allah, misalnya doa istri ‘Imran atau ibu Maryam binti ‘Imran, firman-Nya:
اِذۡ قَالَتِ امۡرَاَتُ عِمۡرٰنَ رَبِّ اِنِّیۡ
نَذَرۡتُ لَکَ مَا فِیۡ بَطۡنِیۡ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلۡ مِنِّیۡ ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ
السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾ فَلَمَّا
وَضَعَتۡہَا قَالَتۡ رَبِّ اِنِّیۡ وَضَعۡتُہَاۤ
اُنۡثٰی ؕ وَ اللّٰہُ اَعۡلَمُ بِمَا وَضَعَتۡ ؕ وَ لَیۡسَ الذَّکَرُ کَالۡاُنۡثٰی ۚ وَ اِنِّیۡ سَمَّیۡتُہَا
مَرۡیَمَ وَ اِنِّیۡۤ اُعِیۡذُہَا بِکَ وَ
ذُرِّیَّتَہَا مِنَ الشَّیۡطٰنِ
الرَّجِیۡمِ ﴿﴾ فَتَقَبَّلَہَا
رَبُّہَا بِقَبُوۡلٍ حَسَنٍ وَّ اَنۡۢبَتَہَا نَبَاتًا حَسَنًا ۙ وَّ کَفَّلَہَا
زَکَرِیَّا ۚؕ کُلَّمَا دَخَلَ عَلَیۡہَا زَکَرِیَّا الۡمِحۡرَابَ ۙ وَجَدَ
عِنۡدَہَا رِزۡقًا ۚ قَالَ یٰمَرۡیَمُ اَنّٰی لَکِ ہٰذَا ؕ قَالَتۡ ہُوَ مِنۡ
عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ یَرۡزُقُ مَنۡ یَّشَآءُ بِغَیۡرِ حِسَابٍ ﴿﴾ ہُنَالِکَ دَعَا زَکَرِیَّا رَبَّہٗ ۚ قَالَ رَبِّ
ہَبۡ لِیۡ مِنۡ لَّدُنۡکَ ذُرِّیَّۃً طَیِّبَۃً ۚ اِنَّکَ سَمِیۡعُ الدُّعَآءِ ﴿﴾
Ingatlah, ketika perempuan ‘Imran berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), se-sungguhnya apa yang ada dalam kandunganku
aku bebaskan sebagai nazar bagi Engkau, maka terimalah
dia dariku, sesungguhnya Engkau
benar-benar Maha Mendengar, Maha
Mengetahui.” Maka tatkala ia yakni
istri ’Imran telah melahirkannya ia berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), sesungguhnya bayi yang kulahirkan ini seorang perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang
dilahirkannya itu, sedangkan
anak lelaki yang
diharapkannya itu tidaklah sama baiknya
seperti anak perempuan ini; dan bahwa aku menamainya Maryam, dan sesungguhnya aku memohon perlindungan Engkau untuknya
dan keturunannya dari syaitan
yang terkutuk.” فَتَقَبَّلَہَا رَبُّہَا بِقَبُوۡلٍ حَسَنٍ وَّ اَنۡۢبَتَہَا نَبَاتًا
حَسَنًا ۙ وَّ کَفَّلَہَا زَکَرِیَّا -- Maka
Rabb-nya (Tuhan-nya) telah menerimanya dengan penerimaan yang sa-ngat baik, dan menumbuhkannya dengan pertumbuhan yang
sangat baik dan menyerahkan
pemeliharaannya kepada Zakaria. کُلَّمَا دَخَلَ عَلَیۡہَا زَکَرِیَّا
الۡمِحۡرَابَ ۙ -- Setiap kali Zakaria datang menemuinya di
mihrab وَجَدَ عِنۡدَہَا رِزۡقًا ۚ قَالَ یٰمَرۡیَمُ اَنّٰی لَکِ ہٰذَا -- didapatinya ada rezeki padanya. Ia berkata: “Hai Maryam,
dari manakah engkau mendapatkan rezeki
ini?” قَالَتۡ ہُوَ مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ یَرۡزُقُ مَنۡ یَّشَآءُ
بِغَیۡرِ حِسَابٍ -- Ia
berkata: “Rezeki itu dari sisi
Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki ke-pada siapa yang Dia
kehendaki tanpa hisab. ہُنَالِکَ دَعَا
زَکَرِیَّا رَبَّہٗ ۚ قَالَ رَبِّ ہَبۡ لِیۡ مِنۡ لَّدُنۡکَ ذُرِّیَّۃً طَیِّبَۃً
ۚ اِنَّکَ سَمِیۡعُ الدُّعَآءِ -- Di
sanalah Zakaria berdoa kepada
Rabb-nya (Tuhan-nya), dia berkata: a”Ya
Rabb-ku (Tuhan-ku), anugerahilah aku juga dari sisi Engkau keturunan yang suci,
sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa”
(Ali
‘Imran [3]:36-39).
Jawaban Tuduhan Mengapa Rasul Allah
“Berjalan-jalan di Pasar-pasar”
Kembali
kepada tuduhan dusta orang-orang
kafir terhadap Nabi Besar Muhammad
saw.: وَ قَالُوۡۤا اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ
اکۡتَتَبَہَا فَہِیَ تُمۡلٰی عَلَیۡہِ
بُکۡرَۃً وَّ اَصِیۡلًا -- “Dan mereka berkata: ”Al-Quran adalah dongengan-dongengan orang-orang dahulu,
dimintanya supaya dituliskan lalu
itu dibacakan kepadanya pagi dan petang” (Al-Furqān [25]:6).
Terbukti bahwa kisah-kisah para Rasul Allah
yang diutus kepada kaum-kaum purbakala
yang terdapat dalam Al-Quran -- mulai dari zaman Nabi Adam a.s. sampai dengan pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. –
bukanlah “kumpulan dongeng kaum purbakala”
melainkian merupakan bagian dari petunjuk, hikmah dan juga nubuatan
yang akan kembali berulang di zaman Nabi Besar Muhammad saw., yang merupakan himpunan pribadi terpuji para Rasul
Allah tersebut, termasuk di Akhir Zaman ini (QS.62:3-5; QS.77:12).
Dalam ayat 8 surah Al-Furqān
selanjutnya dikemukakan tuduhan
selanjutnya yang mereka ada-adakan,
ketika mereka menyadari bahwa tuduhan-tuduhan
yang mereka lontarkan sebelumnya sangat
lemah: وَ قَالُوۡا مَالِ ہٰذَا الرَّسُوۡلِ
یَاۡکُلُ الطَّعَامَ وَ یَمۡشِیۡ فِی
الۡاَسۡوَاقِ ؕ لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡہِ مَلَکٌ فَیَکُوۡنَ مَعَہٗ نَذِیۡرًا -- Dan mereka berkata: “Rasul
macam apakah ini, ia makan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak
diturunkan malaikat kepadanya
supaya ia menjadi seorang pemberi
peringatan bersama-sama dengannya?”
Makna ayat مَالِ ہٰذَا
الرَّسُوۡلِ
selain “Rasul macam apakah ini?” adalah “Apakah gerangan yang terjadi dengan rasul itu?” یَاۡکُلُ الطَّعَامَ وَ یَمۡشِیۡ فِی الۡاَسۡوَاقِ -- “ia makan makanan dan berjalan di pasar-pasar?” لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ
اِلَیۡہِ مَلَکٌ فَیَکُوۡنَ مَعَہٗ نَذِیۡرًا -- “Mengapa
tidak diturunkan malaikat kepadanya supaya ia menjadi seorang pemberi peringatan bersama-sama
dengannya?”
Semakin jauh suatu umat beragama dari masa kenabian
maka berbagai persepsi tentang profil
seorang rasul Allah akan semakin berkembang ke arah gambaran yang khayali dan melampaui batas, sehingga ketika Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan
kepada mereka benar-benar datang (QS.7:35-37) maka mereka akan mendustakan dan menentangnya, karena bertentangan
dengan presepsi khayali
mereka yang sudah melantur jauh dari kenyataannya, firman-Nya: مَالِ ہٰذَا
الرَّسُوۡلِ
-- “Rasul macam apakah ini?” یَاۡکُلُ الطَّعَامَ
وَ یَمۡشِیۡ فِی الۡاَسۡوَاقِ -- “ia
makan makanan dan berjalan di
pasar-pasar?” لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡہِ مَلَکٌ فَیَکُوۡنَ مَعَہٗ نَذِیۡرًا -- “Mengapa tidak
diturunkan malaikat kepadanya supaya
ia menjadi seorang pemberi peringatan bersama-sama
dengannya?” (Al-Furqān [25]:8).
Kecurangan yang Dilakukan Kaum Midian
Dalam Bidang Ekonomi
Salah satu bentuk kerusakan
yang terjadi di kalangan umat manusia dalam hal akhlak dan ruhani atau keimanan kepada Tauhid Ilahi sangat berkaitan dengan masalah pasar, karena di “pasar”
– yakni dalam masalah ekonomi (perdagangan/jual-beli) -- merupakan tempat terjadinya berbagai bentuk kecurangan dan perbuatan
haram lainnya dalam) sehubungan
dengan masalah “sandang, pangan, dan papan” (QS.2:169-174; QS.5:1-6 & 89;
QS.6:117-122 & 142-147; QS.7:32-34; QS.8:42 & 70;QS.16:115-117; QS.23:52; QS.7:32-34).
Di
kalangan kaum purbakala yang
melakukan kecurangan dalam masalah ekonomi yang diabadikan
dalam Al-Quran adalah kaum Midian, yang kepada mereka Allah Swt.
telah mengutus Nabi Syu’aib a.s.,
yakni mereka biasa mengurangi timbangan dan sukatan (takaran) dalam transaksi perdagangan (QS.7:86-87; QS.11:85-88; QS.26:177--192).
Sehubungan
dengan terjadinya berbagai bentuk kecurangan
dalam bidang ekonomi tersebut, Nabi
Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa sebaik-baiknya tempat di dunia ini adalah masjid dan seburuk-buruknya tempat
adalah pasar:
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda,
"Tempat yang paling dicintai oleh Allah di negeri-negeri adalah masjid-masjid, dan tempat yang paling dibenci oleh Allah di negeri-negeri adalah pasar-pasarnya." HR. Muslim, Shahih no.665; Ibnu Hibban, Shahih no.1600.
"Tempat yang paling dicintai oleh Allah di negeri-negeri adalah masjid-masjid, dan tempat yang paling dibenci oleh Allah di negeri-negeri adalah pasar-pasarnya." HR. Muslim, Shahih no.665; Ibnu Hibban, Shahih no.1600.
Sehubungan dengan pentingnya memperhatikan kebutuhan masyarakat berkenaan dengan
masalah sandang, pangan dan papan,
Allah Swt. berfirman dalam kisah monumental “Adam, Malaikat dan Iblis:
وَ اِذۡ
قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا اِلَّاۤ
اِبۡلِیۡسَ ؕ اَبٰی ﴿﴾ فَقُلۡنَا
یٰۤـاٰدَمُ اِنَّ ہٰذَا عَدُوٌّ لَّکَ وَ لِزَوۡجِکَ فَلَا
یُخۡرِجَنَّکُمَا مِنَ الۡجَنَّۃِ فَتَشۡقٰی ﴿﴾ اِنَّ لَکَ
اَلَّا تَجُوۡعَ فِیۡہَا وَ لَا تَعۡرٰی ﴿﴾ۙ وَ اَنَّکَ لَا تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah yakni tunduk patuhlah kamu kepada Adam," maka mereka sujud kecuali iblis, ia menolak. Lalu Kami berfirman: "Hai Adam, sesungguhnya
orang ini adalah musuh bagi
engkau dan bagi istri engkau,
maka ia jangan sampai mengeluarkan kamu berdua dari kebun maka kamu
menderita kesulitan. اِنَّ لَکَ
اَلَّا تَجُوۡعَ فِیۡہَا وَ لَا تَعۡرٰی -- Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak
pula engkau akan telanjang, وَ اَنَّکَ لَا
تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی -- dan sesungguhnya engkau tidak akan kehausan di dalamnya
dan tidak pula akan disengat panas matahari
(Thā
Hā [20]:117-120).
Pentingnya Mencukupi
Kebutuhan “Sandang, Pangan, dan Papan” Masyarakat
Nabi
Adam a.s. diperingatkan bahwa jika beliau menyerah
kepada bujukan syaitan (iblis –
QS.7:21-23) dan menerima nasihatnya yang
penuh tipuan beliau akan menjadi luput
dari jannah (surga/kebun)
yaitu kehidupan berbahagia dan ketenteraman
ruhani yang sebelumnya telah beliau nikmati.
Itulah makna ayat: فَقُلۡنَا یٰۤـاٰدَمُ اِنَّ ہٰذَا عَدُوٌّ لَّکَ وَ لِزَوۡجِکَ فَلَا
یُخۡرِجَنَّکُمَا مِنَ الۡجَنَّۃِ فَتَشۡقٰی
-- “Lalu Kami berfirman: "Hai Adam, sesungguhnya orang ini adalah musuh bagi engkau dan bagi istri engkau, maka ia
jangan sampai mengeluarkan kamu berdua dari kebun maka kamu
menderita kesulitan.”
Isyarat
dalam ayat selanjutnya: اِنَّ لَکَ
اَلَّا تَجُوۡعَ فِیۡہَا وَ لَا تَعۡرٰی –Sesungguhnya engkau tidak akan
kelaparan di dalamnya dan tidak pula engkau akan telanjang, وَ اَنَّکَ لَا تَظۡمَؤُا فِیۡہَا
وَ لَا تَضۡحٰی -- “dan
sesungguhnya engkau tidak akan kehausan
di dalamnya dan tidak pula akan disengat
panas matahari,“ ayat ini dan dalam ayat sebelumnya, nampaknya ditujukan
kepada kemudahan dan kesenangan yang tidak terpisahkan dari kehidupan beradab di dunia ini.
Dua
ayat ini mengisyaratkan kepada kenyataan bahwa penyediaan pangan, sandang,
dan papan (perumahan) bagi rakyat — yang
merupakan sarana-sarana keperluan hidup
yang pokok — merupakan tugas utama
bagi suatu pemerintah beradab, dan
bahwa suatu masyarakat baru dapat dikatakan masyarakat beradab, bila semua
warga masyarakat itu dicukupi keperluan-keperluan
tersebut di atas.
Mengapa demikian? Sebab umat manusia akan terus menderita
dari pergolakan-pergolakan sosial dan
warna akhlak masyarakat umat manusia
tidak akan mengalami perbaikan hakiki,
selama kepincangan yang parah di
bidang ekonomi — yaitu sebagian
lapisan masyarakat berkecimpung dalam
kekayaan, sedang sebagian lainnya mati kelaparan — tidak dihilangkan.
Nabi Adam a.s. diberitahukan dalam
ayat-ayat tersebut, bahwa beliau akan tinggal di sebuah tempat (wilayah) di mana kesenangan
dan keperluan hidup akan tersedia dengan secukupnya bagi semua penduduknya, sebab wilayah tersebut secara alami memiliki SDA (sumber daya alam) yang melimpah-ruah, yang dalam Al-Quran
digambarkan sebagai “jannah” (kebun)
yang di bawahnya atau di dalamnya mengalir sungai, sehingga kesuburan
wilayah tersebut dapat bertahan, dan
dijadikan perumpamaan surga,
firman-Nya:
وَ بَشِّرِ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ
تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ کُلَّمَا رُزِقُوۡا
مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ
ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ
مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira orang-orang
yang beriman dan beramal saleh
bahwa sesungguhnya untuk mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai
rezeki, قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ -- mereka
berkata: “Inilah yang telah direzekikan
kepada kami sebelumnya”, وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا -- akan diberikan kepada mereka yang
serupa dengannya, dan bagi mereka di
dalamnya ada jodoh-jodoh yang suci, dan
mereka akan kekal di dalamnya (Al-Baqarah [2]:26).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 8 Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar