Senin, 20 Juli 2015

Penodaan "Syiar-syiar Ilahi" -- Termasuk Mesjid -- Membuktikan Hilangnya Ketakwaan Kepada Allah Swt. & Akibat Buruk Mendustakan Kedatangan kedua Kali "Misal" Para Rasul Allah di Akhir Zaman



                                                                 
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 101  

Penodaan Syiar-syiar Ilahi -- Termasuk Mesjid -- Membuktikan Hilangnya Ketakwaan Kepada Allah Swt. & Akibat Buruk  Mendustakan  Kedatangan Kedua Kali Misal Para Rasul Allah  di Akhir Zaman
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai para pengikut sejati  Nabi Besar Muhammad saw.  –  نُوۡرٌ عَلٰی نُوۡرٍ      (Nur di atas nur)  --  tersebut:
فِیۡ  بُیُوۡتٍ اَذِنَ اللّٰہُ  اَنۡ تُرۡفَعَ وَ یُذۡکَرَ فِیۡہَا اسۡمُہٗ ۙ یُسَبِّحُ لَہٗ  فِیۡہَا بِالۡغُدُوِّ وَ الۡاٰصَالِ ﴿ۙ﴾ رِجَالٌ ۙ لَّا تُلۡہِیۡہِمۡ تِجَارَۃٌ  وَّ لَا بَیۡعٌ عَنۡ ذِکۡرِ اللّٰہِ وَ  اِقَامِ الصَّلٰوۃِ  وَ  اِیۡتَآءِ الزَّکٰوۃِ ۪ۙ یَخَافُوۡنَ یَوۡمًا تَتَقَلَّبُ فِیۡہِ الۡقُلُوۡبُ وَ الۡاَبۡصَارُ ﴿٭ۙ﴾   لِیَجۡزِیَہُمُ اللّٰہُ  اَحۡسَنَ مَا عَمِلُوۡا وَ یَزِیۡدَہُمۡ مِّنۡ فَضۡلِہٖ ؕ وَ اللّٰہُ یَرۡزُقُ مَنۡ یَّشَآءُ  بِغَیۡرِ  حِسَابٍ  ﴿﴾
Di dalam rumah-rumah yang Allah telah mengizinkan supaya ditinggikan dan nama-Nya diingat di dalamnyabertasbih kepada-Nya di dalamnya pada waktu pagi dan petangرِجَالٌ ۙ لَّا تُلۡہِیۡہِمۡ تِجَارَۃٌ  وَّ لَا بَیۡعٌ عَنۡ ذِکۡرِ اللّٰہِ وَ  اِقَامِ الصَّلٰوۃِ  وَ  اِیۡتَآءِ الزَّکٰوۃِ -- Orang-orang lelaki, yang tidak melalaikan mereka dari mengingat Allah perniagaan dan tidak pula jual-beli, dan mendirikan shalat serta membayar zakat, یَخَافُوۡنَ یَوۡمًا تَتَقَلَّبُ فِیۡہِ الۡقُلُوۡبُ وَ الۡاَبۡصَارُ  -- mereka takut akan hari ketika   di dalamnya hati dan mata berubah-ubah  لِیَجۡزِیَہُمُ اللّٰہُ  اَحۡسَنَ مَا عَمِلُوۡا  --   supaya  Allah memberi mereka ganjaran yang sebaik-baik-nya atas apa yang telah mereka kerjakan, وَ یَزِیۡدَہُمۡ مِّنۡ فَضۡلِہٖ    -- dan Allah akan menambah kepada mereka dari karunia-Nyaاللّٰہُ یَرۡزُقُ مَنۡ یَّشَآءُ  بِغَیۡرِ  حِسَابٍ  --  Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan   (An-Nūr [24]:37-38).

Peringatan dan Nubuatan Allah Swt.  Mengenai Umat Islam

        Ayat 37   berisikan suatu bukti dan juga suatu nubuatan. Ayat ini menubu-atkan  bahwa rumah-rumah yang disinari oleh cahaya yang terdapat dalam Al-Quran akan dimuliakan dan para penghuninya senantiasa akan mengirim persembahan sanjung-puji kepada Allah Swt.. Ini akan merupakan bukti bahwa rumah-rumah itu disinari oleh nur Ilahi.
   Ayat 38  merupakan pengakuan agung terhadap ketakwaan dan kebaikan sahabat-sahabat  Nabi Besar Muhammad saw. dan terhadap kecintaan mereka kepada Allah Swt..  Mereka itu orang-orang — demikian kata ayat itu — yang berdaging dan bertulang. Mereka pun mempunyai kemauan-kemauan dan keinginan-keinginan duniawi, pekerjaan-pekerjaan, dan kesibukan-kesibukan.
        Selanjutnya ayat tersebut menerangkan bahwa mereka  itu bukan rahib-rahib atau pertapa-pertapa yang telah memutuskan hubungan dengan dunia   --  karena  Islam tidak pernah mengajarkan  rahbaniyah yang dibuat-buat tersebut (QS.57:28) --  namun di tengah-tengah segala kesibukan dan perjuangan dalam urusan dunianya  itu mereka tidak lalai menjalankan kewajiban-kewajiban mereka kepada Allah Swt. (Haququllāh)  dan manusia (haququl ibād).
         Pendek kata, keadaan orang-orang yang berkecimpung di dalamnya itulah yang membuat tempat-tempat  -- baik  pasar atau pun mesjid  -- akan menjadi tempat-tempat yang dibenci Allah Swt. atau pun dicintai Allah Swt., dimana Nabi Besar Muhammad saw. telah melarang keras di dalam mesjid melakukan “transaksi” (jual beli) apa pun yang bersifat duniawi – baik yang dilakukan secara terang-terangan mau pun secara terselubung  -- seperti yang marak terjadi di Akhir Zaman ini.
Allah Swt. telah berfirman mengenai pentingnya umat Islam agar senantiasa menghormati syiar-syiar Allah  --  termasuk mesjid  -- sebagaimana diperintahkan kepada Nabi Ibrahim a.s. berikut ini:
وَ اِذۡ بَوَّاۡنَا لِاِبۡرٰہِیۡمَ مَکَانَ الۡبَیۡتِ اَنۡ لَّا تُشۡرِکۡ بِیۡ شَیۡئًا وَّ طَہِّرۡ بَیۡتِیَ لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡقَآئِمِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ ﴿﴾  وَ اَذِّنۡ فِی النَّاسِ بِالۡحَجِّ  یَاۡتُوۡکَ  رِجَالًا وَّ عَلٰی کُلِّ ضَامِرٍ یَّاۡتِیۡنَ مِنۡ کُلِّ فَجٍّ عَمِیۡقٍ ﴿ۙ﴾  لِّیَشۡہَدُوۡا مَنَافِعَ  لَہُمۡ  وَ یَذۡکُرُوا  اسۡمَ اللّٰہِ فِیۡۤ  اَیَّامٍ مَّعۡلُوۡمٰتٍ عَلٰی مَا رَزَقَہُمۡ مِّنۡۢ بَہِیۡمَۃِ الۡاَنۡعَامِ ۚ فَکُلُوۡا مِنۡہَا وَ اَطۡعِمُوا  الۡبَآئِسَ الۡفَقِیۡرَ ﴿۫﴾  ثُمَّ لۡیَقۡضُوۡا تَفَثَہُمۡ وَ لۡیُوۡفُوۡا نُذُوۡرَہُمۡ وَ لۡیَطَّوَّفُوۡا بِالۡبَیۡتِ الۡعَتِیۡقِ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Kami menempatkan    Ibrahim di tempat  rumah  Allah dan berfirman: “Janganlah mempersekutukan Aku dengan sesuatu, dan  bersihkanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang thawaf,  yang berdiri tegak dan orang-orang yang rukuk  serta sujudوَ اَذِّنۡ فِی النَّاسِ بِالۡحَجِّ  یَاۡتُوۡکَ  رِجَالًا وَّ عَلٰی کُلِّ ضَامِرٍ یَّاۡتِیۡنَ مِنۡ کُلِّ فَجٍّ عَمِیۡقٍ  --   Dan umumkanlah  kepada manusia untuk ibadah haji, mereka akan datang kepada engkau berjalan kaki dan menunggang unta yang kurus, datang dari segenap penjuru yang jauh-jauh. لِّیَشۡہَدُوۡا مَنَافِعَ  لَہُمۡ  وَ یَذۡکُرُوا  اسۡمَ اللّٰہِ فِیۡۤ  اَیَّامٍ مَّعۡلُوۡمٰتٍ عَلٰی مَا رَزَقَہُمۡ مِّنۡۢ بَہِیۡمَۃِ الۡاَنۡعَامِ  --   Supaya  mereka dapat menyaksikan manfaat-manfaatnya   bagi mereka, dan dapat mengingat  nama Allah  selama hari-hari yang ditetapkan atas apa yang telah Dia rezekikan kepada mereka dari binatang ternak berkaki empat. فَکُلُوۡا مِنۡہَا وَ اَطۡعِمُوا  الۡبَآئِسَ الۡفَقِیۡرَ   -- Maka makanlah darinya dan berilah makan orang-orang sengsara, dan fakir. ثُمَّ لۡیَقۡضُوۡا تَفَثَہُمۡ وَ لۡیُوۡفُوۡا نُذُوۡرَہُمۡ وَ لۡیَطَّوَّفُوۡا بِالۡبَیۡتِ الۡعَتِیۡقِ  --  Kemudian hendaklah mereka membersihkan kekotoran mereka,  dan  menyempurnakan nazar-nazar mereka, dan berthawaf di sekeliling Rumah Kuno itu” (Al-Hājj [22]:27-30).

Penodaan “Syiar-syiar Allah”  & Pentingnya Ketakwaan Kepada Allah Swt.

         Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai  pentingnya peran ketakwaan kepada Allah Swt. dalam melaksanakan semua perintah Allah Swt. tersebut:
   ذٰلِکَ ٭ وَ مَنۡ یُّعَظِّمۡ حُرُمٰتِ اللّٰہِ فَہُوَ خَیۡرٌ لَّہٗ عِنۡدَ رَبِّہٖ ؕ وَ اُحِلَّتۡ لَکُمُ الۡاَنۡعَامُ  اِلَّا مَا یُتۡلٰی عَلَیۡکُمۡ فَاجۡتَنِبُوا الرِّجۡسَ مِنَ الۡاَوۡثَانِ وَ اجۡتَنِبُوۡا  قَوۡلَ  الزُّوۡرِ ﴿ۙ﴾  حُنَفَآءَ لِلّٰہِ غَیۡرَ  مُشۡرِکِیۡنَ بِہٖ ؕ وَ مَنۡ یُّشۡرِکۡ بِاللّٰہِ فَکَاَنَّمَا خَرَّ  مِنَ السَّمَآءِ فَتَخۡطَفُہُ الطَّیۡرُ  اَوۡ تَہۡوِیۡ بِہِ الرِّیۡحُ فِیۡ مَکَانٍ  سَحِیۡقٍ ﴿﴾  ذٰلِکَ ٭ وَ مَنۡ یُّعَظِّمۡ شَعَآئِرَ  اللّٰہِ فَاِنَّہَا مِنۡ  تَقۡوَی  الۡقُلُوۡبِ  ﴿﴾
Demikianlah,  وَ مَنۡ یُّعَظِّمۡ حُرُمٰتِ اللّٰہِ فَہُوَ خَیۡرٌ لَّہٗ عِنۡدَ رَبِّہٖ  --  dan barangsiapa mengagungkan tempat-tempat yang telah dimuliakan Allah maka hal itu baik baginya di sisi Rabb-nya (Tuhan-nya). Dan  telah dihalalkan bagi kamu se-mua binatang ternak kecuali apa yang diterangkan kepada kamu keharamannya,  فَاجۡتَنِبُوا الرِّجۡسَ مِنَ الۡاَوۡثَانِ وَ اجۡتَنِبُوۡا  قَوۡلَ  الزُّوۡرِ -- maka jauhilah kenajisan berhala, dan jauhilah ucapan-ucapan dusta. حُنَفَآءَ لِلّٰہِ غَیۡرَ  مُشۡرِکِیۡنَ بِہٖ   -- Beribadah dengan lurus kepada Allah tanpa mempersekutukan sesuatu dengan-Nya.  وَ مَنۡ یُّشۡرِکۡ بِاللّٰہِ فَکَاَنَّمَا خَرَّ  مِنَ السَّمَآءِ فَتَخۡطَفُہُ الطَّیۡرُ --  Dan barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah  maka seolah-olah ia jatuh dari langit lalu ia disambar burung-burung, اَوۡ تَہۡوِیۡ بِہِ الرِّیۡحُ فِیۡ مَکَانٍ  سَحِیۡقٍ --  atau angin menerbangkannya ke tempat yang jauhذٰلِکَ ٭ وَ مَنۡ یُّعَظِّمۡ شَعَآئِرَ  اللّٰہِ فَاِنَّہَا مِنۡ  تَقۡوَی  الۡقُلُوۡبِ  --   Demikianlah, dan   barangsiapa memuliakan Tanda-tanda suci Allah maka sesungguhnya itu dari   ketakwaan hati  (Al-Hajj [22]:31-33).
      Nah, jika dalam kenyataannya di Akhir Zaman ini, bukan saja begitu banyak syiar-syiar Allah yang telah dinodai  oleh orang-orang yang mendakwakan diri sebagai Muslim    -- terutama di Timur Tengah  -- dengan berbagai tindakan yang  bersifat merusak, bahkan bom-bom bunuh diri atas nama Jihad Islam   sering kali terjadi  -- bukan saja di luar mesjid seperti di pasar-pasar dan sebagainya,  bahkan di dalam mesjid-mesjid tempat beribadah kepada Allah Swt.,   maka  bagaimana mungkin   Nabi Besar Muhammad saw.  tidak akan merasa sangat kecewa,  karena  15 abad yang lalu beliau saw. hanya dalam waktu 23 tahun saja (telah berhasil merubah bangsa Arab Jahiliyah menjadi “umat yang terbaik” (QS.2:144; QS.3:111; QS.62:3)  --   yang memberikan  berbagai  manfaat besar bagai seluruh alam (umat manusia) – tetapi  di Akhir Zaman  keadaan “jahiliyah” tersebut kembali marak terjadi di sana! Benarlah firman-Nya berikut ini:
وَ مَنۡ اَظۡلَمُ  مِمَّنۡ مَّنَعَ مَسٰجِدَ اللّٰہِ اَنۡ یُّذۡکَرَ فِیۡہَا اسۡمُہٗ وَ سَعٰی فِیۡ خَرَابِہَا ؕ اُولٰٓئِکَ مَا کَانَ لَہُمۡ اَنۡ یَّدۡخُلُوۡہَاۤ اِلَّا خَآئِفِیۡنَ ۬ؕ لَہُمۡ  فِی الدُّنۡیَا خِزۡیٌ وَّ لَہُمۡ فِی الۡاٰخِرَۃِ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menghalangi orang yang menyebut nama-Nya di dalam mesjid-mesjid Allah dan berupaya merobohkannya?  Mereka itu tidak layak masuk ke dalamnya kecuali dengan rasa takut.  Bagi mereka ada kehinaan di dunia,  dan bagi mereka azab yang besar di akhirat (Al-Baqarah [2]:115).

Kejahiliyahan yang Berulang   Akhir Zaman  &  Mereka yang “Menyakiti” Para Rasul Allah

      Ayat ini merupakan tudingan keras terhadap mereka yang membawa perbedaan-perbedaan agama mereka sampai ke titik runcing, sehingga malahan tidak segan-segan merobohkan atau menodai tempat-tempat beribadah milik agama-agama lain. Mereka menghalang-halangi orang menyembah Tuhan di tempat-tempat suci mereka sendiri dan malahan bertindak begitu jauh, hingga membinasakan rumah-rumah ibadah mereka. Tindakan kekerasan demikian di sini dicela dengan kata-kata keras dan di samping itu ditekankan ajaran toleransi dan berpandangan luas.
      Al-Quran mengakui adanya kebebasan dan hak yang tidak dibatasinya bagi semua orang untuk menyembah Tuhan di tempat ibadah, sebab  kuil, gereja atau masjid adalah tempat yang dibuat untuk beribadah kepada Allah, sedangkan orang yang menghalangi orang lain beribadah kepada Tuhan dalam tempat itu, pada hakikatnya telah membantu kehancuran dan kebinasaan tempat tersebut.
        Benarlah  peringatan   Allah Swt.   – dan juga nubuatan   -- dalam firman-Nya berikut ini:
وَ اِذۡ  قَالَ مُوۡسٰی لِقَوۡمِہٖ یٰقَوۡمِ لِمَ تُؤۡذُوۡنَنِیۡ  وَ قَدۡ تَّعۡلَمُوۡنَ  اَنِّیۡ  رَسُوۡلُ اللّٰہِ  اِلَیۡکُمۡ ؕ فَلَمَّا  زَاغُوۡۤا اَزَاغَ  اللّٰہُ قُلُوۡبَہُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ  لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿﴾  وَ اِذۡ قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ یٰبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ  اِنِّیۡ  رَسُوۡلُ  اللّٰہِ  اِلَیۡکُمۡ مُّصَدِّقًا  لِّمَا بَیۡنَ  یَدَیَّ  مِنَ  التَّوۡرٰىۃِ وَ مُبَشِّرًۢا  بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ  مِنۡۢ  بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ  اَحۡمَدُ ؕ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ  بِالۡبَیِّنٰتِ قَالُوۡا ہٰذَا  سِحۡرٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, padahal kamu sungguh mengetahui bahwa aku Rasul Allah yang diutus kepada kamu?”  فَلَمَّا  زَاغُوۡۤا اَزَاغَ  اللّٰہُ قُلُوۡبَہُمۡ   -- Maka tatkala mereka menyimpang dari jalan benar Allah pun menyimpangkan hati mereka, ؕ وَ اللّٰہُ  لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡفٰسِقِیۡنَ   -- dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik (durhaka). وَ اِذۡ قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ یٰبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ  اِنِّیۡ  رَسُوۡلُ  اللّٰہِ  اِلَیۡکُمۡ   -- Dan ingatlah ketika Isa ibnu Maryam berkata: “”Hai Bani Israil, sesungguhnya aku Rasul Allah kepada kamu menggenapi apa yang ada sebelumku yaitu Taurat,  مُّصَدِّقًا  لِّمَا بَیۡنَ  یَدَیَّ  مِنَ  التَّوۡرٰىۃِ وَ مُبَشِّرًۢا  بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ  مِنۡۢ  بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ  اَحۡمَد  -- dan memberi kabar gembira mengenai seorang rasul yang akan datang sesudahku namanya Ahmad.” فَلَمَّا جَآءَہُمۡ  بِالۡبَیِّنٰتِ  --  Maka tatkala ia datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang jelas قَالُوۡا ہٰذَا  سِحۡرٌ  مُّبِیۡنٌ  -- mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata” (Ash-Shaf [10]:6-7).

Peringatan dan Nubuatan Bagi Umat Islam

     Mungkin tidak ada nabi Allah yang begitu banyak menderita kepedihan hati karena perbuatan para pengikutnya selain Nabi Musa  a.s.  Kaum Nabi Musa a.s. telah menyaksikan lasykar Firaun tenggelam di hadapan mata kepala mereka sendiri, namun demikian baru saja mereka melintasi lautan mereka telah mencoba lagi kembali kepada kemusyrikan, dan karena mereka melihat suatu kaum penyembah berhala  mereka meminta kepada Nabi Musa a.s.  membuatkan bagi mereka berhala semacam itu juga (QS.7:139-142).
   Penolakan Nabi Musa a.s. terhadap keinginan buruk mereka itu nampaknya tidak membuat mereka menyadari kekeliruan permintaan mereka itu,   terbukti ketika Nabi Musa a.s.  pergi berkhalwat seloama 40 hari di gunung Thur, mereka kembali menyembah patung anak sapi buatan Samiri, walau pun Nabi Harun a.s. telah  berusaha melarang perbuatan buruk mereka itu (QS.7:149-153); QS.20:84-99)
    Demikian pula ketika Nabi Musa a.s. mengajak mereka   bergerak memasuki Kanaan yang telah dijanjikan Allah Swt. akan diberikan kepada mereka, sambil mencemoohkan dan dengan bersitebal-kulit-muka mereka mengatakan kepada Nabi Musa a.s.  agar beliau sendiri pergi bersama Tuhan beliau yang amat dipercayai beliau, mereka tidak mau bergerak barang satu tapak pun dari tempat mereka bermukim (QS.5:21-27).
    Jadi  Nabi Musa a.s.  – dalam usaha beliau memanggil mereka kembali dari kemusyrikan -- berkali-kali dihina dan dikecewakan oleh kaumnya  (Bani Israil) yang justru telah diselamatkan beliau dari penindasan perbudakan Fir’aun  selama berabad-abad itu. Mereka malahan mengumpat dan memfitnah beliau. 
   Sehubungan dengan berbagai keburukan yang terjadi di kalangan Bani Israil tersebut, dalam firman-Nya berikut ini Allah Swt. memperingatkan umat Islam Bani Isma’il      --  yang merupakan “saudara Bani Israil”    -- agar tidak melakukan perbuatan buruk yang sama, sehingga kedua keturunan Nabi Ibrahim a.s. tersebut seperti “persamaan sepasang sepatu”, demikian Nabi Besar Muhammad saw. telah menubuatkan mengenai keadaan umat Islam  di kemudian hari setelah    mengalami kejayaan yang pertama selama 3 abad (QS.17:86-90; QS.32:6; QS.62:3-5), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اٰذَوۡا مُوۡسٰی فَبَرَّاَہُ  اللّٰہُ مِمَّا قَالُوۡا ؕ وَ کَانَ عِنۡدَ اللّٰہِ  وَجِیۡہًا  ﴿ؕ﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ وَ قُوۡلُوۡا  قَوۡلًا  سَدِیۡدًا  ﴿ۙ﴾ یُّصۡلِحۡ  لَکُمۡ  اَعۡمَالَکُمۡ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ  وَ رَسُوۡلَہٗ  فَقَدۡ  فَازَ  فَوۡزًا عَظِیۡمًا ﴿﴾ 
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti   orang-orang yang telah menyusahkan  Musa,  tetapi Allah membersihkannya dari apa yang mereka katakana, dan ia di sisi Allah adalah orang yang terhormat. ٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ وَ قُوۡلُوۡا  قَوۡلًا  سَدِیۡدًا  --   Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang jujur.  یُّصۡلِحۡ  لَکُمۡ  اَعۡمَالَکُمۡ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ   -- Dia akan memperbaiki  bagi kamu amal-amal kamu dan akan meng-ampuni bagimu dosa-dosa kamu. وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ  وَ رَسُوۡلَہٗ  فَقَدۡ  فَازَ  فَوۡزًا عَظِیۡمًا --  Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia akan meraih kemenangan besar   (Al-Ahzāb [33]:69-71).
        Ādzahu berarti, ia melakukan atau mengatakan apa yang tidak disenanginya atau yang dibencinya, mengganggu atau menjengkelkan atau melukai perasaan dia.   Nabi Musa a.s.  telah dijadikan sasaran fitnahan-fitnahan berat, antara lain:
      (1) Qarun (Qorah) menghasut seorang perempuan mengada-adakan tuduhan terhadap beliau bahwa beliau pernah mengadakan hubungan gelap dengan dirinya.
        (2) Karena timbul iri hati melihat semakin meningkatnya pengaruh Nabi Harun di tengah kaum beliau, Nabi Musa a.s. berusaha membunuh Nabi Harun a.s.   
        (3) Beliau mengidap penyakit lepra dan rajasinga atau syphilis.
        (4) Samiri menuduh beliau berbuat syirik.
        (5) Adik perempuan beliau sendiri melemparkan tuduhan palsu terhadap beliau (Bilangan 12:1).

Pendustaan kepada Kedatangan Kedua Kali Misal Para Rasul Allah

        Dari berbagai keburukan yang dilakukan oleh orang-orang kafir di kalangan Bani Israil tersebut adalah persamaan sikap buruk serta makar buruk  yang dilakukan Bani Israil dan Bani Isma’il terhadap kedua  Al-Masih Mau’ud yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka, berikut firman-Nya Nabi Besar Muhammad saw.:
 وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ  مَثَلًا  اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ  یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾  وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ  لَکَ  اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿﴾  اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ  مَثَلًا   لِّبَنِیۡۤ   اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ﴾
Dan apabila   Ibnu Maryam dikemukakan  sebagai misal (perumpamaan)  اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ  یَصِدُّوۡنَ  -- tiba-tiba kaum engkau meneriakkan  penentangan  terhadapnya, وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ  --   dan mereka berkata: "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?"  مَا ضَرَبُوۡہُ  لَکَ  اِلَّا جَدَلًا -- Mereka tidak menyebutkan hal itu kepada engkau melainkan perbantahan semata.  بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ -- Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantahاِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ  مَثَلًا   لِّبَنِیۡۤ   اِسۡرَآءِیۡلَ --   Ia tidak lain melainkan seorang hamba yang telah Kami  anugerahi nikmat kepadanya, dan Kami menjadikan dia suatu perumpamaan  bagi Bani Israil  (Az-Zukhruf [43]:58-60).
    Shadda (yashuddu) berarti: ia menghalangi dia dari sesuatu, dan shadda (yashiddu) berarti: ia mengajukan sanggahan (protes) (Al-Aqrab-ul-Mawarid).   Kedatangan Al-Masih a.s.   --     yakni Nabi Isa Ibnu JMaryam a.s.  yang dilahirkan tanpa ayah   -- adalah tanda bahwa orang-orang Yahudi akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan kenabian untuk selama-lamanya.
        Karena matsal berarti sesuatu yang semacam dengan atau sejenis dengan yang lain (QS.6:39), ayat ini di samping arti yang diberikan dalam ayat ini, dapat pula berarti bahwa bila kaum  Nabi Besar Muhammadsaw.   — yaitu kaum Muslimin — diberitahu bahwa orang lain seperti dan merupakan sesama Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  akan dibangkitkan di antara mereka  di Akhir Zaman ini (QS.62:3-5) untuk memperbaharui mereka dan mengembalikan kejayaan ruhani mereka yang telah hilang (QS.61:10), tetapi   mereka bukannya bergembira atas kabar gembira itu malah mereka berteriak  mengajukan protes.
       Jadi, ayat-ayat ini dapat dianggap mengisyaratkan kepada kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   untuk kedua kalinya di Akhir Zaman ini  yakni Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang atas perintah Allah Swt. beliau bukan saja telah mendakwakan  diri sebagai Al-Masih Mau’ud a.s., tetapi juga sebagai para Rasul Allah yang kedatangannya ditunggu-tunggu pula oleh umat beragama lainnya dengan nama yang berlainan, seakan-akan para rasul Allah yang pernah diutus kepada kaum-kaum purbakala telah dibangkitkan lagi, karena di Akhir Zaman ini pun seakan-akan kaum-kaum purbakala   -- dengan berbagai jenis keburukan yang telah mereka lakukan   --  mereka itu serakan-akan kembali dibangkitkan­, firman-Nya:
وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾  لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾  لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾  وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾  اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ  ﴿ؕ﴾  ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾  
Dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan.    Hingga hari apakah ditangguhkan?   لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ   -- Hingga Hari Keputusan.     Dan apa yang engkau ketahui mengenai Hari Keputusan itu?    وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ -- Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.  اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ    -- Tidakkah Kami telah  membi-nasakan kaum-kaum dahulu? ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ  --   Kemudian Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ   --  Demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa.  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ  --    Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalāt [77]:12-19).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,15 Juli  2015      


Tidak ada komentar:

Posting Komentar