بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 101
Penodaan Syiar-syiar
Ilahi -- Termasuk Mesjid -- Membuktikan Hilangnya Ketakwaan
Kepada Allah Swt. & Akibat Buruk Mendustakan Kedatangan Kedua Kali Misal Para Rasul Allah di Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai para pengikut sejati Nabi Besar Muhammad saw. – نُوۡرٌ عَلٰی نُوۡرٍ (Nur di atas nur) --
tersebut:
فِیۡ بُیُوۡتٍ اَذِنَ اللّٰہُ اَنۡ تُرۡفَعَ وَ یُذۡکَرَ فِیۡہَا اسۡمُہٗ ۙ
یُسَبِّحُ لَہٗ فِیۡہَا بِالۡغُدُوِّ وَ
الۡاٰصَالِ ﴿ۙ﴾ رِجَالٌ ۙ لَّا تُلۡہِیۡہِمۡ تِجَارَۃٌ وَّ لَا بَیۡعٌ عَنۡ ذِکۡرِ اللّٰہِ وَ اِقَامِ الصَّلٰوۃِ وَ
اِیۡتَآءِ الزَّکٰوۃِ ۪ۙ یَخَافُوۡنَ یَوۡمًا تَتَقَلَّبُ فِیۡہِ
الۡقُلُوۡبُ وَ الۡاَبۡصَارُ ﴿٭ۙ﴾ لِیَجۡزِیَہُمُ اللّٰہُ اَحۡسَنَ مَا عَمِلُوۡا وَ یَزِیۡدَہُمۡ مِّنۡ
فَضۡلِہٖ ؕ وَ اللّٰہُ یَرۡزُقُ مَنۡ یَّشَآءُ
بِغَیۡرِ حِسَابٍ ﴿﴾
Di
dalam rumah-rumah yang Allah telah mengizinkan supaya ditinggikan
dan nama-Nya diingat di dalamnya, bertasbih
kepada-Nya di dalamnya pada waktu pagi
dan petang, رِجَالٌ ۙ لَّا تُلۡہِیۡہِمۡ
تِجَارَۃٌ وَّ لَا بَیۡعٌ عَنۡ ذِکۡرِ
اللّٰہِ وَ اِقَامِ الصَّلٰوۃِ وَ
اِیۡتَآءِ الزَّکٰوۃِ -- Orang-orang lelaki, yang tidak melalaikan
mereka dari mengingat Allah perniagaan dan tidak pula jual-beli, dan mendirikan
shalat serta membayar zakat, یَخَافُوۡنَ یَوۡمًا
تَتَقَلَّبُ فِیۡہِ الۡقُلُوۡبُ وَ الۡاَبۡصَارُ
-- mereka takut akan
hari ketika di dalamnya hati dan mata berubah-ubah, لِیَجۡزِیَہُمُ اللّٰہُ اَحۡسَنَ مَا عَمِلُوۡا
-- supaya Allah
memberi mereka ganjaran yang sebaik-baik-nya atas apa yang telah mereka kerjakan, وَ یَزِیۡدَہُمۡ مِّنۡ فَضۡلِہٖ -- dan Allah
akan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. اللّٰہُ یَرۡزُقُ مَنۡ یَّشَآءُ بِغَیۡرِ
حِسَابٍ -- Dan Allah
memberi rezeki kepada siapa yang Dia
kehendaki tanpa perhitungan (An-Nūr
[24]:37-38).
Peringatan dan Nubuatan Allah Swt. Mengenai Umat
Islam
Ayat 37 berisikan suatu bukti dan juga suatu nubuatan.
Ayat ini menubu-atkan bahwa rumah-rumah
yang disinari oleh cahaya yang
terdapat dalam Al-Quran akan dimuliakan dan para penghuninya senantiasa akan mengirim persembahan sanjung-puji kepada Allah Swt.. Ini akan merupakan bukti bahwa rumah-rumah itu disinari oleh nur Ilahi.
Ayat 38 merupakan pengakuan
agung terhadap ketakwaan dan kebaikan sahabat-sahabat Nabi Besar
Muhammad saw. dan terhadap kecintaan
mereka kepada Allah Swt.. Mereka itu orang-orang
— demikian kata ayat itu — yang berdaging
dan bertulang. Mereka pun mempunyai kemauan-kemauan dan keinginan-keinginan duniawi, pekerjaan-pekerjaan,
dan kesibukan-kesibukan.
Selanjutnya ayat tersebut menerangkan bahwa mereka itu bukan rahib-rahib atau pertapa-pertapa yang telah memutuskan
hubungan dengan dunia --
karena Islam tidak pernah mengajarkan
rahbaniyah yang dibuat-buat
tersebut (QS.57:28) -- namun di
tengah-tengah segala kesibukan dan perjuangan dalam urusan dunianya itu mereka tidak lalai menjalankan kewajiban-kewajiban mereka kepada Allah
Swt. (Haququllāh) dan manusia (haququl ibād).
Pendek kata, keadaan orang-orang
yang berkecimpung di dalamnya itulah yang membuat tempat-tempat -- baik pasar
atau pun mesjid -- akan menjadi tempat-tempat yang dibenci
Allah Swt. atau pun dicintai Allah
Swt., dimana Nabi Besar Muhammad saw. telah melarang
keras di dalam mesjid melakukan “transaksi”
(jual beli) apa pun yang bersifat duniawi
– baik yang dilakukan secara terang-terangan
mau pun secara terselubung -- seperti yang marak terjadi di Akhir Zaman ini.
Allah Swt. telah berfirman
mengenai pentingnya umat Islam agar
senantiasa menghormati syiar-syiar Allah --
termasuk mesjid -- sebagaimana diperintahkan kepada Nabi
Ibrahim a.s. berikut ini:
وَ اِذۡ بَوَّاۡنَا لِاِبۡرٰہِیۡمَ مَکَانَ الۡبَیۡتِ
اَنۡ لَّا تُشۡرِکۡ بِیۡ شَیۡئًا وَّ طَہِّرۡ بَیۡتِیَ لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ
الۡقَآئِمِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ ﴿﴾ وَ اَذِّنۡ فِی
النَّاسِ بِالۡحَجِّ یَاۡتُوۡکَ رِجَالًا وَّ عَلٰی کُلِّ ضَامِرٍ یَّاۡتِیۡنَ
مِنۡ کُلِّ فَجٍّ عَمِیۡقٍ ﴿ۙ﴾ لِّیَشۡہَدُوۡا
مَنَافِعَ لَہُمۡ وَ یَذۡکُرُوا
اسۡمَ اللّٰہِ فِیۡۤ اَیَّامٍ
مَّعۡلُوۡمٰتٍ عَلٰی مَا رَزَقَہُمۡ مِّنۡۢ بَہِیۡمَۃِ الۡاَنۡعَامِ ۚ فَکُلُوۡا
مِنۡہَا وَ اَطۡعِمُوا الۡبَآئِسَ
الۡفَقِیۡرَ ﴿۫﴾
ثُمَّ لۡیَقۡضُوۡا تَفَثَہُمۡ وَ لۡیُوۡفُوۡا
نُذُوۡرَہُمۡ وَ لۡیَطَّوَّفُوۡا بِالۡبَیۡتِ الۡعَتِیۡقِ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Kami menempatkan Ibrahim di tempat rumah
Allah dan berfirman: “Janganlah mempersekutukan Aku dengan
sesuatu, dan bersihkanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang thawaf, yang berdiri
tegak dan orang-orang yang rukuk
serta sujud. وَ اَذِّنۡ فِی النَّاسِ
بِالۡحَجِّ یَاۡتُوۡکَ رِجَالًا وَّ عَلٰی کُلِّ ضَامِرٍ یَّاۡتِیۡنَ
مِنۡ کُلِّ فَجٍّ عَمِیۡقٍ -- Dan umumkanlah
kepada manusia untuk ibadah
haji, mereka akan datang kepada engkau berjalan
kaki dan menunggang unta yang kurus,
datang dari segenap penjuru yang
jauh-jauh. لِّیَشۡہَدُوۡا
مَنَافِعَ لَہُمۡ وَ یَذۡکُرُوا
اسۡمَ اللّٰہِ فِیۡۤ اَیَّامٍ
مَّعۡلُوۡمٰتٍ عَلٰی مَا رَزَقَہُمۡ مِّنۡۢ بَہِیۡمَۃِ الۡاَنۡعَامِ
-- Supaya mereka
dapat menyaksikan manfaat-manfaatnya bagi mereka, dan dapat mengingat nama Allah selama hari-hari yang ditetapkan
atas apa yang telah Dia rezekikan kepada
mereka dari binatang ternak berkaki
empat. فَکُلُوۡا مِنۡہَا
وَ اَطۡعِمُوا الۡبَآئِسَ الۡفَقِیۡرَ
-- Maka makanlah darinya dan berilah makan orang-orang sengsara, dan
fakir. ثُمَّ لۡیَقۡضُوۡا تَفَثَہُمۡ وَ
لۡیُوۡفُوۡا نُذُوۡرَہُمۡ وَ لۡیَطَّوَّفُوۡا بِالۡبَیۡتِ الۡعَتِیۡقِ
-- Kemudian hendaklah mereka membersihkan kekotoran mereka, dan menyempurnakan nazar-nazar mereka, dan berthawaf di sekeliling Rumah Kuno itu”
(Al-Hājj
[22]:27-30).
Penodaan
“Syiar-syiar Allah” & Pentingnya Ketakwaan Kepada Allah Swt.
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman mengenai pentingnya
peran ketakwaan kepada Allah Swt.
dalam melaksanakan semua perintah Allah
Swt. tersebut:
ذٰلِکَ ٭ وَ مَنۡ
یُّعَظِّمۡ حُرُمٰتِ اللّٰہِ فَہُوَ خَیۡرٌ لَّہٗ عِنۡدَ رَبِّہٖ ؕ وَ اُحِلَّتۡ
لَکُمُ الۡاَنۡعَامُ اِلَّا مَا یُتۡلٰی
عَلَیۡکُمۡ فَاجۡتَنِبُوا الرِّجۡسَ مِنَ الۡاَوۡثَانِ وَ اجۡتَنِبُوۡا قَوۡلَ
الزُّوۡرِ ﴿ۙ﴾ حُنَفَآءَ لِلّٰہِ
غَیۡرَ مُشۡرِکِیۡنَ بِہٖ ؕ وَ مَنۡ
یُّشۡرِکۡ بِاللّٰہِ فَکَاَنَّمَا خَرَّ
مِنَ السَّمَآءِ فَتَخۡطَفُہُ الطَّیۡرُ
اَوۡ تَہۡوِیۡ بِہِ الرِّیۡحُ فِیۡ مَکَانٍ سَحِیۡقٍ ﴿﴾ ذٰلِکَ ٭ وَ مَنۡ
یُّعَظِّمۡ شَعَآئِرَ اللّٰہِ فَاِنَّہَا
مِنۡ تَقۡوَی الۡقُلُوۡبِ ﴿﴾
Demikianlah,
وَ مَنۡ یُّعَظِّمۡ حُرُمٰتِ اللّٰہِ فَہُوَ خَیۡرٌ
لَّہٗ عِنۡدَ رَبِّہٖ -- dan barangsiapa mengagungkan tempat-tempat yang telah dimuliakan Allah maka hal
itu baik baginya di sisi Rabb-nya (Tuhan-nya). Dan telah
dihalalkan bagi kamu se-mua binatang ternak kecuali apa yang diterangkan kepada
kamu keharamannya, فَاجۡتَنِبُوا الرِّجۡسَ مِنَ
الۡاَوۡثَانِ وَ اجۡتَنِبُوۡا قَوۡلَ الزُّوۡرِ -- maka jauhilah
kenajisan berhala, dan jauhilah
ucapan-ucapan dusta. حُنَفَآءَ
لِلّٰہِ غَیۡرَ مُشۡرِکِیۡنَ بِہٖ -- Beribadah dengan lurus kepada Allah tanpa mempersekutukan sesuatu dengan-Nya.
وَ مَنۡ یُّشۡرِکۡ
بِاللّٰہِ فَکَاَنَّمَا خَرَّ مِنَ
السَّمَآءِ فَتَخۡطَفُہُ الطَّیۡرُ -- Dan barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu
dengan Allah maka seolah-olah
ia jatuh dari langit lalu ia
disambar burung-burung, اَوۡ تَہۡوِیۡ بِہِ الرِّیۡحُ فِیۡ مَکَانٍ سَحِیۡقٍ -- atau angin menerbangkannya ke tempat yang jauh. ذٰلِکَ ٭ وَ مَنۡ یُّعَظِّمۡ شَعَآئِرَ اللّٰہِ فَاِنَّہَا مِنۡ تَقۡوَی
الۡقُلُوۡبِ -- Demikianlah,
dan barangsiapa
memuliakan Tanda-tanda suci Allah maka sesungguhnya
itu dari ketakwaan hati (Al-Hajj [22]:31-33).
Nah, jika dalam kenyataannya di Akhir
Zaman ini, bukan saja begitu banyak syiar-syiar
Allah yang telah dinodai oleh orang-orang yang mendakwakan diri sebagai Muslim -- terutama di Timur Tengah -- dengan
berbagai tindakan yang bersifat merusak,
bahkan bom-bom bunuh diri atas nama Jihad Islam
sering kali terjadi -- bukan saja di luar mesjid seperti di pasar-pasar
dan sebagainya, bahkan di dalam mesjid-mesjid tempat beribadah kepada Allah Swt., maka bagaimana mungkin Nabi Besar Muhammad saw. tidak akan merasa sangat kecewa, karena 15 abad
yang lalu beliau saw. hanya dalam waktu 23
tahun saja (telah berhasil merubah
bangsa Arab Jahiliyah menjadi “umat yang terbaik” (QS.2:144; QS.3:111;
QS.62:3) -- yang memberikan berbagai
manfaat besar bagai seluruh
alam (umat manusia) – tetapi di Akhir Zaman keadaan “jahiliyah”
tersebut kembali marak terjadi di sana! Benarlah firman-Nya berikut ini:
وَ مَنۡ
اَظۡلَمُ مِمَّنۡ مَّنَعَ مَسٰجِدَ
اللّٰہِ اَنۡ یُّذۡکَرَ فِیۡہَا اسۡمُہٗ وَ سَعٰی فِیۡ خَرَابِہَا ؕ اُولٰٓئِکَ
مَا کَانَ لَہُمۡ اَنۡ یَّدۡخُلُوۡہَاۤ اِلَّا خَآئِفِیۡنَ ۬ؕ لَہُمۡ فِی الدُّنۡیَا خِزۡیٌ وَّ لَہُمۡ فِی
الۡاٰخِرَۃِ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menghalangi orang yang menyebut
nama-Nya di dalam mesjid-mesjid Allah
dan berupaya merobohkannya? Mereka itu tidak layak masuk ke dalamnya kecuali dengan rasa takut. Bagi
mereka ada kehinaan di dunia, dan bagi
mereka azab yang besar di akhirat (Al-Baqarah [2]:115).
Kejahiliyahan yang Berulang Akhir Zaman & Mereka
yang “Menyakiti” Para Rasul Allah
Ayat
ini merupakan tudingan keras terhadap
mereka yang membawa perbedaan-perbedaan
agama mereka sampai ke titik runcing,
sehingga malahan tidak segan-segan merobohkan
atau menodai tempat-tempat beribadah
milik agama-agama lain. Mereka
menghalang-halangi orang menyembah Tuhan
di tempat-tempat suci mereka sendiri dan malahan bertindak begitu jauh, hingga membinasakan rumah-rumah ibadah mereka.
Tindakan kekerasan demikian di sini
dicela dengan kata-kata keras dan di
samping itu ditekankan ajaran toleransi
dan berpandangan luas.
Al-Quran mengakui adanya kebebasan dan hak yang tidak dibatasinya bagi semua orang untuk menyembah Tuhan di tempat ibadah, sebab kuil,
gereja atau masjid adalah tempat yang dibuat untuk beribadah kepada Allah,
sedangkan orang yang menghalangi orang lain beribadah
kepada Tuhan dalam tempat itu, pada
hakikatnya telah membantu kehancuran
dan kebinasaan tempat tersebut.
Benarlah peringatan Allah Swt. – dan juga nubuatan -- dalam
firman-Nya berikut ini:
وَ
اِذۡ قَالَ مُوۡسٰی لِقَوۡمِہٖ یٰقَوۡمِ لِمَ
تُؤۡذُوۡنَنِیۡ وَ قَدۡ
تَّعۡلَمُوۡنَ اَنِّیۡ رَسُوۡلُ اللّٰہِ اِلَیۡکُمۡ ؕ فَلَمَّا زَاغُوۡۤا اَزَاغَ اللّٰہُ قُلُوۡبَہُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ یٰبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ اِنِّیۡ
رَسُوۡلُ اللّٰہِ اِلَیۡکُمۡ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ
یَدَیَّ مِنَ التَّوۡرٰىۃِ وَ مُبَشِّرًۢا بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ مِنۡۢ
بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ اَحۡمَدُ ؕ
فَلَمَّا جَآءَہُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ
قَالُوۡا ہٰذَا سِحۡرٌ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, mengapa kamu
menyakitiku, padahal kamu sungguh
mengetahui bahwa aku Rasul Allah yang diutus
kepada kamu?” فَلَمَّا زَاغُوۡۤا اَزَاغَ اللّٰہُ قُلُوۡبَہُمۡ -- Maka tatkala
mereka menyimpang dari jalan benar Allah pun menyimpangkan hati mereka, ؕ
وَ اللّٰہُ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ
الۡفٰسِقِیۡنَ -- dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik (durhaka). وَ اِذۡ قَالَ
عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ یٰبَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ اِنِّیۡ رَسُوۡلُ
اللّٰہِ اِلَیۡکُمۡ -- Dan ingatlah ketika Isa ibnu Maryam berkata: “”Hai Bani
Israil, sesungguhnya aku Rasul Allah
kepada kamu menggenapi apa yang ada sebelumku yaitu Taurat, مُّصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ
یَدَیَّ مِنَ التَّوۡرٰىۃِ وَ مُبَشِّرًۢا بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ مِنۡۢ
بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ اَحۡمَد -- dan memberi
kabar gembira mengenai seorang rasul yang akan datang sesudahku namanya Ahmad.”
فَلَمَّا
جَآءَہُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ -- Maka tatkala ia datang kepada mereka
dengan bukti-bukti yang jelas قَالُوۡا ہٰذَا سِحۡرٌ
مُّبِیۡنٌ -- mereka
berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”
(Ash-Shaf
[10]:6-7).
Peringatan dan Nubuatan Bagi Umat Islam
Mungkin tidak ada nabi Allah yang begitu banyak menderita kepedihan hati karena perbuatan
para pengikutnya selain Nabi Musa a.s. Kaum Nabi Musa a.s. telah
menyaksikan lasykar Firaun tenggelam
di hadapan mata kepala mereka sendiri, namun demikian baru saja mereka
melintasi lautan mereka telah mencoba lagi kembali kepada kemusyrikan, dan karena mereka melihat suatu kaum penyembah berhala mereka meminta kepada Nabi Musa a.s. membuatkan bagi mereka berhala semacam
itu juga (QS.7:139-142).
Penolakan Nabi Musa a.s.
terhadap keinginan buruk mereka itu
nampaknya tidak membuat mereka menyadari
kekeliruan permintaan mereka itu, terbukti ketika Nabi Musa a.s. pergi berkhalwat
seloama 40 hari di gunung Thur, mereka kembali menyembah patung anak sapi buatan Samiri,
walau pun Nabi Harun a.s. telah berusaha
melarang perbuatan buruk mereka itu
(QS.7:149-153); QS.20:84-99)
Demikian pula ketika Nabi Musa a.s. mengajak mereka
bergerak memasuki Kanaan yang telah dijanjikan
Allah Swt. akan diberikan kepada mereka, sambil mencemoohkan dan dengan
bersitebal-kulit-muka mereka mengatakan kepada Nabi Musa a.s. agar beliau sendiri pergi bersama Tuhan
beliau yang amat dipercayai beliau, mereka tidak mau bergerak barang satu tapak
pun dari tempat mereka bermukim (QS.5:21-27).
Jadi
Nabi Musa a.s. – dalam
usaha beliau memanggil mereka kembali dari kemusyrikan
-- berkali-kali dihina dan dikecewakan oleh kaumnya (Bani Israil) yang justru telah diselamatkan beliau dari penindasan perbudakan Fir’aun selama berabad-abad itu. Mereka malahan mengumpat dan memfitnah beliau.
Sehubungan dengan berbagai keburukan yang terjadi di kalangan Bani Israil tersebut, dalam firman-Nya
berikut ini Allah Swt. memperingatkan
umat Islam Bani Isma’il -- yang merupakan “saudara Bani Israil” -- agar tidak
melakukan perbuatan buruk yang sama,
sehingga kedua keturunan Nabi Ibrahim
a.s. tersebut seperti “persamaan sepasang
sepatu”, demikian Nabi Besar Muhammad saw. telah menubuatkan mengenai keadaan umat
Islam di kemudian hari setelah mengalami kejayaan
yang pertama selama 3 abad (QS.17:86-90; QS.32:6; QS.62:3-5), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اٰذَوۡا مُوۡسٰی
فَبَرَّاَہُ اللّٰہُ مِمَّا قَالُوۡا ؕ وَ
کَانَ عِنۡدَ اللّٰہِ وَجِیۡہًا ﴿ؕ﴾ یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ وَ قُوۡلُوۡا قَوۡلًا
سَدِیۡدًا ﴿ۙ﴾ یُّصۡلِحۡ
لَکُمۡ اَعۡمَالَکُمۡ وَ یَغۡفِرۡ
لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ
وَ رَسُوۡلَہٗ فَقَدۡ فَازَ
فَوۡزًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu
seperti orang-orang yang telah
menyusahkan Musa, tetapi Allah
membersihkannya dari apa yang mereka katakana, dan ia di sisi Allah adalah orang yang terhormat. ٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ وَ قُوۡلُوۡا قَوۡلًا
سَدِیۡدًا
-- Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang jujur. یُّصۡلِحۡ لَکُمۡ
اَعۡمَالَکُمۡ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ -- Dia
akan memperbaiki bagi kamu amal-amal kamu
dan akan meng-ampuni bagimu dosa-dosa kamu.
وَ مَنۡ
یُّطِعِ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ فَقَدۡ
فَازَ فَوۡزًا عَظِیۡمًا -- Dan
barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia akan meraih kemenangan besar (Al-Ahzāb
[33]:69-71).
Ādzahu berarti, ia melakukan atau
mengatakan apa yang tidak disenanginya
atau yang dibencinya, mengganggu atau
menjengkelkan atau melukai perasaan
dia. Nabi Musa a.s. telah dijadikan sasaran fitnahan-fitnahan berat, antara lain:
(1) Qarun (Qorah) menghasut
seorang perempuan mengada-adakan tuduhan terhadap beliau bahwa beliau pernah
mengadakan hubungan gelap dengan dirinya.
(2) Karena timbul iri hati
melihat semakin meningkatnya pengaruh Nabi Harun di tengah kaum beliau, Nabi
Musa a.s. berusaha membunuh Nabi Harun a.s.
(3) Beliau mengidap penyakit
lepra dan rajasinga atau syphilis.
(4) Samiri menuduh beliau berbuat
syirik.
(5) Adik perempuan beliau sendiri melemparkan tuduhan palsu terhadap beliau (Bilangan 12:1).
Pendustaan kepada Kedatangan Kedua Kali Misal Para Rasul Allah
Dari berbagai keburukan yang
dilakukan oleh orang-orang kafir di
kalangan Bani Israil tersebut adalah
persamaan sikap buruk serta makar buruk yang dilakukan Bani Israil dan Bani Isma’il
terhadap kedua Al-Masih Mau’ud yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka, berikut firman-Nya Nabi Besar Muhammad
saw.:
وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ مَثَلًا
اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ
﴿﴾ وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا
ضَرَبُوۡہُ لَکَ اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ
﴿﴾ اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ
جَعَلۡنٰہُ مَثَلًا لِّبَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ﴾
Dan
apabila Ibnu Maryam dikemukakan
sebagai misal (perumpamaan) اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ -- tiba-tiba
kaum engkau meneriakkan penentangan
terhadapnya, وَ قَالُوۡۤاءَ
اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ -- dan mereka berkata: "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" مَا ضَرَبُوۡہُ لَکَ
اِلَّا جَدَلًا -- Mereka tidak menyebutkan hal itu kepada engkau melainkan perbantahan semata. بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ -- Bahkan mereka adalah kaum
yang biasa berbantah. اِنۡ ہُوَ اِلَّا
عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ
مَثَلًا لِّبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ -- Ia tidak lain melainkan seorang hamba yang telah Kami anugerahi nikmat
kepadanya, dan Kami
menjadikan dia suatu perumpamaan
bagi Bani Israil (Az-Zukhruf [43]:58-60).
Shadda (yashuddu) berarti:
ia menghalangi dia dari sesuatu, dan shadda (yashiddu) berarti: ia
mengajukan sanggahan (protes) (Al-Aqrab-ul-Mawarid). Kedatangan Al-Masih
a.s. -- yakni Nabi Isa Ibnu JMaryam a.s. yang dilahirkan tanpa ayah -- adalah
tanda bahwa orang-orang Yahudi akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan
kenabian untuk selama-lamanya.
Karena matsal berarti sesuatu yang semacam dengan atau sejenis dengan yang lain (QS.6:39), ayat ini di samping arti yang
diberikan dalam ayat ini, dapat pula berarti bahwa bila kaum Nabi Besar Muhammadsaw.
— yaitu kaum Muslimin — diberitahu bahwa orang lain seperti dan merupakan sesama Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. akan dibangkitkan
di antara mereka di Akhir Zaman ini (QS.62:3-5) untuk memperbaharui mereka dan mengembalikan kejayaan ruhani mereka yang telah hilang (QS.61:10), tetapi mereka bukannya bergembira atas kabar gembira
itu malah mereka berteriak mengajukan protes.
Jadi, ayat-ayat ini dapat dianggap mengisyaratkan kepada kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. untuk kedua kalinya di Akhir Zaman ini yakni Pendiri
Jemaat Muslim Ahmadiyah, Mirza Ghulam
Ahmad a.s. yang atas perintah Allah Swt. beliau bukan saja telah mendakwakan diri sebagai Al-Masih Mau’ud a.s., tetapi juga sebagai para Rasul Allah yang kedatangannya ditunggu-tunggu
pula oleh umat beragama lainnya
dengan nama yang berlainan, seakan-akan
para rasul Allah yang pernah diutus kepada kaum-kaum purbakala telah dibangkitkan
lagi, karena di Akhir Zaman ini pun
seakan-akan kaum-kaum purbakala -- dengan berbagai jenis keburukan yang telah mereka lakukan --
mereka itu serakan-akan kembali dibangkitkan,
firman-Nya:
وَ اِذَا
الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾ لِاَیِّ
یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾ لِیَوۡمِ الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾ وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾ وَیۡلٌ
یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾ اَلَمۡ
نُہۡلِکِ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ
نُتۡبِعُہُمُ الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾ کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ
بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Dan apabila rasul-rasul
didatangkan pada waktu
yang ditentukan. Hingga hari apakah ditangguhkan? لِیَوۡمِ الۡفَصۡلِ -- Hingga Hari Keputusan. Dan apa yang engkau ketahui mengenai Hari Keputusan itu? وَیۡلٌ
یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ -- Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. اَلَمۡ
نُہۡلِکِ الۡاَوَّلِیۡنَ -- Tidakkah Kami telah membi-nasakan
kaum-kaum dahulu? ثُمَّ نُتۡبِعُہُمُ الۡاٰخِرِیۡنَ -- Kemudian Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian. کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ -- Demikianlah
perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa.
وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ -- Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalāt
[77]:12-19).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,15 Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar