Sabtu, 04 Juli 2015

Ketidak-bersyukuran Penduduk Mekkah Kepada Allah Swt., Pemilik Baitullah (Ka'bah) & Hakikat Kehancuran "Makar Buruk" Abrahah dan Tentara Gajahnya


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 92

Ketidak-bersyukuran  Penduduk  Mekkah Kepada Allah Swt., Pemilik Baitullah (Ka'bah) &  Hakikat Kehancuran Makar Buruk Abrahah dan Tentara Gajahnya
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai  makna ayat:  لَّا  یَمَسُّہٗۤ  اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ  --  yang tidak  dapat menyentuhnya kecuali orang-orang  yang disucikan” (QS.56:80), bahwa hanya  orang yang bernasib baik sajalah yang  diberi pengertian  mengenai dan dan dapat mendalami kandungan arti Al-Quran yang hakiki, melalui cara menjalani kehidupan bertakwa lalu meraih kebersihan hati dan dimasukkan ke dalam alam rahasia ruhani makrifat Ilahi, yang tertutup bagi orang-orang yang hatinya tidak bersih (QS.3:8).
          Sebaliknya, kesempurnaan Al-Quran bagi orang-orang kafir sekali pun Allah Swt. memberikan kesempatan kepada mereka untuk melihat Tanda-tanda Allah Swt. yang mendukung pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw. berupa mengalami rukya atau kasyaf  (terbuka hijab), tetapi mereka tetap akan mensalah-tafsirkan hal-hal  tersebut, firman-Nya:
وَ لَوۡ فَتَحۡنَا عَلَیۡہِمۡ بَابًا مِّنَ السَّمَآءِ فَظَلُّوۡا فِیۡہِ  یَعۡرُجُوۡنَ ﴿ۙ﴾  لَقَالُوۡۤا اِنَّمَا سُکِّرَتۡ اَبۡصَارُنَا بَلۡ نَحۡنُ قَوۡمٌ  مَّسۡحُوۡرُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan seandainya Kami membukakan bagi mereka sebuah pintu  langit ruhani  dan mereka terus saja naik melaluinya,   pasti mereka akan berkata: اِنَّمَا سُکِّرَتۡ اَبۡصَارُنَا بَلۡ نَحۡنُ قَوۡمٌ  مَّسۡحُوۡرُوۡنَ  --  “Mata kami saja yang dikaburkan, bahkan kami orang-orang  yang kena sihir (Al-Hijr [15]:15-16).
       Ayat ini dapat diartikan, bahwa jika Allah Swt.  berkenan membukakan pintu-pintu gerbang rahmat-Nya dan menjauhkan siksaan, maka dari menghadap kepada Dia, orang-orang kafir itu malahan menjadi sibuk dalam mengejar kesejahteraan dan kesenangan duniawi.
       Orang-orang kafir tersebut telah menjadi demikian rupa terasing dari urusan-urusan ruhani, sehingga seandainya pun mereka menikmati pengalaman-pengalaman ruhani yang telah dialami oleh Nabi Besar Muhammad saw.  dan karenanya memperoleh beberapa kasyaf (penglihatan gaib dalam keadaan sadar) mengenai ketinggian keruhanian yang telah dicapai oleh beliau saw. mereka juga tidak akan percaya dan hanya akan berkata bahwa mereka telah menjadi korban sihir atau tenung.

Sangat Tidak Menghargai Al-Quran  & Lebih Mementingkan Keuntungan Dunia

 Makna ayat selanjutnya: اَفَبِہٰذَا  الۡحَدِیۡثِ  اَنۡتُمۡ  مُّدۡہِنُوۡنَ -- “Maka apakah terhadap  firman  ini kamu menggap sepele?  وَ تَجۡعَلُوۡنَ  رِزۡقَکُمۡ  اَنَّکُمۡ تُکَذِّبُوۡنَ  -- Dan bahwa kamu dengan mendustakannya  kamu menjadikannya sebagai rezeki kamu?” (Al-Wāqi’ah [56]: 82-83).   Orang-orang kafir takut kalau-kalau mereka  menerima kebenaran akan dijauhkan dari sumber-sumber kehidupan duniawi  mereka.
  Jadi, demi memperoleh keuntungan kotor itulah maka mereka menolak seruan Ilahi; atau, ayat ini dapat diartikan bahwa orang-orang kafir menolak kebenaran sebagai sesuatu yang seakan-akan kehidupan mereka bergantung padanya saja. Bagaimana jua pun keadaannya, mereka tidak akan menerima kebenaran, sebagaimana firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
اِنَّکَ لَا تَہۡدِیۡ مَنۡ  اَحۡبَبۡتَ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَہۡدِیۡ مَنۡ یَّشَآءُ ۚ وَ ہُوَ اَعۡلَمُ بِالۡمُہۡتَدِیۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡۤا اِنۡ نَّتَّبِعِ الۡہُدٰی مَعَکَ نُتَخَطَّفۡ مِنۡ  اَرۡضِنَا ؕ اَوَ لَمۡ نُمَکِّنۡ لَّہُمۡ حَرَمًا اٰمِنًا یُّجۡبٰۤی  اِلَیۡہِ  ثَمَرٰتُ  کُلِّ شَیۡءٍ رِّزۡقًا مِّنۡ لَّدُنَّا وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَہُمۡ  لَا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾  وَ کَمۡ  اَہۡلَکۡنَا مِنۡ قَرۡیَۃٍۭ  بَطِرَتۡ مَعِیۡشَتَہَا ۚ فَتِلۡکَ مَسٰکِنُہُمۡ لَمۡ تُسۡکَنۡ مِّنۡۢ  بَعۡدِہِمۡ  اِلَّا قَلِیۡلًا ؕ وَ کُنَّا نَحۡنُ  الۡوٰرِثِیۡنَ ﴿﴾  وَ مَا کَانَ رَبُّکَ مُہۡلِکَ الۡقُرٰی حَتّٰی یَبۡعَثَ فِیۡۤ  اُمِّہَا رَسُوۡلًا یَّتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِنَا ۚ وَ مَا کُنَّا مُہۡلِکِی الۡقُرٰۤی  اِلَّا وَ اَہۡلُہَا ظٰلِمُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَاۤ  اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنۡ شَیۡءٍ فَمَتَاعُ  الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ زِیۡنَتُہَا ۚ وَ مَا عِنۡدَ اللّٰہِ خَیۡرٌ  وَّ  اَبۡقٰی ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya engkau tidak dapat memberi petunjuk kepada siapa yang engkau cintai, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.  وَ قَالُوۡۤا اِنۡ نَّتَّبِعِ الۡہُدٰی مَعَکَ نُتَخَطَّفۡ مِنۡ  اَرۡضِنَا  --  Dan mereka berkata: “Jika  kami mengikuti petunjuk bersama engkau  tentu  kami akan diusir  dari negeri kami.” اَوَ لَمۡ نُمَکِّنۡ لَّہُمۡ حَرَمًا اٰمِنًا یُّجۡبٰۤی  اِلَیۡہِ  ثَمَرٰتُ  کُلِّ شَیۡءٍ رِّزۡقًا مِّنۡ لَّدُنَّا وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَہُمۡ  لَا  یَعۡلَمُوۡنَ   -- Katakanlah: “Bukankah   Kami telah menempatkan mereka pada tempat suci yang aman,  yang didatangkan kepadanya segala macam buah-buahan, sebagai rezeki dari sisi Kami?” Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.   وَ کَمۡ  اَہۡلَکۡنَا مِنۡ قَرۡیَۃٍۭ  بَطِرَتۡ مَعِیۡشَتَہَا ۚ فَتِلۡکَ مَسٰکِنُہُمۡ لَمۡ تُسۡکَنۡ مِّنۡۢ  بَعۡدِہِمۡ  اِلَّا قَلِیۡلًا  -- Dan berapa banyak  kota yang  telah Kami binasakan yang  bersenang-senang dalam kehidupannya, maka itulah tempat kediaman mereka yang tidak  didiami lagi sesudah mereka, kecuali sedikit, وَ کُنَّا نَحۡنُ  الۡوٰرِثِیۡنَ  --      dan Kami-lah Yang  menjadi pewarisnya.  -- وَ مَا کَانَ رَبُّکَ مُہۡلِکَ الۡقُرٰی حَتّٰی یَبۡعَثَ فِیۡۤ  اُمِّہَا رَسُوۡلًا یَّتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِنَا Dan Rabb (Tuhan) engkau sekali-kali tidak akan membinasakan kota-kota hingga Dia membangkitkan di ibu-kotanya seorang rasul yang membacakan kepada mereka Ayat-ayat Kami,  وَ مَا کُنَّا مُہۡلِکِی الۡقُرٰۤی  اِلَّا وَ اَہۡلُہَا ظٰلِمُوۡنَ  -- dan Kami sekali-kali tidak akan membinasakan kota-kota kecuali penduduknya orang-orang zalim. وَ مَاۤ  اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنۡ شَیۡءٍ فَمَتَاعُ  الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ زِیۡنَتُہَا ۚ وَ مَا عِنۡدَ اللّٰہِ خَیۡرٌ  وَّ  اَبۡقٰی ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ  --    Dan apa pun yang diberikan kepada kamu adalah kesenangan sementara dari kehidupan duniawi dan perhiasannya, sedangkan apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal maka tidakkah kamu menggunakan akal? (Al-Qashash [28]:57-61).

Menerima “Kebenaran” Dianggap Musibah 

      Jadi, bagi para pecinta kehidupan dan kehormatan duniawi, jika mereka  beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37) dianggap sebagai “musibah” bagi mereka, itulah sebabnya setiap  pengutusan Rasul Allah  senantiasa mendapat perlawanan keras dari orang-orang duniawi, termasuk di Akhir Zaman ini. (QS.15:11-14; QS.36:31-32; QS.43:8-9). makna Surah Al-Wāqi’ah ayat: اَفَبِہٰذَا  الۡحَدِیۡثِ  اَنۡتُمۡ  مُّدۡہِنُوۡنَ -- “Maka apakah terhadap  firman  ini kamu menggap sepele?  وَ تَجۡعَلُوۡنَ  رِزۡقَکُمۡ  اَنَّکُمۡ تُکَذِّبُوۡنَ  -- Dan bahwa kamu dengan mendustakannya  kamu menjadikannya sebagai rezeki kamu?” (Al-Wāqi’ah [56]: 82-83). 
     Orang-orang kafir takut kalau-kalau mereka  menerima kebenaran akan dijauhkan dari sumber-sumber kehidupan duniawi  mereka. Jadi, demi memperoleh keuntungan kotor itulah maka mereka menolak seruan Ilahi; atau, ayat ini dapat diartikan bahwa orang-orang kafir menolak kebenaran sebagai sesuatu yang seakan-akan kehidupan mereka bergantung padanya saja. Bagaimana jua pun keadaannya mereka tidak akan menerima kebenaran, sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman  kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
اِنَّکَ لَا تَہۡدِیۡ مَنۡ  اَحۡبَبۡتَ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَہۡدِیۡ مَنۡ یَّشَآءُ ۚ وَ ہُوَ اَعۡلَمُ بِالۡمُہۡتَدِیۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡۤا اِنۡ نَّتَّبِعِ الۡہُدٰی مَعَکَ نُتَخَطَّفۡ مِنۡ  اَرۡضِنَا ؕ اَوَ لَمۡ نُمَکِّنۡ لَّہُمۡ حَرَمًا اٰمِنًا یُّجۡبٰۤی  اِلَیۡہِ  ثَمَرٰتُ  کُلِّ شَیۡءٍ رِّزۡقًا مِّنۡ لَّدُنَّا وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَہُمۡ  لَا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾  وَ کَمۡ  اَہۡلَکۡنَا مِنۡ قَرۡیَۃٍۭ  بَطِرَتۡ مَعِیۡشَتَہَا ۚ فَتِلۡکَ مَسٰکِنُہُمۡ لَمۡ تُسۡکَنۡ مِّنۡۢ  بَعۡدِہِمۡ  اِلَّا قَلِیۡلًا ؕ وَ کُنَّا نَحۡنُ  الۡوٰرِثِیۡنَ ﴿﴾  وَ مَا کَانَ رَبُّکَ مُہۡلِکَ الۡقُرٰی حَتّٰی یَبۡعَثَ فِیۡۤ  اُمِّہَا رَسُوۡلًا یَّتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِنَا ۚ وَ مَا کُنَّا مُہۡلِکِی الۡقُرٰۤی  اِلَّا وَ اَہۡلُہَا ظٰلِمُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَاۤ  اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنۡ شَیۡءٍ فَمَتَاعُ  الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ زِیۡنَتُہَا ۚ وَ مَا عِنۡدَ اللّٰہِ خَیۡرٌ  وَّ  اَبۡقٰی ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya engkau tidak dapat memberi petunjuk kepada siapa yang engkau cintai, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.  وَ قَالُوۡۤا اِنۡ نَّتَّبِعِ الۡہُدٰی مَعَکَ نُتَخَطَّفۡ مِنۡ  اَرۡضِنَا  --  Dan mereka berkata: “Jika  kami mengikuti petunjuk bersama engkau  tentu  kami akan diusir  dari negeri kami.” اَوَ لَمۡ نُمَکِّنۡ لَّہُمۡ حَرَمًا اٰمِنًا یُّجۡبٰۤی  اِلَیۡہِ  ثَمَرٰتُ  کُلِّ شَیۡءٍ رِّزۡقًا مِّنۡ لَّدُنَّا وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَہُمۡ  لَا  یَعۡلَمُوۡنَ   -- Katakanlah: “Bukankah   Kami telah menempatkan mereka pada tempat suci yang aman,  yang didatangkan kepadanya segala macam buah-buahan, sebagai rezeki dari sisi Kami?” Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.   وَ کَمۡ  اَہۡلَکۡنَا مِنۡ قَرۡیَۃٍۭ  بَطِرَتۡ مَعِیۡشَتَہَا ۚ فَتِلۡکَ مَسٰکِنُہُمۡ لَمۡ تُسۡکَنۡ مِّنۡۢ  بَعۡدِہِمۡ  اِلَّا قَلِیۡلًا  --  Dan berapa banyak  kota yang  telah Kami binasakan yang  bersenang-senang dalam kehidupannya, maka itulah tempat kediaman mereka yang tidak  didiami lagi sesudah mereka, kecuali sedikit, وَ کُنَّا نَحۡنُ  الۡوٰرِثِیۡنَ  --      dan Kami-lah Yang  menjadi pewarisnya.  -- وَ مَا کَانَ رَبُّکَ مُہۡلِکَ الۡقُرٰی حَتّٰی یَبۡعَثَ فِیۡۤ  اُمِّہَا رَسُوۡلًا یَّتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِنَا Dan Rabb (Tuhan) engkau sekali-kali tidak akan membinasakan kota-kota hingga Dia membangkitkan di ibu-kotanya seorang rasul yang membacakan kepada mereka Ayat-ayat Kami,  وَ مَا کُنَّا مُہۡلِکِی الۡقُرٰۤی  اِلَّا وَ اَہۡلُہَا ظٰلِمُوۡنَ  -- dan Kami sekali-kali tidak akan membinasakan kota-kota kecuali penduduknya orang-orang zalim. وَ مَاۤ  اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنۡ شَیۡءٍ فَمَتَاعُ  الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ زِیۡنَتُہَا ۚ وَ مَا عِنۡدَ اللّٰہِ خَیۡرٌ  وَّ  اَبۡقٰی ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ  --    Dan apa pun yang diberikan kepada kamu adalah kesenangan sementara dari kehidupan duniawi dan perhiasannya, sedangkan apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal maka tidakkah kamu menggunakan akal? (Al-Qashash [28]:57-61).
      Jadi, bagi para pecinta kehidupan dan kehormatan duniawi, jika mereka  beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37) dianggap sebagai “musibah” bagi mereka, itulah sebabnya setiap  pengutusan Rasul Allah  senantiasa mendapat perlawanan keras dari orang-orang duniawi, termasuk di Akhir Zaman ini. (QS.15:11-14; QS.36:31-32; QS.43:8-9).
         Alasan penolakan penduduk kota Mekkah  untuk beriman  kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran, firman-Nya: وَ قَالُوۡۤا اِنۡ نَّتَّبِعِ الۡہُدٰی مَعَکَ نُتَخَطَّفۡ مِنۡ  اَرۡضِنَا  --  Dan mereka berkata: “Jika  kami mengikuti petunjuk bersama engkau  tentu  kami akan diusir  dari negeri kami”  (Al-Qashash [28]:58).

Jawaban Allah Swt. Kepada  Helah Orang-orang Kafir Quraisy Mekkah & Pengabulan Doa Nabi Ibrahim a.s.

       Jawaban Allah Swt. atas alasan mereka yang  menunjukkan kecintaan mereka kepada kehidupan duniawi  tersebut, firman-Nya:   اَوَ لَمۡ نُمَکِّنۡ لَّہُمۡ حَرَمًا اٰمِنًا یُّجۡبٰۤی  اِلَیۡہِ  ثَمَرٰتُ  کُلِّ شَیۡءٍ رِّزۡقًا مِّنۡ لَّدُنَّا وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَہُمۡ  لَا  یَعۡلَمُوۡنَ   -- Katakanlah: “Bukankah   Kami telah menempatkan mereka pada tempat suci yang aman,  yang didatangkan kepadanya segala macam buah-buahan, sebagai rezeki dari sisi Kami?” Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui” (Al-Qashash [28]:58).
      Jawaban Allah Swt. tersebut erat hubungannya dengan doa Nabi Ibrahim a.s. ketika bersama Nabi Isma’il a.s. mendirikan kembali Ka’bah (Baitullah) yang hanya tersisa fondasinya saja  (QS.2:127-130; QS.3:97-98), firman-Nya:
وَ اِذۡ جَعَلۡنَا الۡبَیۡتَ مَثَابَۃً لِّلنَّاسِ وَ اَمۡنًا ؕ وَ اتَّخِذُوۡا مِنۡ مَّقَامِ اِبۡرٰہٖمَ مُصَلًّی ؕ وَ عَہِدۡنَاۤ اِلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ  وَ اِسۡمٰعِیۡلَ اَنۡ طَہِّرَا بَیۡتِیَ  لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡعٰکِفِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ  السُّجُوۡدِ ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَ  اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ  اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Kami jadikan Rumah (Ka’bah) itu tempat berkumpul  bagi manusia dan tempat yang aman,  dan  jadikanlah maqām  Ibrahim sebagai tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Isma'il: اَنۡ طَہِّرَا بَیۡتِیَ  لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡعٰکِفِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ  السُّجُوۡدِ  -- “Sucikanlah rumah-Ku itu untuk orang-orang yang tawaf, yang ‘itikaf, yang rukuk dan yang sujud.”   وَ اِذۡ قَالَ  اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ  -- Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku),  jadikanlah tempat ini kota yang aman dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara mereka yang beriman  kepada  Allah dan Hari Kemudian.” قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ  اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ -- Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun  maka Aku akan memberi sedikit kesenangan kepadanya kemudian  akan Aku paksa ia masuk ke dalam azab Apiوَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ --  dan itulah seburuk-buruk tempat kembali” (Al-Baqarah [2]:126-127).
      Matsabah berarti suatu tempat yang apabila orang mengunjunginya ia berhak memperoleh pahala; atau tempat yang sering dikunjungi dan menjadi tempat berkumpul (Al-Mufradat).
       Ka’bah, menurut beberapa riwayat — dan juga diisyaratkan oleh Al-Quran sendiri — mula-mula didirikan oleh Adam a.s.  (QS.3:97) dan buat beberapa waktu merupakan pusat peribadatan para keturunannya. Lalu dalam perjalanan masa umat manusia menjadi terpisah sehingga menjadi berbagai golongan masyarakat dan mengambil pusat-pusat peribadatan yang berbeda.
      Kemudian  ketika dengan berlalunya waktu yang panjang  Ka’bah menjadi hanya tinggal fondasinya saja, atas perintah Allah Swt. Nabi Ibrahim a.s. bersama Nabi Isma’il a.s.. mendirikannya lagi, dan tempat itu tetap menjadi pusat ibadah untuk keturunannya dengan perantaraan puteranya, Nabi Isma’il a.s.  
      Dengan pergantian waktu  tempat itu secara alamiah (praktis) diubah menjadi tempat berhala yang jumlahnya sebanyak 360 — hampir sama dengan jumlah hari dalam satu tahun. Tetapi pada masa  Nabi Besar Muhammad saw.  tempat itu dijadikan lagi pusat beribadah segala bangsa, karena beliau saw. diutus sebagai Rasul kepada seluruh umat manusia (QS.7:159; QS.21:108;  QS.25:2; QS.34:29) untuk mempersatukan mereka yang telah cerai-berai sesudah Nabi  Adam a.s.  menjadi suatu persaudaraan seluruh umat manusia.
      Ka’bah  -- dan karenanya maka kota Mekkah juga dinyatakan menjadi tempat keamanan dan ketenteraman    -- padahal kerajaan-kerajaan yang gagah-perkasa telah runtuh dan daerah-daerah yang membentang luas telah menjadi belantara sejak permulaan sejarah, tetapi keamanan Mekkah secara lahiriah tidak pernah terganggu.

Kegagalan Total Makar Buruk Abrahah Terhadap Ka’bah (Baitullah)

       Pusat-pusat keagamaan agama-agama lain tidak pernah menyatakan, dan pada hakikatnya tidak pernah menikmati keamanan demikian dan kekebalan terhadap bahaya, tetapi Mekkah – yang di  dalamnya terdapat  Ka’bah (Baitullah)  -- senantiasa merupakan tempat yang aman dan tenteram. Tiada penakluk asing pernah memasukinya   -- termasuk Abrahah  yang memiliki tentara bergajah dari Yaman  yang beragama Kristen --  tempat itu senantiasa tetap ada di tangan mereka yang menjunjung-muliakannya, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾ اَلَمۡ  تَرَ کَیۡفَ فَعَلَ رَبُّکَ  بِاَصۡحٰبِ الۡفِیۡلِ ؕ﴿﴾  اَلَمۡ  یَجۡعَلۡ  کَیۡدَہُمۡ فِیۡ  تَضۡلِیۡلٍ ۙ﴿﴾  وَّ  اَرۡسَلَ عَلَیۡہِمۡ  طَیۡرًا  اَبَابِیۡلَ ۙ﴿﴾  تَرۡمِیۡہِمۡ  بِحِجَارَۃٍ  مِّنۡ سِجِّیۡلٍ ۪ۙ﴿﴾  فَجَعَلَہُمۡ کَعَصۡفٍ مَّاۡکُوۡلٍ ٪﴿﴾
Aku baca dengan  nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Tidakkah engkau  memperhatikan bagaimana Rabb (Tuhan) engkau memperlakukan para pemilik gajah?  Tidakkah  Dia  menjadikan  rencana  buruk mereka  gagal?  4 Dan Dia mengirimkan kepada mereka sekawanan burung  yang memakan bangkai mereka, sambil memukul-mukulkan bangkai mereka di atas batu-batu  dari tanah keras,  maka Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat. (Al-Fīl [105]:1-6).
   Abraha Asram, Raja muda di Yaman, wakil Negus dari Abbessinia (Habasyah), menyerang Mekkah dengan sepasukan lasykar besar pada tahun 570 Masehi, tahun kelahiran Nabi Besar Muhammad saw.   dengan maksud hendak menghancurkan Ka’bah. Ia membawa serta sejumlah besar gajah. Tetapi tha’un atau wabah semacam cacar memusnahkan sama sekali tentaranya dan tubuh mereka yang membusuk itu dimakan habis oleh kawanan-kawanan burung pemakan bangkai.  
    Menurut beberapa sumber abābīl itu kata jamak dari ibbaul, yang berarti  bagian terpisah atau tersendiri dari sekawanan burung atau kuda atau unta, yang terbang atau berjalan beruntun yang satu di belakang yang lain. Kata-kata thairan abābīl berarti burung-burung dalam kawanan-kawanan (kelompok-kelompok) terpisah-pisah, atau burung-burung dalam formasi berkelompok datang dari jurusan ini atau itu, atau beruntun yang satu mengikut di belakang yang lain, sekawan demi sekawan (Lexicon Lane).
   Pada ayat ini kami menterjemahkan berbeda dengan kata asli bahasa Arabnya sebagaimana dulu peribahasa: “Talang air berjalan atau sungai berjalan”, padahal bukan sungai yang berjalan atau talang yang berjalan. Yang sebenarnya adalah air yang berjalan. Itulah sebabnya kami tidak menterjemahkan disini: “Burung-burung melemparkan batu di atas para pemilik gajah.” Bahkan yang diterjemahkan adalah: “Daging-daging mereka dipukulkan ke batu-batu yang keras dan dipatuk-patukkan” karena disini tarmīhim bi hijāratin yang di dalam bahasa Arab ba berarti ‘ala. Jadi secara harfiah dari segi bahasa Arab terjemahnya akan menjadi: “Burung-burung itu memukul-mukulkan mereka di atas batu-batu”, dan inilah yang kami terjemahkan.
   Burung-burung pemakan bangkai ketika memakan daging orang-orang yang mati, cara memakannya seperti ini: Mula-mula burung-burung itu membawa sepotong daging orang yang mati kemudian berdiri di atas batu. Lalu daging pada paruhnya tersebut dipukul-pukulkannya di atas batu berkali-kali, baru dimakannya. Kurang-lebih inilah sebabnya bahwa jika pasir atau tanah dan lain-lain  lengket pada potongan daging itu  maka dengan cara itu burung-burung akan menghilangkan kotoran (pasir dan kerikkil) tersebut.

Tidak bersyukur Kepada Allah Swt., Pemilik Ka’bah (Baitullah)  

   Mengisyaratkan kepada adanya jaminan khusus Allah Swt. terhadap kota Mekkah  -- yang di dalamnya terdapat Ka’bah (Baitullah) – itu pulalah firman-Nya berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  لِاِیۡلٰفِ قُرَیۡشٍ ۙ﴿﴾  اٖلٰفِہِمۡ  رِحۡلَۃَ  الشِّتَآءِ  وَ الصَّیۡفِ ۚ﴿﴾  فَلۡیَعۡبُدُوۡا  رَبَّ ہٰذَا الۡبَیۡتِ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡۤ  اَطۡعَمَہُمۡ  مِّنۡ جُوۡعٍ ۬ۙ وَّ اٰمَنَہُمۡ مِّنۡ خَوۡفٍ ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Tuhan engkau membinasakan para pemilik gajah untuk melekatkan hati  orang-orang Quraisy. Untuk melekatkan kecintaan   mereka pada  perjalanans  di musim dingin dan musim panas.    Maka  sebagai tanda syukur  hendaklah mereka menyembah Rabb (Tuhan) Pemilik  Rumah ini,    Yang telah memberi mereka makan di waktu lapar dan telah memberi mereka keamanan di waktu ketakutan    (Al-Quraisy [106]:1-5)
   Ada penjelasan lain mengenai ayat ini, barangkali lebih cocok dalam hubungan ini yang kira-kira sebagai berikut: “Hai Muhammad,  Rabb (Tuhan) engkau telah membinasakan para pemilik gajah supaya hati orang-orang Quraisy melekat pada kegemaran mereka  berkelana bebas bagi mereka.”
  Penjelasan ini sangat dapat diterima oleh akal, sebab seandainya Abraha tidak dibinasakan Allah Swt. niscaya orang-orang Quraisy tidak akan suka bepergian ke tempat-tempat itu, dan perjalanan-perjalanan niaga mereka pun tidak akan aman.
  Jadi, kebinasaan Abraha selain membuka jalan untuk perjalanan-perjalanan niaga bagi kaum Quraisy, juga Ka’bah nampak lebih suci dan lebih keramat lagi dalam pandangan orang-orang Arab, tempat yang bagi mereka sebelumnya pun telah merupakan tempat ziarah berbagai bangsa Arab  di sekitarnya. Adanya para peziarah ke Ka’bah tersebut pada gilirannya menambah dorongan kepada peningkatan perdagangan (ekonomi)  kaum Quraisy.
  Ayat ini dapat pula berarti, “Tuhan engkau menghancurkan para pemilik gajah sebagai tindak pemeliharaan bagi kaum Quraisy.”  Orang-orang Quraisy dianugerahi jaminan keselamatan dan kebebasan dari ketakutan, sedang keadaan sekitar mereka seluruhnya dicekam oleb rasa ketakutan dan ketidak-amanan.
  Di samping itu, sepanjang tahun mereka mempunyai persediaan segala macam buah-buahan dan makanan. Kesemuanya itu bukan hanya secara kebetulan belaka. Hal demikian itu sesuai dengan rencana Ilahi dan memenuhi nubuatan, yang disampaikan oleh Nabi Ibrahim a.s.  2.500 tahun yang telah silam (QS.2:127, 130 dan QS.14:36, 38) sehubungan dengan kemunculan Nabi Besar Muhammad saw., seorang Rasul Allah untuk seluruh umat manusia  (QS.7:159; QS.21:108;  QS.25:2; QS.34:29), yang mebawa syariat terakhir dan tersempurna (QS.5:4).
   Surah ini memberikan pengertian kepada kaum Quraisy akan kesalahan sikap ketidak-bersyukuran mereka, dengan memberitahukan, bahwa mereka telah memilih penyembahan kepada tuhan-tuhan (berhala-berhala) terbuat dari kayu dan batu, daripada menyembah kepada Allah Swt.,  Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, Yang telah menganugerahkan kepada mereka karunia-karunia besar dan jaminan keamanan, keselamatan  dan dari  ketakutan serta kelaparan.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 2  Juli  2015      




Tidak ada komentar:

Posting Komentar