بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 103
Menukar Al-Quran dengan Azab Ilahi yang Kedatangannya Dijanjikan Allah Swt. Melalui Peringatan Rasul-Nya
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam beberapa Bab
sebelumnya telah dibahas berbagai hal
yang berhubungan dengan firman Allah Swt. dalam Surah Al-Ankabūt berikut ini:
وَ لَا تُجَادِلُوۡۤا
اَہۡلَ الۡکِتٰبِ اِلَّا بِالَّتِیۡ ہِیَ
اَحۡسَنُ ٭ۖ اِلَّا الَّذِیۡنَ
ظَلَمُوۡا مِنۡہُمۡ وَ قُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا بِالَّذِیۡۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡنَا وَ اُنۡزِلَ اِلَیۡکُمۡ
وَ اِلٰـہُنَا وَ اِلٰـہُکُمۡ وَاحِدٌ وَّ نَحۡنُ لَہٗ مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan
janganlah kamu berbantah dengan Ahlikitab melainkan dengan dalil-dalil yang
paling baik, kecuali dengan orang-orang
yang zalim di antara mereka. Dan katakanlah: “Kami beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada kami dan yang telah diturunkan kepada kamu, Rabb
(Tuhan) kami dan Rabb (Tuhan) kamu
itu Esa, dan kami
kepada-Nya berserah diri ( Al-Ankabūt [29]:47).
Membantah
Berbagai Tuduhan Bathil
Pembahasan berkembang dalam hubungannya dengan tuduhan dusta dari para penentang Rasul Allah -- khususnya Nabi Besar Muhammad saw.
-- sebagaimana dikemukakan dalam
firman-Nya berikut ini, dimana tuduhan
dusta mereka itu terus menerus berubah,
hal tersebut membuktikan bahwa mereka
sendiri menyadari akan kebathilan tuduhan-tuduhan dusta yang mereka
kemukakan tersebut, firman-Nya:
وَ قَالَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِنۡ ہٰذَاۤ اِلَّاۤ
اِفۡکُۨ افۡتَرٰىہُ وَ اَعَانَہٗ
عَلَیۡہِ قَوۡمٌ اٰخَرُوۡنَ ۚۛ فَقَدۡ جَآءُوۡ
ظُلۡمًا وَّ زُوۡرًا ۚ﴿ۛ﴾ وَ قَالُوۡۤا اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ اکۡتَتَبَہَا
فَہِیَ تُمۡلٰی عَلَیۡہِ بُکۡرَۃً وَّ اَصِیۡلًا ﴿﴾ قُلۡ اَنۡزَلَہُ الَّذِیۡ یَعۡلَمُ السِّرَّ فِی
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّہٗ کَانَ
غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿٪﴾ وَ قَالُوۡا مَالِ ہٰذَا الرَّسُوۡلِ یَاۡکُلُ
الطَّعَامَ وَ یَمۡشِیۡ فِی الۡاَسۡوَاقِ
ؕ لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡہِ مَلَکٌ فَیَکُوۡنَ مَعَہٗ نَذِیۡرًا ۙ﴿﴾ اَوۡ یُلۡقٰۤی اِلَیۡہِ کَنۡزٌ اَوۡ تَکُوۡنُ لَہٗ
جَنَّۃٌ یَّاۡکُلُ مِنۡہَا ؕ وَ قَالَ الظّٰلِمُوۡنَ اِنۡ تَتَّبِعُوۡنَ اِلَّا
رَجُلًا مَّسۡحُوۡرًا ﴿﴾ اُنۡظُرۡ کَیۡفَ ضَرَبُوۡا لَکَ الۡاَمۡثَالَ
فَضَلُّوۡا فَلَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ سَبِیۡلًا ﴿٪﴾
Dan orang-orang
kafir berkata: “Al-Quran ini
tidak lain melainkan kedustaan yang ia telah mengada-adakannya, dan
kepadanya kaum lain telah
membantunya.” Sesungguhnya mereka
telah berbuat zalim dan dusta. Dan
mereka berkata: ”Al-Quran adalah dongengan-dongengan orang-orang
dahulu, dimintanya supaya dituliskan
lalu itu dibacakan kepadanya pagi
dan petang.” Katakanlah: ”Diturunkannya Al-Quran
oleh Dzat Yang mengetahui rahasia seluruh langit dan
bumi, sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” Dan mereka berkata: “Rasul macam apakah ini, ia makan makanan dan berjalan
di pasar-pasar? Mengapa tidak
diturunkan malaikat kepadanya
supaya ia menjadi seorang pemberi
peringatan bersama-sama dengannya? Atau hendaknya diturunkan kepadanya khazanah atau ada
baginya kebun untuk makan darinya.” Dan
orang-orang yang zalim itu
berkata: ”Kamu tidak mengikuti melainkan seorang laki-laki yang kena sihir.” Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat tamsilan (perumpamaan) bagi engkau, maka mereka telah sesat dan mereka tidak dapat menemukan jalan (Al-Furqān [25]:5-10).
Ayat 5-7
menunjuk kepada dua tuduhan orang-orang
kafir terhadap Nabi Besar Muhammad saw. dan
menjawab tuduhan-tuduhan itu. Jawaban kepada tuduhan yang pertama bahwa beliau saw. mengada-adakan
dusta, yaitu bahwa mereka tidak adil melancarkan tuduhan semacam itu. Nabi
Besar Muhammad saw. telah tinggal di tengah-tengah mereka
untuk suatu masa yang panjang sebelum itu (QS.10:17) dan mereka sendiri
semuanya menjadi saksi atas ketulusan hati dan kebenaran beliau saw.. Bagaimanakah mereka sekarang dapat menuduh beliau saw. pemalsu?
Jawaban kepada tuduhan kedua, yaitu bahwa siapa pun
yang dikatakan pembantu Nabi Besar
Muhammad saw. pastilah mereka menganut beberapa kepercayaan dan itikad, akan tetapi Allah Swt. menolak dan merombak semua kepercayaan yang palsu dan membatalkan
serta memperbaiki kepercayaan-kepercayaan
lainnya. Bagaimanakah seseorang dianggap membantu beliau saw. untuk menciptakan
sebuah kitab yang telah memotong urat nadi kepercayaan dan itikad-itikad
yang begitu mereka junjung dan muliakan itu?
Tujuan Utama Pengutusan
Para Rasul Allah Bukan Untuk Kepentingan Duniawi
Dalam
ayat 8 orang-orang kafir mempunyai
tanggapan yang sangat rendah sekali mengenai nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya. Mereka telah membuat patokan
yang mereka adakan sendiri untuk menguji kebenaran rasul-rasul Allah, akibatnya
bahwa daripada mendapatkan jalan yang
lurus, malahan mereka terus meraba-raba dalam kegelapan, keraguan, dan kekafiran.
Ayat 9-10
mengandung arti bahwa tanggapan orang-orang kafir mengenai bagaimana
seharusnya corak dan macam seorang nabi Allah adalah jauh sekali dari kenyataan, dan menampakkan kepicikan mereka tentang maksud dan tujuan kebangkitan nabi-nabi
Allah.
Nabi-nabi Allah dibangkitkan, demikian ayat ini memberitahukan, adalah
untuk membimbing manusia keluar dari kegelapan, keraguan, dan kekafiran,
masuk ke dalam cahaya keyakinan
dan kenikmatan ruhani, bukan
untuk menimbun kekayaan dan ber-foya-foya serta bersuka-ria sebagaimana yang mereka lakukan.
Akan tetapi meskipun patokan yang dibuat sendiri oleh orang-orang kafir, -- yakni bahwa Nabi Besar Muhammad saw. harus memiliki harta, pangkat, kebun-kebun, dan istana-istana -- adalah
tidak berarti apa-apa, namun untuk menyadarkan
mereka tentang kepalsuan kedudukan
mereka, Allah Swt. akan memberikan kepada beliau saw. serta pengikut-pengikut beliau saw. harta yang lebih banyak, juga kebun-kebun
dan istana-istana
yang lebih besar, lagi lebih baik dari apa-apa yang dituntut oleh orang-orang kafir. Dan sungguh-sungguh Allah Swt. telah
menganugerahkan kepada pengikut-pengikut Nabi Besar Muhammad saw. istana-istana dan kebun-kebun kepunyaan raja-raja Iran
dan Bizantina (Romawi Timur).
Sehubungan dengan tuduhan-tuduhan yang bathil (palsu) yang dikemukakan orang-orang kafir tersebut, mereka itu –
bagaimana pun caranya – akan terus berusaha
menghalangi orang-orang untuk beriman kepada Nabi Besar
Muhammad saw. dan Al-Quran, sekali
pun nubuatan-nubuatan
mengenai beliau saw. tecantum dalam Kitab suci mereka, dan mereka mengetahui
nubuatan-nubuatan tersebut bagaikan mengenal anak-anak mereka sendiri
(QS.2:147-148; QS.6:21).
Jadi, firman-Nya di awal Bab ini meletakkan asas
yang sangat sehat sekali guna membimbing
umat Islam ketika menablighkan ‘itikad Islam (Al-Quran) kepada orang lain. Umat
Islam hendaknya memulai bertabligh
dengan menekankan pada asas-asas
kepercayaan dan asas-asas keagamaan
yang sama dengan
lawan
bicara.
Mengajak Kembali
Kepada Tauhid Ilahi yang Hakiki
Sebagai
contoh, ditetapkan bahwa sementara umat
Islam berbicara kepada ahlikitab,
mereka hendaknya memulai dengan kedua asas keagamaan yang pokok tentang Keesaan Tuhan dan wahyu Ilahi, karena kedua
hal tersebut tidak dapat
dipisahkan, firman-Nya:
قُلۡ
یٰۤاَہۡلَ الۡکِتٰبِ تَعَالَوۡا اِلٰی کَلِمَۃٍ سَوَآءٍۢ بَیۡنَنَا وَ بَیۡنَکُمۡ اَلَّا نَعۡبُدَ اِلَّا
اللّٰہَ وَ لَا نُشۡرِکَ بِہٖ شَیۡئًا وَّ لَا یَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا
اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَقُوۡلُوا اشۡہَدُوۡا
بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Katakanlah:
“Hai Ahlul Kitab, marilah kepada satu kalimat yang sama
di antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali kepada
Allah, dan tidak pula kita mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun, dan sebagian
kita tidak menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah.”
Tetapi jika mereka berpaling maka
katakanlah: “Jadi saksilah bahwa sesungguhnya kami orang-orang yang berserah
diri kepada Allah” (Ali ‘Imran [3]:65).
Ayat
ini dengan keliru dianggap oleh
sementara orang seakan-akan mem-berikan dasar untuk mencapai suatu kompromi antara Islam di satu pihak dan Kristen serta agama Yahudi di lain pihak. Dikemukakan sebagai alasan bahwa bila
agama-agama tersebut pun mengajarkan dan menanamkan Keesaan Tuhan, maka ajaran
Islam lainnya yang dianggap menduduki tempat
kedua dalam kepentingannya, sebaiknya ditinggalkan
saja.
Sulit dimengerti bahwa gagasan kompromi dalam urusan agama pernah dianjurkan dengan kaum
yang dalam ayat-ayat sebelum ayat ini dikutuk
dengan sangat keras atas kepalsuan kepercayaan mereka dan ditantang begitu hebat untuk bermubahalah (tanding doa -- QS.3:62)
Nabi Besar Muhammad saw. dalam menulis surat dakwah kepada Heraclius
– Kaisar Romawi -- memakai ayat ini pula, malahan mendesak Heraclius supaya menerima
Islam dan mengancamnya dengan ancaman azab Ilahi, bila ia menolak berbuat demikian (Bukhari). Hal itu tak ayal lagi menunjukkan bahwa kepercayaan Hiraclius terhadap Keesaan Tuhan
semata-mata, menurut Nabi Besar Muhammad
saw. tidak dapat menyelamatkannya dari azab Ilahi.
Memang ayat ini dimaksudkan untuk
menyarankan satu cara yang mudah dan sederhana
yang dengan itu orang-orang Yahudi
dan Kristen dapat sampai kepada keputusan yang tepat mengenai kebenaran Islam. Kaum Kristen,
kendatipun mengaku beriman kepada Tauhid Ilahi, tetapi mereka percaya pula kepada ketuhanan Isa. Demikian juga orang-orang
Yahudi — sungguhpun mengaku
berpegang kuat kepada Tauhid — mereka
mengikuti dengan membuta rahib-rahib dan ulama-ulama mereka, dan dengan demikian seolah-olah menempatkan
mereka dalam kedudukan yang sama
dengan Tuhan sendiri. (QS.9:30-33).
Ayat ini menyuruh kedua golongan Ahli Kitab
itu kembali kepada kepercayaan
asal mereka, yakni Tauhid Ilahi
(QS.2:131-142) dan meninggalkan penyembahan
tuhan-tuhan palsu yang menjadi perintang
bagi mereka untuk masuk Islam.
Jadi, bukan mencari kompromi
dengan agama-agama itu, melainkan
ayat ini sesungguhnya mengajak para pengikut agama itu untuk menerima Islam dengan menarik perhatian
mereka kepada Tauhid yang sedikitnya
dalam bentuk lahir, merupakan akidah
pokok yang sama pada agama-agama tersebut, dapat berlaku
sebagai satu dasar titik-temu untuk
penyelidikan lebih lanjut.
Secara sambil lalu baiklah di
sini diperhatikan, bahwa surat yang disebut oleh Bukhari dan ahli-ahli
hadist lainnya, dialamatkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. kepada Kaisar Heraclius dan beberapa kepala
pemerintahan lain — Muqauqis,
raja muda Mesir itu satu dari antara mereka — disusun dengan kata-kata dari ayat ini dan mengajak mereka untuk menerima
Islam, akhir-akhir ini telah ditemukan dan ternyata mengandung kata-kata
yang persis dikutip oleh Bukhari (The Review of Religions, jilid
V, no. 8). Hal itu mengandung bukti kuat mengenai keotentikan Bukhari
dan pula kitab-kitab hadits lainnya
yang telah diakui.
Kesaksian Bathiniah
Mengenai Kebenaran Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai orang-orang di kalangan Ahli Kitab yang beriman Al-Quran
yang diwahyukan kepada Nabi Besar
Muhammad saw. dan juga mengena
orang-orang yang tetap bertahan dalam
kekafiran mereka dengan berbagai helah (alasan) dan tuntutan:
وَ کَذٰلِکَ اَنۡزَلۡنَاۤ
اِلَیۡکَ الۡکِتٰبَ ؕ فَالَّذِیۡنَ اٰتَیۡنٰہُمُ الۡکِتٰبَ یُؤۡمِنُوۡنَ
بِہٖ ۚ وَ مِنۡ ہٰۤؤُلَآءِ مَنۡ
یُّؤۡمِنُ بِہٖ ؕ وَ مَا یَجۡحَدُ
بِاٰیٰتِنَاۤ اِلَّا الۡکٰفِرُوۡنَ
﴿﴾ وَ مَا کُنۡتَ تَتۡلُوۡا مِنۡ قَبۡلِہٖ مِنۡ کِتٰبٍ وَّ لَا تَخُطُّہٗ بِیَمِیۡنِکَ اِذًا لَّارۡتَابَ الۡمُبۡطِلُوۡنَ ﴿﴾ بَلۡ ہُوَ اٰیٰتٌۢ بَیِّنٰتٌ فِیۡ صُدُوۡرِ الَّذِیۡنَ
اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ ؕ وَ مَا یَجۡحَدُ بِاٰیٰتِنَاۤ اِلَّا الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan
demikianlah Kami menurunkan kepada
engkau Kitab Al-Qur-an, maka orang-orang yang Kami telah memberikan Kitab kepada mereka, mereka beriman kepadanya, dan dari antara orang-orang Ahlikitab sebagian dari mereka beriman kepadanya.
Dan tidak ada yang menolak Tanda-tanda
Kami kecuali orang-orang kafir. Dan engkau sebelumnya sekali-kali tidak
pernah membacakan satu pun Kitab,
dan tidak pula engkau menulisnya dengan tangan kanan engkau, sebab jika
demikian niscaya orang-orang yang
mendustakan menjadi ragu. بَلۡ ہُوَ اٰیٰتٌۢ
بَیِّنٰتٌ فِیۡ صُدُوۡرِ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ -- Bahkan Al-Quran itu adalah Tanda-tanda yang nyata di dalam dada orang-orang
yang diberi ilmu. وَ مَا یَجۡحَدُ بِاٰیٰتِنَاۤ اِلَّا الظّٰلِمُوۡنَ -- Dan tidak ada yang akan menolak Tanda-tanda Kami, kecuali orang-orang zalim (Al-Ankabūt [29]:48-50).
Makna
ayat وَ مَا کُنۡتَ تَتۡلُوۡا مِنۡ قَبۡلِہٖ
مِنۡ کِتٰبٍ وَّ لَا تَخُطُّہٗ
بِیَمِیۡنِکَ اِذًا لَّارۡتَابَ
الۡمُبۡطِلُوۡنَ -- “Dan engkau sebelumnya sekali-kali tidak
pernah membacakan satu pun Kitab, dan
tidak pula engkau menulisnya dengan
tangan kanan eng-kau, sebab jika demikian niscaya orang-orang yang
mendustakan menjadi ragu.” Kenyataan bahwa orang
yang tidak dapat membaca maupun menulis -- yakni Nabi Besar Muhammad saw. yang ummi/butahuruf
(QS.7:158; QS.29:49; QS.42:53; QS.62:3)
-- dan karena dilahirkan di
sebuah negeri serta tinggal di tengah-tengah masyarakat yang terputus dari segala hubungan dengan masyarakat beradab, dapat dianggap tidak mempunyai ilmu tentang kitab-kitab
wahyu lainnya.
Namun demikian beliau saw. mampu menghasilkan
(mempersembahkan) sebuah kitab, yang
tidak saja mengandung segala sesuatu yang bernilai
abadi dan terdapat di dalam kitab-kitab
suci, tetapi juga merupakan ikhtisar
dari semua ajaran universal, yang
dimaksudkan untuk memenuhi hasrat-hasrat
dan keperluan-keperluan akhlak dan keruhanian manusia untuk segala zaman dan masa, merupakan suatu bukti
yang tidak dapat dibantah, bahwa Al-Quran adalah kitab yang diwahyukan Allah
Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. adalah Guru Jagat yang diutus oleh Allah Swt., Rabb (Tuhan Pencipta dan
pemelihara) seluruh alam (QS.21:108-110).
Kalau
ayat sebelumnya menunjuk kepada kesaksian
lahiriah untuk menunjang kebenaran Al-Quran
sebagai kalam Ilahi, maka ayat
sekarang ini memberikan kesaksian
batiniah, yaitu bahwa dari hati mereka yang telah dilimpahi ilmu Al-Quran membersit sumber cahaya Ilahi, itulah makna
ayat: بَلۡ ہُوَ اٰیٰتٌۢ بَیِّنٰتٌ فِیۡ
صُدُوۡرِ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ -- Bahkan Al-Quran itu adalah Tanda-tanda yang nyata di dalam dada orang-orang
yang diberi ilmu.”
Azab Ilahi Datang Secara Tiba-tiba
Kepada Orang-orang yang Ingkar
Namun demikian orang-orang yang “buta mata ruhaninya” akibat tertutup
hijab ketakaburan, mereka itu malah
menuntut agar azab Ilahi yang diperingatkan
Rasul Allah kepada mereka segera
menjadi kenyataan, firman-Nya:
وَ قَالُوۡا
لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ عَلَیۡہِ اٰیٰتٌ
مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ قُلۡ اِنَّمَا الۡاٰیٰتُ
عِنۡدَ اللّٰہِ ؕ وَ اِنَّمَاۤ اَنَا
نَذِیۡرٌ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾ اَوَ لَمۡ
یَکۡفِہِمۡ اَنَّاۤ اَنۡزَلۡنَا عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ یُتۡلٰی
عَلَیۡہِمۡ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ
لَرَحۡمَۃً وَّ ذِکۡرٰی لِقَوۡمٍ
یُّؤۡمِنُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan mereka
berkata, ”Mengapa
tidak diturunkan kepadanya Tanda-tanda
dari Rabb-nya (Tuhan-nya)?”
Katakanlah, “Tanda-tanda itu hanya ada pada Allah. Dan sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata.” اَوَ لَمۡ
یَکۡفِہِمۡ اَنَّاۤ اَنۡزَلۡنَا عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ یُتۡلٰی
عَلَیۡہِمۡ -- Apakah tidak
cukup bagi mereka bahwa Kami telah
menurunkan kepada engkau Kitab Al-Quran
itu yang dibacakan kepada mereka? اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَرَحۡمَۃً وَّ ذِکۡرٰی
لِقَوۡمٍ یُّؤۡمِنُوۡنَ -- Sesungguhnya dalam
yang demikian itu benar-benar terdapat rahmat dan nasihat bagi kaum yang
beriman (Al-Ankabūt [29]:51-52).
Selanjutnya Allah Swt.
berfirman mengenai orang-orang yang tidak bersyukur terhadap pengutusan Nabi Besar
Muhammad saw. dan pewahyuan Al-Quran tersebut:
قُلۡ
کَفٰی بِاللّٰہِ بَیۡنِیۡ وَ
بَیۡنَکُمۡ شَہِیۡدًا ۚ یَعۡلَمُ مَا فِی
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡبَاطِلِ وَ کَفَرُوۡا
بِاللّٰہِ ۙ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾ وَ یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ ؕ وَ لَوۡ لَاۤ
اَجَلٌ مُّسَمًّی لَّجَآءَہُمُ
الۡعَذَابُ ؕ وَ لَیَاۡتِیَنَّہُمۡ
بَغۡتَۃً وَّ ہُمۡ
لَا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ
بِالۡعَذَابِ ؕ وَ اِنَّ جَہَنَّمَ لَمُحِیۡطَۃٌۢ بِالۡکٰفِرِیۡنَ ﴿ۙ﴾ یَوۡمَ
یَغۡشٰہُمُ الۡعَذَابُ مِنۡ
فَوۡقِہِمۡ وَ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِہِمۡ وَ یَقُوۡلُ ذُوۡقُوۡا مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: ”Cukuplah Allah sebagai saksi
antara aku dan kamu, Dia mengetahui apa pun yang ada di seluruh langit dan bumi.
Dan orang-orang yang percaya kepada yang
batil dan ingkar kepada Allah,
mereka itulah orang-orang yang rugi.”
Dan mereka minta kepada engkau menyegerakan azab. Dan seandainya tidak ada waktu yang telah ditetapkan
niscaya azab itu telah datang kepada mereka, dan niscaya azab itu akan datang kepada mereka dengan
tiba-tiba sedang mereka tidak
menyadarinya. Mereka minta kepada engkau menyegerakan azab, padahal
sesungguhnya Jahannam akan mengepung orang-orang
kafir. Pada hari azab itu akan meliputi mereka dari atas mereka dan dari bawah
kaki mereka, dan Dia akan berfirman: “Rasakanlah apa yang telah
kamu kerjakan.” (Al-Ankabūt [29]:53-56).
Ayat 53 memberi jawaban
yang penuh kemesraan terhadap tuntutan jahil dan bathil
orang-orang kafir akan suatu tanda azab
(lihat ayat sebelumnya). Ayat bertanya ini kepada mereka: Mengapa mereka
menuntut tanda azab, bila Allah Swt.
Ta’ala sudah memberikan kepada mereka tanda
kasih sayang dalam bentuk Al-Quran, yang dengan mengamalkannya mereka dapat memperoleh kemuliaan dan menjadi bangsa
terhormat dan disegani?
Ayat 54
memberikan jawaban langsung kepada tuntutan
orang-orang kafir akan tanda azab
dan mengatakan, bahwa daripada memanfaatkan
tanda kasih-sayang yang telah diberikan kepada mereka dalam bentuk Al-Quran, orang-orang yang malang nasibnya itu, gigih dalam tuntutan mereka akan hukuman.
Maka mereka akan memperoleh tanda itu
dan hukuman Ilahi akan menimpa mereka dengan sekonyong-konyong (tiba-tiba) dan dari segala penjuru serta di luar dugaan mereka. Akan tetapi mereka harus menunggu waktu yang ditetapkan dan telah ditentukan
untuk itu.
Hukuman di Akhirat
Hukuman yang diisyaratkan dalam ayat
sebelumnya adalah hukuman di dunia
ini yang dijanjikan kepada orang-orang ingkar, sedangkan hukuman yang termaktub dalam ayat ini adalah
hukuman yang dijanjikan kepada mereka di akhirat: یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ ؕ -- “Mereka minta kepada
engkau menyegerakan azab, وَ
اِنَّ جَہَنَّمَ
لَمُحِیۡطَۃٌۢ بِالۡکٰفِرِیۡنَ -- padahal sesungguhnya Jahannam
akan mengepung orang-orang kafir. ”
Ketika azab Ilahi datang maka
datangnya tiba-tiba dan cepat, dan bagaikan air terjun menimpa dan meliputi orang-orang ingkar dari segala jurusan, sehingga orang-orang kafir – yang sebelumnya
dengan takabbur menuntut agar
kedatangan azab Ilahi yang diperingatkan
kepada mereka itu tersebut dipercepat
kedatangannya itu benar-benar mengepung
mereka dari segala jurusan.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran
Anyar,18
Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar