Rabu, 22 Juli 2015

Menukar Al-Quran dengan Azab Ilahi yang Kedatangannya Dijanjikan Allah Swt. Melalui Peringatan Rasul-Nya

                                                                                                                           
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 103

 Menukar Al-Quran  dengan Azab Ilahi  yang Kedatangannya Dijanjikan Allah Swt. Melalui Peringatan Rasul-Nya
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam beberapa Bab sebelumnya telah dibahas  berbagai hal yang berhubungan dengan firman Allah Swt. dalam Surah Al-Ankabūt berikut ini:
وَ لَا تُجَادِلُوۡۤا اَہۡلَ الۡکِتٰبِ اِلَّا بِالَّتِیۡ ہِیَ  اَحۡسَنُ ٭ۖ اِلَّا  الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا مِنۡہُمۡ وَ قُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا بِالَّذِیۡۤ اُنۡزِلَ  اِلَیۡنَا وَ اُنۡزِلَ اِلَیۡکُمۡ وَ اِلٰـہُنَا وَ اِلٰـہُکُمۡ وَاحِدٌ  وَّ  نَحۡنُ  لَہٗ  مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan janganlah kamu berbantah dengan Ahlikitab  melainkan   dengan dalil-dalil yang paling baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka. Dan katakanlah: “Kami beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada kami dan yang telah diturunkan kepada kamuRabb (Tuhan) kami dan Rabb (Tuhan) kamu itu Esa,  dan kami kepada-Nya berserah diri ( Al-Ankabūt [29]:47).

Membantah Berbagai  Tuduhan Bathil

       Pembahasan berkembang dalam hubungannya dengan tuduhan dusta dari para penentang Rasul Allah   -- khususnya Nabi Besar Muhammad saw.   --  sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini, dimana tuduhan dusta mereka itu terus menerus berubah, hal tersebut  membuktikan bahwa mereka sendiri   menyadari  akan  kebathilan  tuduhan-tuduhan dusta yang mereka kemukakan tersebut, firman-Nya:
وَ قَالَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا اِنۡ ہٰذَاۤ  اِلَّاۤ  اِفۡکُۨ افۡتَرٰىہُ وَ اَعَانَہٗ  عَلَیۡہِ  قَوۡمٌ   اٰخَرُوۡنَ ۚۛ فَقَدۡ  جَآءُوۡ  ظُلۡمًا  وَّ  زُوۡرًا ۚ﴿ۛ﴾  وَ قَالُوۡۤا اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ اکۡتَتَبَہَا فَہِیَ تُمۡلٰی عَلَیۡہِ  بُکۡرَۃً   وَّ اَصِیۡلًا ﴿﴾  قُلۡ اَنۡزَلَہُ الَّذِیۡ یَعۡلَمُ السِّرَّ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّہٗ  کَانَ غَفُوۡرًا  رَّحِیۡمًا ﴿٪﴾    وَ قَالُوۡا مَالِ ہٰذَا الرَّسُوۡلِ یَاۡکُلُ الطَّعَامَ وَ یَمۡشِیۡ  فِی الۡاَسۡوَاقِ ؕ لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡہِ مَلَکٌ فَیَکُوۡنَ مَعَہٗ نَذِیۡرًا ۙ﴿﴾  اَوۡ یُلۡقٰۤی اِلَیۡہِ کَنۡزٌ اَوۡ تَکُوۡنُ لَہٗ جَنَّۃٌ یَّاۡکُلُ مِنۡہَا ؕ وَ قَالَ الظّٰلِمُوۡنَ  اِنۡ تَتَّبِعُوۡنَ   اِلَّا  رَجُلًا  مَّسۡحُوۡرًا ﴿﴾  اُنۡظُرۡ کَیۡفَ ضَرَبُوۡا لَکَ الۡاَمۡثَالَ فَضَلُّوۡا  فَلَا  یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ سَبِیۡلًا ﴿٪﴾
Dan  orang-orang kafir berkata: “Al-Quran ini tidak  lain melainkan kedustaan yang ia telah  mengada-adakannya,  dan  kepadanya kaum lain telah membantunya.” Sesungguhnya  mereka telah berbuat zalim dan dusta.   Dan mereka berkata:  ”Al-Quran  adalah dongengan-dongengan  orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan lalu itu dibacakan kepadanya pagi dan petang.”   Katakanlah: ”Diturunkannya  Al-Quran oleh Dzat Yang mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”  Dan mereka berkata: “Rasul macam apakah ini, ia makan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa  tidak diturunkan   malaikat kepadanya supaya ia menjadi seorang pemberi peringatan bersama-sama dengannya? Atau hendaknya diturunkan kepadanya  khazanah  atau ada baginya kebun untuk makan darinya.” Dan  orang-orang yang zalim itu berkata:  ”Kamu tidak mengikuti melainkan seorang laki-laki yang kena sihir.”  Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat tamsilan (perumpamaan)  bagi engkau, maka mereka telah sesat dan mereka tidak dapat menemukan jalan  (Al-Furqān [25]:5-10).
        Ayat 5-7 menunjuk kepada dua tuduhan orang-orang kafir terhadap  Nabi Besar Muhammad saw.    dan menjawab tuduhan-tuduhan itu. Jawaban kepada tuduhan yang pertama bahwa  beliau saw.   mengada-adakan dusta, yaitu bahwa mereka tidak adil melancarkan tuduhan semacam itu.  Nabi Besar Muhammad saw.   telah tinggal di tengah-tengah mereka untuk suatu masa yang panjang sebelum itu (QS.10:17) dan mereka sendiri semuanya menjadi saksi atas ketulusan hati dan kebenaran beliau saw.. Bagaimanakah mereka sekarang dapat menuduh beliau saw. pemalsu?
      Jawaban kepada tuduhan kedua, yaitu bahwa siapa pun yang dikatakan pembantu  Nabi Besar Muhammad saw.    pastilah mereka menganut beberapa kepercayaan dan itikad, akan tetapi Allah Swt. menolak dan merombak semua kepercayaan yang palsu dan membatalkan serta memperbaiki kepercayaan-kepercayaan lainnya. Bagaimanakah seseorang dianggap membantu beliau saw. untuk menciptakan sebuah kitab yang telah memotong urat nadi kepercayaan dan itikad-itikad yang begitu mereka junjung dan muliakan itu?

Tujuan Utama Pengutusan Para Rasul Allah Bukan Untuk  Kepentingan Duniawi

         Dalam ayat 8 orang-orang kafir mempunyai tanggapan yang sangat rendah sekali mengenai nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya. Mereka telah membuat patokan yang mereka adakan sendiri untuk menguji kebenaran rasul-rasul Allah,  akibatnya bahwa daripada mendapatkan jalan yang lurus, malahan mereka terus meraba-raba dalam kegelapan, keraguan, dan kekafiran.
       Ayat 9-10  mengandung arti bahwa tanggapan orang-orang kafir mengenai bagaimana seharusnya corak dan macam seorang nabi Allah adalah jauh sekali dari kenyataan, dan menampakkan kepicikan mereka tentang maksud dan tujuan kebangkitan nabi-nabi Allah.
        Nabi-nabi Allah dibangkitkan, demikian ayat ini memberitahukan, adalah untuk membimbing manusia keluar dari kegelapan, keraguan, dan kekafiran, masuk ke dalam cahaya keyakinan dan kenikmatan ruhani,   bukan untuk menimbun kekayaan dan ber-foya-foya serta bersuka-ria sebagaimana yang mereka lakukan.
         Akan tetapi meskipun patokan yang dibuat sendiri oleh orang-orang kafir,   -- yakni  bahwa Nabi Besar Muhammad saw.  harus memiliki harta, pangkat, kebun-kebun, dan istana-istana -- adalah tidak berarti apa-apa, namun untuk menyadarkan mereka tentang kepalsuan kedudukan mereka, Allah Swt.  akan memberikan kepada beliau saw. serta pengikut-pengikut beliau saw. harta yang lebih banyak, juga kebun-kebun  dan istana-istana yang lebih besar, lagi lebih baik dari apa-apa yang dituntut oleh orang-orang kafir. Dan sungguh-sungguh Allah Swt. telah menganugerahkan kepada pengikut-pengikut  Nabi Besar Muhammad saw.    istana-istana dan kebun-kebun kepunyaan raja-raja Iran dan Bizantina (Romawi Timur).
       Sehubungan dengan tuduhan-tuduhan yang bathil (palsu) yang dikemukakan orang-orang kafir tersebut, mereka itu – bagaimana pun caranya –  akan terus berusaha menghalangi  orang-orang untuk beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran, sekali pun  nubuatan-nubuatan  mengenai beliau saw. tecantum dalam Kitab suci mereka, dan mereka mengetahui nubuatan-nubuatan tersebut bagaikan mengenal anak-anak mereka sendiri (QS.2:147-148; QS.6:21).
        Jadi, firman-Nya di awal Bab ini  meletakkan asas yang sangat sehat sekali guna membimbing umat Islam ketika menablighkan ‘itikad Islam (Al-Quran) kepada orang lain. Umat Islam hendaknya memulai bertabligh dengan menekankan pada asas-asas kepercayaan dan asas-asas keagamaan yang sama   dengan  lawan bicara.

Mengajak Kembali Kepada Tauhid Ilahi  yang Hakiki

      Sebagai contoh, ditetapkan bahwa sementara umat Islam berbicara kepada ahlikitab,  mereka  hendaknya memulai dengan kedua asas keagamaan yang pokok tentang Keesaan Tuhan dan wahyu Ilahi,  karena kedua  hal tersebut  tidak dapat dipisahkan, firman-Nya:
قُلۡ یٰۤاَہۡلَ الۡکِتٰبِ تَعَالَوۡا اِلٰی کَلِمَۃٍ سَوَآءٍۢ  بَیۡنَنَا وَ بَیۡنَکُمۡ اَلَّا نَعۡبُدَ اِلَّا اللّٰہَ وَ لَا نُشۡرِکَ بِہٖ شَیۡئًا وَّ لَا یَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَقُوۡلُوا اشۡہَدُوۡا بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: “Hai Ahlul Kitab, marilah kepada satu kalimat yang sama di antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali kepada Allah, dan tidak pula kita mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan  sebagian kita tidak menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah.” Tetapi jika mereka berpaling maka katakanlah: “Jadi saksilah bahwa sesungguhnya kami orang-orang yang berserah diri kepada Allah” (Ali ‘Imran [3]:65).
         Ayat ini dengan keliru dianggap oleh sementara orang seakan-akan mem-berikan dasar untuk mencapai suatu kompromi antara Islam di satu pihak dan Kristen serta agama Yahudi di lain pihak. Dikemukakan sebagai alasan bahwa bila agama-agama tersebut pun mengajarkan dan menanamkan Keesaan Tuhan, maka ajaran Islam lainnya yang dianggap menduduki tempat kedua dalam kepentingannya, sebaiknya ditinggalkan saja.
     Sulit dimengerti bahwa gagasan kompromi dalam urusan agama pernah dianjurkan dengan kaum yang dalam ayat-ayat sebelum ayat ini dikutuk dengan sangat keras atas kepalsuan kepercayaan mereka dan ditantang begitu hebat untuk bermubahalah (tanding doa -- QS.3:62)
       Nabi Besar Muhammad saw.  dalam menulis surat dakwah kepada Heraclius – Kaisar Romawi -- memakai ayat ini pula, malahan mendesak Heraclius supaya menerima Islam dan mengancamnya dengan ancaman azab Ilahi, bila ia menolak berbuat demikian (Bukhari). Hal itu tak ayal lagi menunjukkan bahwa kepercayaan Hiraclius terhadap Keesaan Tuhan semata-mata, menurut  Nabi Besar Muhammad saw.   tidak dapat menyelamatkannya dari azab Ilahi.
      Memang ayat ini dimaksudkan untuk menyarankan satu cara yang mudah dan sederhana yang dengan itu orang-orang Yahudi dan Kristen dapat sampai kepada keputusan yang tepat mengenai kebenaran Islam. Kaum Kristen, kendatipun mengaku beriman kepada Tauhid Ilahi, tetapi mereka percaya pula kepada ketuhanan Isa. Demikian juga  orang-orang Yahudi  — sungguhpun mengaku berpegang kuat kepada Tauhid — mereka mengikuti dengan membuta rahib-rahib dan ulama-ulama mereka, dan dengan demikian seolah-olah menempatkan mereka dalam kedudukan yang sama dengan Tuhan sendiri. (QS.9:30-33).
       Ayat ini menyuruh kedua golongan Ahli Kitab  itu kembali kepada kepercayaan asal mereka, yakni Tauhid Ilahi (QS.2:131-142) dan meninggalkan penyembahan tuhan-tuhan palsu yang menjadi perintang bagi mereka untuk masuk Islam. Jadi,  bukan   mencari kompromi dengan agama-agama itu, melainkan ayat ini sesungguhnya mengajak para pengikut agama itu untuk menerima Islam dengan menarik perhatian mereka kepada Tauhid yang sedikitnya dalam bentuk lahir, merupakan akidah pokok yang sama pada agama-agama tersebut, dapat berlaku sebagai satu dasar titik-temu untuk penyelidikan lebih lanjut.
       Secara sambil lalu baiklah di sini diperhatikan, bahwa surat yang disebut oleh Bukhari dan ahli-ahli hadist lainnya, dialamatkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. kepada Kaisar Heraclius dan beberapa kepala pemerintahan lain — Muqauqis, raja muda Mesir itu satu dari antara mereka — disusun dengan kata-kata dari ayat ini dan mengajak mereka untuk menerima Islam, akhir-akhir ini telah ditemukan dan ternyata mengandung kata-kata yang persis dikutip oleh Bukhari (The Review of Religions, jilid V, no. 8). Hal itu mengandung bukti kuat mengenai keotentikan Bukhari dan pula kitab-kitab hadits lainnya yang telah diakui.

Kesaksian  Bathiniah  Mengenai Kebenaran Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran

        Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai  orang-orang  di kalangan Ahli Kitab yang beriman  Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad saw.  dan juga mengena orang-orang yang tetap bertahan dalam kekafiran mereka dengan berbagai helah (alasan) dan tuntutan:     
وَ کَذٰلِکَ  اَنۡزَلۡنَاۤ  اِلَیۡکَ الۡکِتٰبَ ؕ فَالَّذِیۡنَ اٰتَیۡنٰہُمُ الۡکِتٰبَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ ۚ وَ مِنۡ ہٰۤؤُلَآءِ  مَنۡ یُّؤۡمِنُ بِہٖ ؕ وَ مَا یَجۡحَدُ  بِاٰیٰتِنَاۤ  اِلَّا الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَا کُنۡتَ تَتۡلُوۡا مِنۡ قَبۡلِہٖ مِنۡ کِتٰبٍ وَّ لَا تَخُطُّہٗ  بِیَمِیۡنِکَ اِذًا  لَّارۡتَابَ الۡمُبۡطِلُوۡنَ ﴿﴾  بَلۡ ہُوَ اٰیٰتٌۢ بَیِّنٰتٌ فِیۡ صُدُوۡرِ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ ؕ وَ مَا یَجۡحَدُ بِاٰیٰتِنَاۤ  اِلَّا الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan demikianlah Kami menurunkan kepada engkau Kitab Al-Qur-an,  maka orang-orang yang Kami telah memberikan Kitab  kepada mereka, mereka beriman kepadanya, dan dari antara orang-orang Ahlikitab sebagian dari mereka beriman kepadanya. Dan tidak ada yang menolak Tanda-tanda Kami kecuali orang-orang kafir.    Dan engkau sebelumnya sekali-kali tidak pernah membacakan  satu pun Kitab, dan tidak pula  engkau menulisnya dengan tangan kanan engkau, sebab jika demikian niscaya orang-orang yang mendustakan menjadi ragu. بَلۡ ہُوَ اٰیٰتٌۢ بَیِّنٰتٌ فِیۡ صُدُوۡرِ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ  --   Bahkan Al-Quran itu adalah Tanda-tanda yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmuوَ مَا یَجۡحَدُ بِاٰیٰتِنَاۤ  اِلَّا الظّٰلِمُوۡنَ --      Dan tidak ada yang akan menolak Tanda-tanda Kami, kecuali orang-orang zalim  (Al-Ankabūt [29]:48-50).
  Makna ayat  وَ مَا کُنۡتَ تَتۡلُوۡا مِنۡ قَبۡلِہٖ مِنۡ کِتٰبٍ وَّ لَا تَخُطُّہٗ  بِیَمِیۡنِکَ اِذًا  لَّارۡتَابَ الۡمُبۡطِلُوۡنَ -- “Dan engkau sebelumnya sekali-kali tidak pernah membacakan  satu pun Kitab, dan tidak pula  engkau menulisnya dengan tangan kanan eng-kau, sebab jika demikian niscaya orang-orang yang mendustakan menjadi ragu.” Kenyataan bahwa orang yang tidak dapat membaca maupun menulis    -- yakni Nabi Besar Muhammad saw.  yang ummi/butahuruf (QS.7:158; QS.29:49; QS.42:53; QS.62:3)  -- dan karena dilahirkan di sebuah negeri  serta tinggal di tengah-tengah masyarakat yang terputus dari segala hubungan dengan masyarakat beradab, dapat dianggap tidak mempunyai ilmu tentang kitab-kitab wahyu lainnya.
        Namun demikian beliau saw. mampu menghasilkan (mempersembahkan) sebuah kitab, yang tidak saja mengandung segala sesuatu yang bernilai abadi dan terdapat di dalam kitab-kitab suci, tetapi juga merupakan ikhtisar dari semua ajaran universal, yang dimaksudkan untuk memenuhi hasrat-hasrat dan keperluan-keperluan akhlak dan keruhanian manusia untuk segala zaman dan masa, merupakan suatu bukti yang tidak dapat dibantah, bahwa Al-Quran adalah kitab yang diwahyukan Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw.  adalah Guru Jagat yang diutus oleh Allah Swt., Rabb (Tuhan Pencipta dan pemelihara) seluruh alam (QS.21:108-110).
         Kalau ayat sebelumnya menunjuk kepada kesaksian lahiriah untuk menunjang kebenaran Al-Quran sebagai kalam Ilahi, maka ayat sekarang ini memberikan kesaksian batiniah, yaitu  bahwa dari hati mereka yang telah dilimpahi ilmu Al-Quran membersit sumber cahaya Ilahi, itulah makna ayat:  بَلۡ ہُوَ اٰیٰتٌۢ بَیِّنٰتٌ فِیۡ صُدُوۡرِ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ  --   Bahkan Al-Quran itu adalah Tanda-tanda yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.”

Azab Ilahi Datang Secara Tiba-tiba Kepada Orang-orang yang Ingkar

         Namun  demikian  orang-orang yang “buta mata ruhaninya”  akibat  tertutup  hijab ketakaburan, mereka itu  malah menuntut agar azab Ilahi yang diperingatkan Rasul Allah kepada mereka segera  menjadi kenyataan, firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَوۡ لَاۤ   اُنۡزِلَ عَلَیۡہِ اٰیٰتٌ مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ قُلۡ  اِنَّمَا الۡاٰیٰتُ عِنۡدَ اللّٰہِ ؕ وَ اِنَّمَاۤ   اَنَا نَذِیۡرٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿﴾ اَوَ لَمۡ یَکۡفِہِمۡ  اَنَّاۤ  اَنۡزَلۡنَا عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ یُتۡلٰی عَلَیۡہِمۡ ؕ اِنَّ  فِیۡ ذٰلِکَ لَرَحۡمَۃً  وَّ ذِکۡرٰی  لِقَوۡمٍ  یُّؤۡمِنُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan mereka berkata,  ”Mengapa tidak diturunkan kepadanya Tanda-tanda dari Rabb-nya (Tuhan-nya)?” Katakanlah, “Tanda-tanda itu hanya ada pada Allah. Dan sesungguhnya aku seorang  pemberi peringatan yang nyata.” اَوَ لَمۡ یَکۡفِہِمۡ  اَنَّاۤ  اَنۡزَلۡنَا عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ یُتۡلٰی عَلَیۡہِمۡ  --  Apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah menurunkan kepada engkau Kitab  Al-Quran itu  yang dibacakan kepada mereka?   اِنَّ  فِیۡ ذٰلِکَ لَرَحۡمَۃً  وَّ ذِکۡرٰی  لِقَوۡمٍ  یُّؤۡمِنُوۡنَ -- Sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar terdapat  rahmat dan nasihat bagi kaum yang beriman   (Al-Ankabūt [29]:51-52).
       Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai orang-orang yang tidak  bersyukur terhadap pengutusan Nabi  Besar Muhammad saw. dan pewahyuan Al-Quran tersebut:
 قُلۡ  کَفٰی بِاللّٰہِ  بَیۡنِیۡ وَ بَیۡنَکُمۡ  شَہِیۡدًا ۚ یَعۡلَمُ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡبَاطِلِ وَ کَفَرُوۡا بِاللّٰہِ ۙ اُولٰٓئِکَ  ہُمُ  الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ ؕ وَ لَوۡ لَاۤ اَجَلٌ مُّسَمًّی لَّجَآءَہُمُ  الۡعَذَابُ ؕ وَ لَیَاۡتِیَنَّہُمۡ  بَغۡتَۃً  وَّ  ہُمۡ  لَا  یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ ؕ وَ  اِنَّ  جَہَنَّمَ لَمُحِیۡطَۃٌۢ  بِالۡکٰفِرِیۡنَ ﴿ۙ﴾  یَوۡمَ  یَغۡشٰہُمُ  الۡعَذَابُ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ وَ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِہِمۡ وَ یَقُوۡلُ ذُوۡقُوۡا مَا کُنۡتُمۡ  تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Katakanlah:  Cukuplah Allah sebagai saksi  antara aku dan kamu, Dia mengetahui apa pun yang ada di seluruh langit dan bumi. Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang rugi.” Dan mereka minta kepada engkau menyegerakan azab. Dan seandainya tidak ada waktu yang telah ditetapkan niscaya  azab itu telah datang kepada mereka, dan niscaya azab itu akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba sedang mereka tidak menyadarinya. Mereka minta kepada engkau menyegerakan azab,  padahal sesungguhnya  Jahannam akan mengepung orang-orang kafir.   Pada hari azab itu akan meliputi mereka dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka, dan Dia akan berfirman: “Rasakanlah apa yang telah kamu kerjakan.” (Al-Ankabūt [29]:53-56).
        Ayat  53  memberi jawaban yang penuh kemesraan terhadap tuntutan jahil dan bathil orang-orang kafir akan suatu tanda azab (lihat ayat sebelumnya). Ayat bertanya ini kepada mereka: Mengapa mereka menuntut tanda azab, bila Allah Swt. Ta’ala sudah memberikan kepada mereka tanda kasih sayang dalam bentuk Al-Quran,   yang dengan mengamalkannya mereka dapat memperoleh kemuliaan dan menjadi bangsa terhormat dan disegani?
     Ayat 54   memberikan jawaban langsung kepada tuntutan orang-orang kafir akan tanda azab dan mengatakan, bahwa daripada memanfaatkan tanda kasih-sayang yang telah diberikan kepada mereka dalam bentuk Al-Quran, orang-orang yang malang nasibnya itu, gigih dalam tuntutan mereka akan hukuman. Maka mereka akan memperoleh tanda itu dan hukuman Ilahi  akan menimpa mereka dengan sekonyong-konyong (tiba-tiba) dan dari segala penjuru serta di luar dugaan mereka.   Akan tetapi mereka harus menunggu waktu yang ditetapkan dan telah ditentukan untuk itu.

Hukuman di Akhirat

         Hukuman yang diisyaratkan dalam ayat sebelumnya adalah hukuman di dunia ini yang dijanjikan kepada orang-orang ingkar, sedangkan hukuman yang termaktub dalam ayat ini adalah hukuman yang dijanjikan kepada mereka di akhirat:  یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ ؕ  -- “Mereka minta kepada engkau menyegerakan azab,   وَ  اِنَّ  جَہَنَّمَ لَمُحِیۡطَۃٌۢ  بِالۡکٰفِرِیۡنَ -- padahal sesungguhnya  Jahannam akan mengepung orang-orang kafir.
         Ketika azab Ilahi datang  maka datangnya tiba-tiba dan cepat, dan bagaikan air terjun menimpa dan meliputi orang-orang ingkar dari segala jurusan, sehingga orang-orang kafir – yang sebelumnya dengan takabbur menuntut agar kedatangan  azab Ilahi yang diperingatkan kepada mereka itu tersebut dipercepat kedatangannya itu benar-benar mengepung mereka dari segala jurusan. 

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,18 Juli  2015      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar