Jumat, 03 Juli 2015

Munculnya "Kaum Pengganti" Merupakan Akibat Terjadinya "The Big Bang" (Ledakan Besar) Penciptaan "Langit Baru dan Bumi Baru" & "Hari Penghakiman" di Dunia



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 91

Munculnya “Kaum Pengganti”  Merupakan Akibat Terjadinya  “The Big Bang” (Ledakan Besar) Penciptaan “Langit Baru dan Bumi Baru” Keruhanian & “Hari Penghakiman” di Dunia
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai  kemurtadan”  yang tidak disadari umat beragama  dan  munculnya “Hizbullah” (Golongan Allah) sehubungan dengan firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا  شِیَعًا لَّسۡتَ مِنۡہُمۡ فِیۡ شَیۡءٍ ؕ اِنَّمَاۤ  اَمۡرُہُمۡ  اِلَی اللّٰہِ ثُمَّ یُنَبِّئُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya   orang-orang yang memecah-belah agama   mereka dan menjadi golongan-golongan, engkau  sedikit pun tidak mempunyai kepentingan dengan mereka. Sesungguhnya  urusan mereka terserah kepada Allah, kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan (Al-An’ām [6]:160).
  Kata-kata, “memecahbelahkan agama mereka” berarti bahwa bilamana orang-orang beragama mengikuti angan-angan dan khayalan sendiri maka persengketaan-persengketaan timbul di antara mereka dan lenyaplah kesatuan pendapat.  Allah Swt. dalam Al-Quran   memperingatkan umat Islam dari “kemurtadan” seperti itu, firman-Nya: 
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ  اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ  مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ  لَعَلَّکُمۡ  تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan  janganlah sekali-kali kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah  diri. وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا --   Dan  berpegangteguhlah kamu sekalian pada tali  Allah, dan   janganlah kamu berpecah-belah,  dan  ingatlah akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu  Dia menyatukan hati kamu dengan kecintaan  antara satu sama lain maka  dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara, dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api  lalu Dia menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk  (Âli ‘Imran [3]:103-104).

Munculnya “Kaum Pengganti

      Kemudian dalam Surah berikut ini Allah Swt. berfirman mengenai munculnya “kaum pengganti” ketika suatu kaum atau umat beragama dalam pandangan Allah Swt. telah “murtad”, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ ۙ اَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا  یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ ؕ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ  یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  وَاسِعٌ  عَلِیۡمٌ ﴿﴾ اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ  الزَّکٰوۃَ  وَ ہُمۡ  رٰکِعُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿٪﴾ 
Hai orang-orang yang beriman,  مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ   -- barangsiapa di antara kamu murtad dari agamanya   فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ  -- maka Allah segera akan mendatangkan suatu kaum,   Dia akan mencintai mereka dan mereka pun akan mencintai-Nyaاَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫  --  mereka akan bersikap lemah-lembut terhadap  orang-orang beriman  dan keras terhadap orang-orang kafir.  یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا  یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ  -- Mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela.  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ  یَّشَآءُ  -- Itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki وَ اللّٰہُ  وَاسِعٌ  عَلِیۡمٌ  -- dan Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui. اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ  الزَّکٰوۃَ  وَ ہُمۡ  رٰکِعُوۡنَ  --    Sesungguhnya pelindung kamu adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman yang senantiasa mendirikan shalat dan membayar zakat dan mereka taat kepada Allah. وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ  --  Dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan mereka yang beriman sebagai pelindung, maka  sesungguhnya   jamaat Allah pasti menang  (Al-Māidah [5]:55-57).
      Pertanyaan yang timbul adalah: Dari mana datang kaum pengganti yang diisyaratkan dalam ayat:  مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ   -- barangsiapa di antara kamu  murtad dari agamanya   فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ  -- maka Allah segera akan mendatangkan suatu kaum,   Dia akan mencintai mereka dan mereka pun akan mencintai-Nyaاَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫  --  mereka akan bersikap lemah-lembut terhadap  orang-orang beriman  dan keras terhadap orang-orang kafir.  یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا  یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ  -- Mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela”?

The Big Bang” (Ledakan Besar) Ruhani

        Kaum pengganti tersebut muncul sebagai akibat dari peristiwa “the Big Bang” (ledakan besar – QS.21:31) ruhani   pada saat Allah Swt.  melakukan  “penghakiman” atas umat manusia  di dunia ini  berkehendak “memisahkan yang buruk dari yang baik” melalui pengutusan rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan  (QS.7:35-37), sebab  keadaan umat manusia telah menjadi ratqan (menggumpal/menyatu) pada saat  kerusakan telah merebak di daratan dan di lautan (QS.30:42-44), firman-Nya:
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat bahwa seluruh langit dan bumi  کَانَتَا رَتۡقًا --  keduanya dahulu suatu massa yang menyatu, فَفَتَقۡنٰہُمَا  --  lalu Kami pisahkan keduanya? وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ  -- Dan Kami   jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ  --  Tidakkah  mereka   mau beriman? (Al-Anbiya [31]:31).
        Ayat ini mengisyaratkan landasan agung kepada satu kebenaran ilmiah. Agaknya ayat itu menunjuk kepada alam semesta  ketika masih belum mempunyai bentuk benda, dan ayat itu bermaksud menyatakan bahwa seluruh alam semesta khususnya tata surya, telah berkembang dari gumpalan yang belum mempunyai bentuk atau segumpal kabut  yakni dalam keadaan ratqan.  
         Selaras dengan asas yang Allah Swt. lancarkan Dia memecahkan gumpalan zat itu dan pecahan-pecahan yang cerai-berai menjadi kesatuan-kesatuan wujud tata-surya (“The Universe Surveyed” oleh Harold   Richards dan “The Nature of the Universe” oleh Fred Hoyle). Sesudah itu Allah  Swt.  menciptakan seluruh kehidupan itu dari air.
        Ayat ini nampaknya mengandung arti bahwa seperti alam kebendaan, demikian pula alam keruhanian pun berkembang dari gumpalan yang belum mempunyai bentuk (ratqan), yang terdiri dari alam pikiran yang kacau-balau dan kepercayaan-kepercayaan yang bukan-bukan. Sebagaimana Allah Swt.  dengan hikmah-Nya yang tidak pernah meleset dan sesuai dengan rencana agung telah memecahkan gumpalan zat itu, dan pecahan-pecahan yang bertebaran menjadi kesatuan wujud berbagai tata surya, maka persis seperti itu pula Dia mewujudkan suatu tertib ruhani yang baru dalam suatu alam yang berguling-gantang di dalam paya-paya cita-cita yang kacau-balau.
      Bila umat manusia tenggelam ke dalam kegelapan akhlak yang keruh  serta angkasa keruhanian menjadi tersaput oleh awan yang padat dan sesak (QS.30:42) maka Allah Swt.  menyebabkan munculnya suatu cahaya berupa seorang utusan Ilahi (rasul Allah) yang mengusir kegelapan ruhani yang telah menyebar luas itu (QS.3:180), dan dari gumpalan yang tidak berbentuk dan tanpa kehidupan   -- yang berupa kerendahan akhlak dan ruhani   --  lahirlah suatu alam semesta ruhani yang mulai meluas dari pusatnya dan akhirnya melingkupi seluruh bumi, menerima kehidupan dan pengarahan  dari tenaga penggerak yang berada di belakangnya (QS.14:48-53).
       Padanan keadaan “menggumpal” (ratqan) tersebut dalam dunia ruhani  atau  di kalangan umat agama digambarkan dalam firman-Nya berikut ini:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ  لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا  لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾  قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ  لَّا  مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan perbuatan tangan manusia,  supaya dirasakan kepada mereka akibat sebagian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurhakaannya.   قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ --   Katakanlah:  Berjalanlah di bumi dan lihatlah bagaimana buruknya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini, کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ -- kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.” فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ  لَّا  مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ -- Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allah hari yang tidak dapat dihindarkan,  pada hari itu orang-orang beriman  dan kafir akan terpisah. (Ar-Rūm [30]:42-44).
       Mengisyaratkan kepada peristiwa “the Big Bang” (ledakan besar) dalam dunia agama  itulah firman-Nya berikut ini:
مَا  کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ  اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ وَ  اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ  اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ ﴿ ﴾
Allah sekali-kali tidak akan  membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya   hingga  Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ  -- Dan Allah sekali-kali tidak akan  memperlihatkan  yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki,  فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ  -- karena itu berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, وَ  اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ  اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ -- dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagi kamu ganjaran yang besar  (Âli ‘Imran [3]:180).
       Ayat مَا  کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ  اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ  -- “Allah sekali-kali tidak akan  membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya   hingga  Dia memisahkan yang buruk dari yang baik,”    maksudnya adalah  bahwa percobaan dan kemalangan yang telah dialami kaum Muslimin hingga saat itu tidak akan segera berakhir.  Masih banyak lagi percobaan yang tersedia bagi mereka, dan percobaan-percobaan itu akan terus-menerus datang, hingga orang-orang beriman  sejati, akan benar-benar dibedakan dari kaum munafik dan yang lemah iman.
    Kata-kata  dalam ayat selanjutnya وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ  -- Dan Allah sekali-kali tidak akan  memperlihatkan  yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki”,     tidaklah berarti bahwa sebagian rasul-rasul terpilih dan sebagian lagi tidak. Kata-kata itu berarti bahwa dari orang-orang yang ditetapkan Allah Swt.   sebagai rasul-rasul-Nya, Dia memilih yang paling sesuai untuk zaman tertentu, di zaman rasul itu dibangkitkan, sebagai bagian dari  Sunnatullah rangkaian pengutusan rasul Allah di kalangan Bani Adam  berikut ini, firman-Nya:
 وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ  اَجَلٌ ۚ فَاِذَا  جَآءَ  اَجَلُہُمۡ  لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً  وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾  یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾   
Dan bagi  tiap-tiap umat ada batas waktu, maka apabila telah datang batas waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya.    Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu  rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan  Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati.   Dan  orang-orang yang men-dustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling  darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya (Al-A’rāf [7]:35-37).
       Jadi, pada hakikatnya pengutusan Rasul Allah yang dijanjikan tersebut bukan saja merupakan  peristiwa “the Big Bang” (ledakan besar), tetapi juga merupakan pelaksanaan “Hari  penghakiman” Allah Swt. di dunia ini di kalangan umat beragama    karena keadaan mereka telah seperti   ratqan (gumpalan), sehingga   antara orang yang berama dan yang tidak beragama  atau antara orang yang beriman dengan yang tidak beriman sulit dibedakan lagi karena  akhlak dan ruhani mereka telah    rusak (QS.30:42-44).

Allah Swt. Sebagai “Pemilik Hari Pembalasan” adalah  “Hakim yang Paling Adil

       Kembali kepada “Hari Penghisaban Amal”   -- yang erat hubungannya dengan “hari penghakiman-Nya”  -- Allah Swt. berfirman:   وَ الۡوَزۡنُ یَوۡمَئِذِ ۣالۡحَقّ  --  “dan timbangan  pada Hari itu adalah benar, فَمَنۡ ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ  فَاُولٰٓئِکَ  ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ -- lalu barangsiapa berat timbangannya  maka mereka itulah orang-orang yang berhasil.” (Al-A’rāf [7]:9). Lihat pula QS. 99:7-9; QS.101:7-12).
  Bahasa yang dipergunakan di sini majasi (secara kiasan). Benda-benda ditimbang dengan neraca yang terbuat dari logam atau kayu, tetapi  menimbang sesuatu yang bukan-benda berarti menetapkan nilai atau bobot kepentingan yang sebenarnya, firman-Nya:
یَوۡمَئِذٍ یَّصۡدُرُ  النَّاسُ اَشۡتَاتًا ۬ۙ لِّیُرَوۡا اَعۡمَالَہُمۡ ؕ﴿﴾  فَمَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ خَیۡرًا یَّرَہٗ ؕ﴿﴾  وَ مَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ  شَرًّا یَّرَہٗ ٪﴿﴾
Pada hari itu manusia akan keluar dalam golongan-golongan terpisah  supaya kepada mereka dapat diperlihatkan amal mereka.  فَمَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ خَیۡرًا یَّرَہٗ    --  Maka barangsiapa berbuat kebaikan seberat atom  sekali pun ia akan melihat hasilnya,   وَ مَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ  شَرًّا یَّرَہٗ  --  Dan barangsiapa berbuat keburukan seberat atom sekali pun ia akan melihat hasilnya.    (Al-Zilzal [99]:7-9). 
    Tidak ada perbuatan manusia, baik ataupun buruk, akan terbuang percuma. Tiap perbuatan harus dan memang ada akibatnya. (QS.17:14; QS.45:30; QS.69:20 & 26-27), firman-Nya lagi: 
فَاَمَّا  مَنۡ  ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ﴿﴾  فَہُوَ  فِیۡ عِیۡشَۃٍ  رَّاضِیَۃٍ ؕ﴿﴾  وَ اَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ﴿﴾  فَاُمُّہٗ  ہَاوِیَۃٌ ؕ﴿﴾  وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ ﴿ؕ﴾  نَارٌ حَامِیَۃٌ ﴿٪﴾
Maka adapun  orang yang berat timbangan amalnya,   maka ia di dalam kehidupan yang menyenangkan.  وَ اَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ   --  Dan adapun orang  yang ringan timbangan amalnya ۙ  فَاُمُّہٗ  ہَاوِیَۃٌ  --   maka ibunya inangnya adalah Hāwiyah, وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ   -- dan apakah engkau mengetahui apa Hāwiyah itu? نَارٌ حَامِیَۃٌ  -- Yaitu api yang menyala-nyala!   (Al-Qāri’ah [101]:1-12).
   Bila dipergunakan dalam hubungan dengan perorangan kata mawāzin (timbangan) berarti hasil perbuatannya, tetapi bila dipergunakan dalam hubungan dengan suatu bangsa kata itu bermakna sarana-sarana kebendaan dan sumber-sumber daya.
   Menurut istilah peperangan zaman mutakhir ini rupanya istilah “tonase” (ukuran bobot) merupakan terjemahan tepat dari kata itu. Dalam pengertian terakhir, ayat ini akan berarti bahwa suatu bangsa yang sumber daya materinya (SDM  & SDA) besar atau tonase kapal-kapal laut dan pesawat-pesawat terbangnya berat, akan mengungguli lawan-lawannya, dan kenyataan itu akan meningkatkan wibawa dan kekuasaannya dan sebagai akibatnya menambah keba-hagiaannya.

Persamaan Fungsi  “Neraka Jahannam”  dengan “Rahim Ibu”   

   Makna ayat: وَ اَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ   --  Dan adapun orang  yang ringan timbangan amalnya ۙ  فَاُمُّہٗ  ہَاوِیَۃٌ  --   maka ibunya inangnya adalah Hāwiyah,     وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ   -- dan apakah engkau mengetahui apa Hāwiyah itu? نَارٌ حَامِیَۃٌ  -- Yaitu api yang menyala-nyala!”   Hubungan orang-orang berdosa dengan neraka akan serupa dengan hubungan bayi dengan ibunya.
  Seperti halnya mudighah (janin) tumbuh melalui berbagai tingkat per-kembangan di dalam rahim ibu hingga pada akhimya ia lahir dalam bentuk manusia utuh, demikian pulalah keadaan orang-orang bersalah yang akan melalui berbagai tingkat siksaan batin dalam neraka  hingga pada akhirnya ruh mereka menjadi sama  sekali bersih dari noda dosa dan memperoleh kelahiran baru. Jadi, azab neraka itu dimaksudkan membuat orang-orang jahat bertobat dari dosa-dosa mereka dan memperbaiki diri mereka sendiri. Menurut pandangan Islam, neraka merupakan suatu panti asuhan.
   Dengan demikian terjawablah kedustaan  tuduhan orang-orang kafir   terhadap Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran -- dalam firman-Nya berikut ini: 
وَ قَالَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا اِنۡ ہٰذَاۤ  اِلَّاۤ  اِفۡکُۨ افۡتَرٰىہُ وَ اَعَانَہٗ  عَلَیۡہِ  قَوۡمٌ   اٰخَرُوۡنَ ۚۛ فَقَدۡ  جَآءُوۡ  ظُلۡمًا  وَّ  زُوۡرًا ۚ﴿ۛ﴾  وَ قَالُوۡۤا اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ اکۡتَتَبَہَا فَہِیَ تُمۡلٰی عَلَیۡہِ  بُکۡرَۃً   وَّ اَصِیۡلًا﴿﴾  قُلۡ اَنۡزَلَہُ الَّذِیۡ یَعۡلَمُ السِّرَّ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّہٗ  کَانَ غَفُوۡرًا  رَّحِیۡمًا ﴿﴾  وَ قَالُوۡا مَالِ ہٰذَا الرَّسُوۡلِ یَاۡکُلُ الطَّعَامَ وَ یَمۡشِیۡ  فِی الۡاَسۡوَاقِ ؕ لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡہِ مَلَکٌ فَیَکُوۡنَ مَعَہٗ نَذِیۡرًا ۙ﴿﴾  اَوۡ یُلۡقٰۤی اِلَیۡہِ کَنۡزٌ اَوۡ تَکُوۡنُ لَہٗ جَنَّۃٌ یَّاۡکُلُ مِنۡہَا ؕ وَ قَالَ الظّٰلِمُوۡنَ  اِنۡ تَتَّبِعُوۡنَ   اِلَّا  رَجُلًا  مَّسۡحُوۡرًا ﴿﴾  اُنۡظُرۡ کَیۡفَ ضَرَبُوۡا لَکَ الۡاَمۡثَالَ فَضَلُّوۡا  فَلَا  یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ سَبِیۡلًا ﴿٪﴾
Dan  orang-orang kafir berkata: “Al-Quran ini tidak  lain melainkan kedustaan yang ia telah  mengada-adakannya,  dan  kepadanya kaum lain telah membantunya.” Maka sungguh   mereka telah berbuat zalim dan dusta.   Dan mereka berkata:  ”Al-Quran  adalah dongengan-dongengan  orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan lalu itu dibacakan kepadanya pagi dan petang.”  Katakanlah: ”Diturunkannya  Al-Quran oleh Dzat Yang mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”   Dan mereka berkata: “Rasul macam apakah ini,  ia makan makanan dan berjalan di pasar-pasar?  Mengapa  tidak diturunkan   malaikat kepadanya supaya ia menjadi seorang pemberi peringatan bersama-sama dengannya?“Atau hendaknya diturunkan kepadanya  khazanah  atau ada baginya kebun untuk makan darinya.” Dan  orang-orang yang zalim itu berkata:  Kamu tidak mengikuti melainkan seorang laki-laki yang kena sihir.” Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat tamsilan bagi engkau, maka mereka telah sesat dan mereka tidak dapat menemukan jalan. (Al-Furqān [25]:5-10).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 30 Juni  2015      


Tidak ada komentar:

Posting Komentar