بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 91
Munculnya “Kaum
Pengganti” Merupakan Akibat
Terjadinya “The Big Bang”
(Ledakan Besar) Penciptaan “Langit Baru
dan Bumi Baru” Keruhanian & “Hari
Penghakiman” di Dunia
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab
sebelumnya telah dibahas mengenai kemurtadan” yang tidak
disadari umat beragama dan munculnya “Hizbullah”
(Golongan Allah) sehubungan dengan firman-Nya:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ
کَانُوۡا شِیَعًا لَّسۡتَ مِنۡہُمۡ فِیۡ
شَیۡءٍ ؕ اِنَّمَاۤ اَمۡرُہُمۡ اِلَی اللّٰہِ ثُمَّ یُنَبِّئُہُمۡ بِمَا
کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
orang-orang
yang memecah-belah agama mereka dan menjadi golongan-golongan, engkau sedikit pun tidak mempunyai kepentingan dengan mereka. Sesungguhnya urusan
mereka terserah kepada Allah, kemudian Dia
akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan (Al-An’ām [6]:160).
Kata-kata, “memecahbelahkan agama
mereka” berarti bahwa bilamana orang-orang
beragama mengikuti angan-angan
dan khayalan sendiri maka persengketaan-persengketaan timbul di
antara mereka dan lenyaplah kesatuan
pendapat. Allah Swt. dalam
Al-Quran memperingatkan umat Islam dari “kemurtadan”
seperti itu, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا
اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا
تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ
اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ
عَلَیۡکُمۡ اِذۡ
کُنۡتُمۡ
اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ
بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ
فَاَصۡبَحۡتُمۡ
بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا
حُفۡرَۃٍ مِّنَ
النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ
لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ لَعَلَّکُمۡ
تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan janganlah
sekali-kali kamu mati kecuali kamu
dalam keadaan berserah diri. وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا -- Dan berpegangteguhlah
kamu sekalian pada tali Allah, dan janganlah
kamu berpecah-belah, dan ingatlah
akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu
dahulu bermusuh-musuhan, lalu Dia
menyatukan hati kamu dengan kecintaan antara satu sama lain maka dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi
bersaudara, dan kamu dahulu berada
di tepi jurang Api lalu Dia menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah
Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepada
kamu supaya kamu mendapat petunjuk
(Âli ‘Imran [3]:103-104).
Munculnya “Kaum Pengganti”
Kemudian dalam Surah berikut ini Allah
Swt. berfirman mengenai munculnya “kaum
pengganti” ketika suatu kaum atau umat
beragama dalam pandangan Allah Swt. telah “murtad”, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی
اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ ۙ اَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ
اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ ؕ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ
اللّٰہُ وَاسِعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾ اِنَّمَا
وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ
یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ
الزَّکٰوۃَ وَ ہُمۡ رٰکِعُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman, مَنۡ
یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ -- barangsiapa di antara kamu murtad
dari agamanya فَسَوۡفَ یَاۡتِی
اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ -- maka Allah
segera akan mendatangkan suatu kaum, Dia akan mencintai
mereka dan mereka pun akan
mencintai-Nya, اَذِلَّۃٍ عَلَی
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ -- mereka
akan bersikap lemah-lembut
terhadap orang-orang beriman dan keras terhadap orang-orang kafir. یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ
لَا یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ -- Mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela. ذٰلِکَ
فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ -- Itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa
yang Dia kehendaki وَ اللّٰہُ وَاسِعٌ
عَلِیۡمٌ -- dan
Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui. اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا
الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ
وَ ہُمۡ رٰکِعُوۡنَ -- Sesungguhnya pelindung kamu adalah Allah, Rasul-Nya
dan orang-orang beriman yang
senantiasa mendirikan shalat dan membayar zakat dan mereka taat kepada Allah. وَ مَنۡ
یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ
ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ -- Dan
barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan mereka yang beriman sebagai pelindung,
maka sesungguhnya jamaat
Allah pasti menang (Al-Māidah
[5]:55-57).
Pertanyaan yang timbul adalah: Dari
mana datang kaum pengganti yang diisyaratkan dalam ayat: مَنۡ
یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ -- barangsiapa di antara kamu murtad
dari agamanya فَسَوۡفَ یَاۡتِی
اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ -- maka Allah
segera akan mendatangkan suatu kaum, Dia akan mencintai
mereka dan mereka pun akan
mencintai-Nya, اَذِلَّۃٍ عَلَی
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ -- mereka
akan bersikap lemah-lembut
terhadap orang-orang beriman dan keras terhadap orang-orang kafir. یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ
لَا یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ -- Mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela”?
“The Big Bang” (Ledakan Besar) Ruhani
Kaum
pengganti tersebut muncul sebagai akibat
dari peristiwa “the Big Bang”
(ledakan besar – QS.21:31) ruhani pada saat
Allah Swt. melakukan “penghakiman” atas umat manusia di dunia
ini berkehendak “memisahkan yang buruk dari yang baik” melalui pengutusan rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan (QS.7:35-37),
sebab keadaan umat manusia telah menjadi
ratqan (menggumpal/menyatu) pada
saat kerusakan
telah merebak di daratan dan di lautan (QS.30:42-44), firman-Nya:
اَوَ
لَمۡ یَرَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا
اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ
کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang
yang kafir melihat bahwa seluruh
langit dan bumi کَانَتَا
رَتۡقًا -- keduanya
dahulu suatu massa yang menyatu, فَفَتَقۡنٰہُمَا -- lalu Kami pisahkan keduanya?
وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ -- Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air.
ؕ اَفَلَا
یُؤۡمِنُوۡنَ -- Tidakkah
mereka mau beriman? (Al-Anbiya [31]:31).
Ayat ini mengisyaratkan landasan agung kepada
satu kebenaran ilmiah. Agaknya ayat
itu menunjuk kepada alam semesta ketika masih belum mempunyai bentuk benda, dan ayat itu bermaksud
menyatakan bahwa seluruh alam semesta khususnya tata surya, telah berkembang dari gumpalan yang belum mempunyai bentuk
atau segumpal kabut yakni dalam keadaan ratqan.
Selaras dengan asas yang Allah Swt. lancarkan Dia memecahkan gumpalan zat itu dan pecahan-pecahan yang cerai-berai menjadi kesatuan-kesatuan wujud tata-surya (“The Universe Surveyed” oleh Harold Richards dan “The Nature of the Universe” oleh Fred Hoyle). Sesudah itu
Allah Swt. menciptakan seluruh kehidupan itu dari air.
Ayat ini nampaknya mengandung
arti bahwa seperti alam kebendaan, demikian pula alam keruhanian pun berkembang
dari gumpalan yang belum mempunyai bentuk (ratqan), yang terdiri dari alam pikiran yang
kacau-balau dan kepercayaan-kepercayaan yang bukan-bukan. Sebagaimana Allah Swt. dengan hikmah-Nya yang tidak pernah meleset dan sesuai dengan rencana
agung telah memecahkan gumpalan zat itu, dan pecahan-pecahan yang bertebaran
menjadi kesatuan wujud berbagai tata surya, maka persis seperti itu pula Dia
mewujudkan suatu tertib ruhani yang baru dalam suatu alam yang
berguling-gantang di dalam paya-paya cita-cita yang kacau-balau.
Bila umat manusia tenggelam ke dalam kegelapan
akhlak yang keruh serta angkasa keruhanian menjadi tersaput oleh
awan yang padat dan sesak (QS.30:42) maka Allah
Swt. menyebabkan munculnya
suatu cahaya berupa seorang utusan
Ilahi (rasul Allah) yang mengusir kegelapan
ruhani yang telah menyebar luas itu (QS.3:180), dan dari gumpalan yang tidak berbentuk
dan tanpa kehidupan -- yang berupa kerendahan akhlak dan ruhani -- lahirlah suatu alam semesta ruhani yang mulai meluas dari pusatnya dan akhirnya melingkupi seluruh bumi, menerima kehidupan
dan pengarahan dari tenaga
penggerak yang berada di belakangnya (QS.14:48-53).
Padanan keadaan “menggumpal” (ratqan) tersebut dalam dunia ruhani atau
di kalangan umat agama
digambarkan dalam firman-Nya berikut ini:
ظَہَرَ
الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی النَّاسِ
لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا
لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ
کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ
کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ
لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا
مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ
یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya dirasakan
kepada mereka akibat sebagian
perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka
kembali dari kedurhakaannya. قُلۡ
سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ -- Katakanlah: ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah
bagaimana buruknya akibat
bagi orang-orang sebelum kamu ini, کَانَ
اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ -- kebanyakan mereka
itu orang-orang musyrik.” فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ
یَوۡمٌ لَّا مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ یَّصَّدَّعُوۡنَ -- Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allah hari yang tidak dapat
dihindarkan, pada hari itu orang-orang beriman dan kafir akan terpisah. (Ar-Rūm [30]:42-44).
Mengisyaratkan kepada peristiwa “the Big Bang” (ledakan besar) dalam dunia agama itulah firman-Nya berikut ini:
مَا کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی
مَاۤ اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی
یَمِیۡزَ الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ
وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ
یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ
وَ اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا
فَلَکُمۡ اَجۡرٌ عَظِیۡمٌ ﴿ ﴾
Allah
sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman di
dalam keadaan kamu berada di
dalamnya hingga Dia
memisahkan yang buruk dari yang baik.
وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ
وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ -- Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara
rasul-rasul-Nya siapa yang Dia
kehendaki, فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ -- karena itu berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, وَ اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ اَجۡرٌ
عَظِیۡمٌ -- dan jika kamu beriman dan bertakwa,
maka bagi kamu ganjaran yang besar (Âli ‘Imran [3]:180).
Ayat مَا کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی
مَاۤ اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی
یَمِیۡزَ الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ -- “Allah sekali-kali
tidak akan membiarkan orang-orang yang
beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya hingga
Dia memisahkan yang buruk dari yang baik,” maksudnya adalah bahwa percobaan
dan kemalangan yang telah dialami kaum Muslimin hingga saat itu tidak akan
segera berakhir. Masih banyak lagi percobaan yang tersedia bagi mereka, dan
percobaan-percobaan itu akan
terus-menerus datang, hingga orang-orang
beriman sejati, akan benar-benar dibedakan dari kaum munafik dan yang lemah
iman.
Kata-kata dalam ayat selanjutnya وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ
یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ -- Dan Allah
sekali-kali tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara
rasul-rasul-Nya siapa yang Dia
kehendaki”, tidaklah berarti bahwa sebagian rasul-rasul terpilih dan sebagian lagi tidak.
Kata-kata itu berarti bahwa dari orang-orang yang ditetapkan Allah Swt. sebagai rasul-rasul-Nya, Dia memilih
yang paling sesuai untuk zaman
tertentu, di zaman rasul itu
dibangkitkan, sebagai bagian dari Sunnatullah rangkaian pengutusan rasul Allah di kalangan Bani Adam berikut ini, firman-Nya:
وَ لِکُلِّ
اُمَّۃٍ اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ
اَجَلُہُمۡ لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ
سَاعَۃً وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾ یٰبَنِیۡۤ
اٰدَمَ اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ
رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ
فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ
اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ
اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan
bagi tiap-tiap umat ada batas waktu, maka apabila telah datang batas waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan
tidak pula dapat memajukannya.
Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu
yang menceritakan Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula
mereka akan bersedih hati. Dan orang-orang
yang men-dustakan Ayat-ayat Kami dan dengan
takabur berpaling darinya, mereka
itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya (Al-A’rāf [7]:35-37).
Jadi, pada hakikatnya pengutusan Rasul Allah yang dijanjikan tersebut bukan saja merupakan peristiwa
“the Big Bang” (ledakan besar), tetapi juga merupakan pelaksanaan “Hari penghakiman” Allah Swt. di dunia ini di
kalangan umat beragama karena keadaan mereka telah seperti ratqan
(gumpalan), sehingga antara orang yang berama dan yang tidak beragama atau antara orang yang beriman dengan yang tidak
beriman sulit dibedakan lagi
karena akhlak dan ruhani mereka
telah rusak (QS.30:42-44).
Allah Swt. Sebagai “Pemilik Hari Pembalasan” adalah
“Hakim yang Paling Adil”
Kembali
kepada “Hari Penghisaban Amal” -- yang erat hubungannya dengan “hari penghakiman-Nya” -- Allah Swt. berfirman: وَ الۡوَزۡنُ یَوۡمَئِذِ ۣالۡحَقّ -- “dan timbangan
pada Hari itu adalah benar, فَمَنۡ ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ فَاُولٰٓئِکَ
ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ -- lalu barangsiapa berat timbangannya maka mereka itulah orang-orang yang berhasil.”
(Al-A’rāf
[7]:9). Lihat pula QS. 99:7-9; QS.101:7-12).
Bahasa yang
dipergunakan di sini majasi (secara kiasan). Benda-benda ditimbang dengan neraca yang terbuat
dari logam atau kayu, tetapi menimbang sesuatu yang bukan-benda
berarti menetapkan nilai atau bobot kepentingan yang sebenarnya,
firman-Nya:
یَوۡمَئِذٍ
یَّصۡدُرُ النَّاسُ اَشۡتَاتًا ۬ۙ
لِّیُرَوۡا اَعۡمَالَہُمۡ ؕ﴿﴾ فَمَنۡ
یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ خَیۡرًا یَّرَہٗ ؕ﴿﴾ وَ مَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ شَرًّا یَّرَہٗ ٪﴿﴾
Pada hari itu manusia akan keluar dalam golongan-golongan terpisah supaya kepada mereka dapat diperlihatkan amal mereka. فَمَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ
خَیۡرًا یَّرَہٗ -- Maka barangsiapa berbuat kebaikan seberat atom sekali pun ia akan melihat hasilnya, وَ مَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ شَرًّا یَّرَہٗ -- Dan barangsiapa berbuat keburukan seberat atom sekali
pun ia akan melihat hasilnya.
(Al-Zilzal
[99]:7-9).
Tidak
ada perbuatan manusia, baik ataupun buruk, akan terbuang percuma.
Tiap perbuatan harus dan memang ada akibatnya. (QS.17:14; QS.45:30; QS.69:20
& 26-27), firman-Nya lagi:
فَاَمَّا مَنۡ
ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ﴿﴾ فَہُوَ فِیۡ
عِیۡشَۃٍ رَّاضِیَۃٍ ؕ﴿﴾ وَ اَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ﴿﴾ فَاُمُّہٗ
ہَاوِیَۃٌ ؕ﴿﴾ وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ ﴿ؕ﴾ نَارٌ حَامِیَۃٌ ﴿٪﴾
Maka adapun
orang yang berat timbangan amalnya, maka ia di dalam kehidupan yang menyenangkan.
وَ اَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ -- Dan
adapun orang yang ringan timbangan amalnya
ۙ فَاُمُّہٗ ہَاوِیَۃٌ
-- maka ibunya
inangnya adalah Hāwiyah,
وَ مَاۤ
اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ -- dan
apakah engkau mengetahui apa Hāwiyah
itu? نَارٌ
حَامِیَۃٌ -- Yaitu api yang menyala-nyala! (Al-Qāri’ah
[101]:1-12).
Bila dipergunakan dalam hubungan dengan perorangan kata mawāzin (timbangan) berarti hasil perbuatannya, tetapi bila
dipergunakan dalam hubungan dengan suatu
bangsa kata itu bermakna sarana-sarana
kebendaan dan sumber-sumber daya.
Menurut istilah peperangan zaman mutakhir ini rupanya istilah “tonase” (ukuran
bobot) merupakan terjemahan tepat dari kata itu. Dalam pengertian terakhir,
ayat ini akan berarti bahwa suatu bangsa
yang sumber daya materinya (SDM & SDA) besar atau tonase kapal-kapal laut dan pesawat-pesawat
terbangnya berat, akan mengungguli
lawan-lawannya, dan kenyataan itu akan meningkatkan wibawa dan kekuasaannya
dan sebagai akibatnya menambah keba-hagiaannya.
Persamaan Fungsi “Neraka
Jahannam” dengan “Rahim Ibu”
Makna ayat: وَ اَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ -- Dan adapun orang yang
ringan timbangan amalnya ۙ
فَاُمُّہٗ ہَاوِیَۃٌ --
maka ibunya inangnya
adalah Hāwiyah, وَ مَاۤ
اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ -- dan apakah engkau mengetahui apa Hāwiyah itu? نَارٌ حَامِیَۃٌ -- Yaitu api yang menyala-nyala!” Hubungan orang-orang
berdosa dengan neraka akan serupa
dengan hubungan bayi dengan ibunya.
Seperti halnya mudighah (janin)
tumbuh melalui berbagai tingkat per-kembangan di dalam rahim ibu hingga pada akhimya ia lahir dalam bentuk manusia
utuh, demikian pulalah keadaan orang-orang
bersalah yang akan melalui berbagai tingkat siksaan batin dalam neraka
hingga pada akhirnya ruh mereka menjadi sama sekali bersih
dari noda dosa dan memperoleh kelahiran baru. Jadi, azab neraka itu dimaksudkan membuat
orang-orang jahat bertobat dari dosa-dosa mereka dan memperbaiki diri mereka sendiri. Menurut
pandangan Islam, neraka merupakan
suatu panti asuhan.
Dengan demikian terjawablah kedustaan tuduhan
orang-orang kafir terhadap Nabi
Besar Muhammad saw. dan Al-Quran
-- dalam firman-Nya berikut ini:
وَ قَالَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِنۡ ہٰذَاۤ اِلَّاۤ
اِفۡکُۨ افۡتَرٰىہُ وَ اَعَانَہٗ
عَلَیۡہِ قَوۡمٌ اٰخَرُوۡنَ ۚۛ فَقَدۡ جَآءُوۡ
ظُلۡمًا وَّ زُوۡرًا ۚ﴿ۛ﴾ وَ قَالُوۡۤا اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ اکۡتَتَبَہَا
فَہِیَ تُمۡلٰی عَلَیۡہِ بُکۡرَۃً وَّ اَصِیۡلًا﴿﴾ قُلۡ اَنۡزَلَہُ الَّذِیۡ یَعۡلَمُ السِّرَّ فِی
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّہٗ کَانَ
غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿﴾ وَ قَالُوۡا مَالِ ہٰذَا الرَّسُوۡلِ یَاۡکُلُ
الطَّعَامَ وَ یَمۡشِیۡ فِی الۡاَسۡوَاقِ
ؕ لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡہِ مَلَکٌ فَیَکُوۡنَ مَعَہٗ نَذِیۡرًا ۙ﴿﴾ اَوۡ یُلۡقٰۤی اِلَیۡہِ کَنۡزٌ اَوۡ تَکُوۡنُ لَہٗ
جَنَّۃٌ یَّاۡکُلُ مِنۡہَا ؕ وَ قَالَ الظّٰلِمُوۡنَ اِنۡ تَتَّبِعُوۡنَ اِلَّا
رَجُلًا مَّسۡحُوۡرًا ﴿﴾ اُنۡظُرۡ کَیۡفَ ضَرَبُوۡا لَکَ الۡاَمۡثَالَ
فَضَلُّوۡا فَلَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ سَبِیۡلًا ﴿٪﴾
Dan orang-orang
kafir berkata: “Al-Quran ini tidak lain melainkan kedustaan yang ia telah mengada-adakannya, dan
kepadanya kaum lain telah
membantunya.” Maka sungguh mereka
telah berbuat zalim dan dusta.
Dan mereka berkata: ”Al-Quran adalah dongengan-dongengan orang-orang
dahulu, dimintanya supaya dituliskan
lalu itu dibacakan kepadanya pagi
dan petang.” Katakanlah: ”Diturunkannya Al-Quran
oleh Dzat Yang mengetahui
rahasia seluruh langit dan bumi,
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,
Maha Penyayang.” Dan
mereka berkata: “Rasul macam apakah ini,
ia makan makanan dan berjalan
di pasar-pasar? Mengapa tidak
diturunkan malaikat kepadanya
supaya ia menjadi seorang pemberi
peringatan bersama-sama dengannya?“Atau hendaknya
diturunkan kepadanya khazanah atau ada
baginya kebun untuk makan darinya.” Dan
orang-orang yang zalim itu
berkata: ”Kamu tidak mengikuti melainkan seorang laki-laki yang kena sihir.” Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat tamsilan bagi engkau,
maka mereka telah sesat dan mereka tidak dapat menemukan jalan. (Al-Furqān
[25]:5-10).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 30 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar