Selasa, 07 Juli 2015

Nubuatan Dalam Surah Al-Lahab dan Surah Al-Humazah Mengenai Penyebab Timbulnya "Ketegangan Internasional" yang Berujung Meletusnya Rangkaian Perang Dunia





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 95

 Nubuatan Dalam Surah Al-Lahab dan Surah Al-Humazah Mengenai Penyebab Timbulnya Ketegangan Internasional yang Berujung  Meletusnya Rangkaian Perang Dunia

 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai berbagai makna ayat:  یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ  اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ  تَنۡفُذُوۡا مِنۡ  اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا  تَنۡفُذُوۡنَ  اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ  -- “Hai golongan jin dan ins (manusia)! Jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah, namun kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” (Ar-Rahmān [55]:34).
       Jadi, kata jin dan ins (manusia) tersebut merupakan sebutan  lain dari  Ats-tsaqalān dalam ayat  سَنَفۡرُغُ   لَکُمۡ  اَیُّہَ  الثَّقَلٰنِ  --  Segera Kami akan menghadapi kamu, hai dua golongan yang kuat “ berarti:  dua jenis barang yang berat (Lexicon Lane), atau “dua tangan  Abu Lahab”, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ؕ﴿﴾  تَبَّتۡ یَدَاۤ  اَبِیۡ  لَہَبٍ وَّ  تَبَّ ؕ﴿﴾  مَاۤ  اَغۡنٰی عَنۡہُ  مَالُہٗ  وَ  مَا کَسَبَ ؕ﴿﴾   سَیَصۡلٰی نَارًا ذَاتَ  لَہَبٍ ۚ﴿ۖ﴾   وَّ  امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ  الۡحَطَبِ ۚ﴿﴾  فِیۡ  جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. تَبَّتۡ یَدَاۤ  اَبِیۡ  لَہَبٍ وَّ  تَبَّ --      Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan binasalah dia!  مَاۤ  اَغۡنٰی عَنۡہُ  مَالُہٗ  وَ  مَا کَسَبَ  -- Sekali-kali tidak memberi manfaat kepadanya  hartanya dan apa yang dia usahakan. سَیَصۡلٰی نَارًا ذَاتَ  لَہَبٍ  --    Segera  ia akan masuk Api yang menyala-nyala.   وَّ  امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ  الۡحَطَبِ  --  Dan juga istrinya pemikul kayu bakar.  فِیۡ  جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ --   di leher istri-nya ada tali  yang dipintal  (Al-Lahab [111]:1-6). 

Nubuatan Dalam Surah Al-Lahab

    Abu Lahab (Bapak Nyala-Api) adalah julukan yang diberikan kepada ‘Abd-al-’Uzza paman  Nabi Besar Muhammad saw.   dan musuh bebuyutan serta penindas beliau saw. Ia disebut demikian, karena warna muka dan rambutnya kemerah-merahan, atau juga karena ia berdarah panas (pemarah).
    Surah ini mengingatkan kita kepada suatu peristiwa ketika  Besar Muhammad saw.  mula-mula sekali membuka tabligh Islam   setelah diperintahkan Allah  Swt. untuk mengumpulkan kaum kerabat beliau saw. (QS.26:215) dan menyampaikan Amanat Ilahi kepada mereka.
   Pada suatu hari  Besar Muhammad saw.   berdiri di Bukit Shafa dan memanggil berbagai kabilah Mekkah satu demi satu – kabilah-kabilah Luway, Murah, Kilāb dan Qushay – dan anggota keluarga-dekat beliau saw., dan mengatakan kepada mereka bahwa beliau saw. adalah utusan Allah, dan bahwa jika mereka tidak menerima seruan beliau saw. serta tidak meninggalkan adat kebiasaan jahat mereka, hukuman Allah  akan menimpa diri mereka.
    Belum juga  Besar Muhammad saw.  mengakhiri uraian (da’wah) beliau saw. tiba-tiba berdirilah Abu Lahab seraya berkata: “Binasalah engkau! Untuk inikah engkau memanggil kami berkumpul?” (Bukhari). Itulah asbabun- nuzul Surah Al-Lahab.
    Namun karena kitab suci Al-Quran bukan merupakan “kumpulan dongeng kaum purbakala” karena itu berbagai kisah dalam Al-Quran memiliki makna-makna lainnya yang sangat luas dan dalam  serta mengandung  berbagai nubuatan yang akan kembali terulang. Demikian pula hanya dengan Surah Al-Lahab  yang artinya “Nyala Api”.
      Jadi, julukan Abu Lahab atau  “Bapak Nyala Api”  dalam ayat: مَاۤ  اَغۡنٰی عَنۡہُ  مَالُہٗ  وَ  مَا کَسَبَ  -- Sekali-kali tidak memberi manfaat kepadanya  hartanya dan apa yang dia usahakan”, boleh jadi ditujukan khusus kepada ‘Abd-al-’Uzza paman  Nabi Besar Muhammad saw., atau kepada siapa pun dari musuh-musuh Islam yang berwatak panas darah.

Bangsa-bangsa Kristen dari Barat & Makna 2 Tangan Abu Lahab (Bapak Nyala Api)

    Lebih tepat lagi sebutan Abu Lahab atau  “Bapak Nyala Api”     dikenakan kepada bangsa-bangsa Barat di Akhir Zaman ini yang memiliki dan menguasai senjata-senjata api, atom dan nuklir. Suatu kelompok dari mereka sama sekali menyangkal adanya Tuhan yakni penganut faham Sosialisme  atau golongan  ins, sedangkan dan yang satu lagi menolak Tauhid Ilahi, penganut faham Kapitalisme yang disebut golongan jin, namun demikian kedua  golongan besar tersebut sama-sama memusuhi Islam.
    Dalam pengertian ini “kedua tangan” (yadā) berarti kedua kelompok itu, dan aya: تَبَّتۡ یَدَاۤ  اَبِیۡ  لَہَبٍ وَّ  تَبَّ --      Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan binasalah dia!”    mengandung arti, bahwa segala upaya dan persekongkolan rahasia musuh-musuh Islam -- terutama kedua golongan adikuasa Barat dengan satelit- satelitnya  -- akan gagal sama sekali dan semua rencana jahat mereka akan menjadi bumerang dan menghantam mereka sendiri; hati mereka akan terbakar oleh amarah demi dilihatnya Islam terus maju, sedangkan kekuasaan, kekayaan dan milik mereka sendiri kian menyusut dan binasa juga di hadapan mata kepala mereka sendiri, terutama setelah  terjadinya 2 Perang Dunia.
    Kata “hartanya”  dalam ayat: مَاۤ  اَغۡنٰی عَنۡہُ  مَالُہٗ  وَ  مَا کَسَبَ  -- Sekali-kali tidak memberi manfaat kepadanya  hartanya dan apa yang dia usahakan.  dapat berarti, kekayaan yang dihasilkan di negeri-negeri mereka sendiri, sedangkan makna “apa yang dia usahakan” dapat diartikan harta kekayaan yang ditimbun mereka dengan memeras bangsa-bangsa yang lebih lemah dan merampas kekayaan sumber-sumber daya alam (SDA) mereka itu, sebagaimana firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾   وَیۡلٌ   لِّکُلِّ ہُمَزَۃٍ   لُّمَزَۃِۣ  ۙ﴿﴾  الَّذِیۡ جَمَعَ  مَالًا  وَّ عَدَّدَہٗ ۙ﴿﴾  یَحۡسَبُ اَنَّ مَالَہٗۤ  اَخۡلَدَہٗ ۚ﴿﴾  کَلَّا  لَیُنۡۢبَذَنَّ فِی الۡحُطَمَۃِ ۫﴿ۖ﴾ وَ  مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا  الۡحُطَمَۃُ ؕ ﴿﴾  نَارُ اللّٰہِ الۡمُوۡقَدَۃُ ۙ﴿﴾  الَّتِیۡ  تَطَّلِعُ  عَلَی الۡاَفۡـِٕدَۃِ ؕ﴿﴾   اِنَّہَا عَلَیۡہِمۡ  مُّؤۡصَدَۃٌ  ۙ﴿﴾  فِیۡ  عَمَدٍ  مُّمَدَّدَۃٍ ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. وَیۡلٌ   لِّکُلِّ ہُمَزَۃٍ   لُّمَزَۃِۣ   --  Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, الَّذِیۡ جَمَعَ  مَالًا  وَّ عَدَّدَہٗ  -- yang mengumpulkan harta dan  menghitung-hitungnya, یَحۡسَبُ اَنَّ مَالَہٗۤ  اَخۡلَدَہٗ   --   ia mengira bahwa hartanya akan menjadikannya kekal. کَلَّا  لَیُنۡۢبَذَنَّ فِی الۡحُطَمَۃِ ۫  --   Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dicampakkan ke dalam Hutamah. وَ  مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا  الۡحُطَمَۃُ --   Dan tahukah engkau apakah  Hutamah itu? نَارُ اللّٰہِ الۡمُوۡقَدَۃُ  --    yaitu Api Allah yang dinyalakan yang  naik  sampai ke hati.  اِنَّہَا عَلَیۡہِمۡ  مُّؤۡصَدَۃٌ    -- Sesungguhnya api itu    ditutup rapat atas mereka,  فِیۡ  عَمَدٍ  مُّمَدَّدَۃٍ ٪  --   diikat pada tiang-tiang yang panjang   (Al-Humazah [104]:1-10).

Para Penghujat dan Pencela Agama Islam dan Nabi Besar Muhammad Saw. & Akibat  Buruk yang Menimpa Mereka

    Humazah berarti orang yang mencela orang lain di belakang, dan lumazah adalah orang yang mencela orang-orang lain di belakang maupun di depan mereka sendiri (Al-Aqrab-ul-Mawarid). Sebagai kebalikan dari dua sifat baik yang pokok -- yakni kebajikan (haq) dan kesabaran (shabr) -- yang tercantum  dalam Surah  Al-Ashr ayat 4 sebelumnya; maka dalam Surah Al-Humazah ini telah disebutkan dua sifat buruk yang membinasakan sendi-sendi segala keamanan dan keserasian tata hidup dalam masyarakat.
   Menurut Allah Swt. perbuatan-perbuatan mengumpat dan mencela yang dilakukan golongan Ahli Kitab – terutama terhadap ajaran Islam  mengenai pentingnya membelanjakan  harta di  jalan Allah  (QS.3:182; QS.5:65; QS.36:46) -- merupakan dua macam kejahatan pokok, yang karena itu apa yang disebut masyarakat beradab dewasa ini  sangat menderita, karena telah mengakibatkan ketegangan  di kalangan masyarakat -- termasuk masyarakat dunia  -- akibat   merebaknya sistem ekonomi berdasarkan riba (QS.2:276-279; QS.3:131; QS.4:162; QS.30:40).
    Sehubungan dengan hal tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:  الَّذِیۡ جَمَعَ  مَالًا  وَّ عَدَّدَہٗ  --   yang mengumpulkan harta dan  menghitung-hitungnya”, ayat ini merupakan suatu ulasan bernada sedih mengenai nafsu manusia ingin memperoleh kekayaan dunia. Penyembahan terhadap “dewi kekayaan” merupakan racun peradaban madiyah (kebendaan) di Akhir Zaman ini.
     Makna ayat selanjutnya:  یَحۡسَبُ اَنَّ مَالَہٗۤ  اَخۡلَدَہٗ   --   ia mengira bahwa hartanya akan menjadikannya kekal”, yakni orang atau bangsa yang kikir (bakhil) yang bernasib malang dengan tiada henti-hentinya mencari kekayaan dengan segala macam jalan – halal maupun haram – serta menimbun dan menumpuknya, merasa bangga karenanya, dan menahan diri dari membelanjakannya bagi tujuan-tujuan baik, dengan beranggapan bahwa cara ini akan melestarikannya dan menolong namanya agar tidak hapus dari ingatan orang dan membuat dirinya tetap sejahtera untuk selama-lamanya. Namun anggapan-anggapan demikian itu, amat keliru lagi salah.
     Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. menubuatkan  serta memperingatkan mereka mengenai  akibat buruk  yang akan mengakhiri kehidupan mereka di dunia, firman-Nya: کَلَّا  لَیُنۡۢبَذَنَّ فِی الۡحُطَمَۃِ ۫  -- Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dicampakkan ke dalam Hutamah.”
     Tidak ada penghinaan dan siksaan batin dirasakan oleh seseorang lebih pahit daripada menyaksikan suatu gerakan yang pernah ditentangnya mati-matian dengan segala daya-upaya dan berusaha memusnahkannya   -- dalam hal ini adalah ajaran Islam (Al-Quran) yang diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw.   --  namun  gerakan itu malah memperoleh kemajuan dan kemenangan di hadapan matanya sendiri.
   Siksaan batin yang membakar hati itulah yang dirasakan oleh para pemimpin Quraisy dan juga golongan Ahli Kitab (orang-orang Yahudi)  ketika mereka menyaksikan pohon Islam yang tadinya lemah itu, kini telah tumbuh di hadapan mereka sendiri menjadi besar, firman-Nya: وَ  مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا  الۡحُطَمَۃُ --   Dan tahukah engkau apakah  Hutamah itu? نَارُ اللّٰہِ الۡمُوۡقَدَۃُ  --    yaitu Api Allah yang dinyalakan,   yang  naik  sampai ke hati.” 
     Mengenai kata huthamah orang-orang Arab berkata, hathamat-hu al-sinnu, artinya “masa tuanya telah memporak-porandakannya” (Lexicon Lane). Selanjutnya Allah Swt. berfirman: اِنَّہَا عَلَیۡہِمۡ  مُّؤۡصَدَۃٌ    -- Sesungguhnya api itu    ditutup rapat  atas mereka”,  yakni pengalaman membuktikan bahwa  kesangatan panas api yang terkurung itu kian bertambah panas beberapa kali lipat.

Reaktor Nuklir & Senjata Pemusnah Masal

   Lebih lanjut  Allah Swt.  berfirman:  فِیۡ  عَمَدٍ  مُّمَدَّدَۃٍ ٪  --   diikat pada tiang-tiang yang panjang     Yang dimaksud dengan “tiang-tiang yang panjang” itu ialah kebiasaan-kebiasaan buruk, adat-istiadat tidak baik yang tidak membiarkan orang-orang kafir menyesuaikan kehidupan mereka dengan ukuran-ukuran dan nilai-nilai yang sempurna.
    Makna lain “tiang-tiang yang panjang” dalam ayat: فِیۡ  عَمَدٍ  مُّمَدَّدَۃٍ ٪  --   diikat pada tiang-tiang yang panjang  dapat mengisyaratkan kepada reaktor-reaktor nuklir   atau pun pembuatan  bom-bom nuklir atau peluru-peluru kendali berhulu ledak nuklir   dan semacamnya, yang untuk mengembangkan kemutakhiran  senjata-senjata pemusnah masal tersebut memerlukan  biaya yang sangat besar, namun semuanya itu akan berbalik menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi mereka sendiri,  sesuai  dengan  nubutan dan peringatan Allah Swt. dalam Surah Al-Lahab:     
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ؕ﴿﴾  تَبَّتۡ یَدَاۤ  اَبِیۡ  لَہَبٍ وَّ  تَبَّ ؕ﴿﴾  مَاۤ  اَغۡنٰی عَنۡہُ  مَالُہٗ  وَ  مَا کَسَبَ ؕ﴿﴾   سَیَصۡلٰی نَارًا ذَاتَ  لَہَبٍ ۚ﴿ۖ﴾   وَّ  امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ  الۡحَطَبِ ۚ﴿﴾  فِیۡ  جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. تَبَّتۡ یَدَاۤ  اَبِیۡ  لَہَبٍ وَّ  تَبَّ --      Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan binasalah dia!  مَاۤ  اَغۡنٰی عَنۡہُ  مَالُہٗ  وَ  مَا کَسَبَ  -- Sekali-kali tidak memberi manfaat kepadanya  hartanya dan apa yang dia usahakan. سَیَصۡلٰی نَارًا ذَاتَ  لَہَبٍ  --    Segera  ia akan masuk Api yang menyala-nyala.   وَّ  امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ  الۡحَطَبِ  --  Dan juga istrinya pemikul kayu bakar.  فِیۡ  جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ --   di leher istri-nya ada tali  yang dipintal  (Al-Lahab [111]:1-6). 
  Ungkapan, Abu Lahab (bapak nyata api) dapat berarti pula orang yang menciptakan barang-barang yang mengeluarkan api serta nyala, atau orang yang dirinya sendiri termakan nyala api. Dalam pengertian terakhir, ayat ini dapat ditafsirkan meramalkan (menubuatkan)  kebinasaan dua blok politik besar di Akhir Zaman ini disebabkan oleh senjata-senjata api mereka sendiri, seperti bom atom dan senjata nuklir lainnya.

Makna “Istri Abu Lahab” di Akhir Zaman

   Ayat  تَبَّتۡ یَدَاۤ  اَبِیۡ  لَہَبٍ وَّ  تَبَّ    ”binasalah kedua tangan Abu Lahab dan binasalah dia!”  ini menunjukkan bahwa hari perhitungan bagi bangsa-bangsa itu, sudah tidak jauh lagi, sebagaimana dikemukakan juga dalam dalam Surah Ar-Rahmān dan Surah Al-Ma’arīj  (QS.18:33-45 & 92-102; QS.20:106-112; QS.55:34-46; QS.70:1-19).  
    Isyarat dalam ayat selanjutnya:   وَّ  امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ  الۡحَطَبِ  --  Dan juga istrinya pemikul kayu bakar.  فِیۡ  جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ --   di leher istri-nya ada tali  yang dipintal  (Al-Lahab [111]:5-6), dari segi asbabun-nuzulnya   rupanya tertuju kepada istri Abu Lahab, Ummi Jamil, yang pernah menaburi jalan yang dilalui  Nabi Besar Muhammad saw.  dengan duri dan biasa jalan kian kemari menabur-naburkan fitnah terhadap Nabi Besar Muhammad saw.; hathab berarti juga fitnah (Lexicon Lane).
    Ayat ini dapat juga dikenakan kepada orang-orang di kalangan golongan Ahli Kitab  yang hingga saat ini pun mereka terus menerus yang menabur-naburkan fitnah dan tuduhan-tuduhan palsu terhadap kesempurnaan ajaran Islam  (Al-Quran) dan terhadap  kesucian akhlak dan ruhani Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:22; QS.68:5).
Makna lain dari ayat: فِیۡ  جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ --   di leher istri-nya ada tali  yang dipintal”, bahwa sekalipun nampaknya merdeka namun bangsa-bangsa  yang disebut sebagai “kedua tangan Abu Lahab” (bapak nyala api) tersebut akan demikian amat terikatnya pada ideologi-ideologi dan sistem-sistem politik masing-masing, sehingga mereka tidak akan dapat melepaskan diri dari belenggu ideologi dan sistem mereka itu.
    Atau, seperti Ummi Jami --  istri Abu Lahab   --  yang konon telah tercekik lehernya oleh tali yang justru dengan tali itu pula ia mengikat dan membawa kayu bakar, demikian pula bangsa-bangsa itu akan binasa oleh alat-alatnya sendiri yang dengan alat-alat itu mereka berusaha membinasakan bangsa-bangsa lain.
    Dari uraian mengenai Surah  Al-Lahab dan Al-Humazah tersebut terbukti bahwa Al-Quran bukanlah kumpulan “dongeng-dongeng kaum purbakala” (QS.6:26; QS.8:32;  QS.16:25; QS.23:83; QS.25:6; QS.27:69; QS.46:17;8; QS.68:16;  QS.83:14).

Meletusnya Rangkaian Perang Dunia  dan Akibatnya yang Sangat Mengerikan

   Kembali kepada pembahasan Surah Al-Rahmān, makna ayat selanjutnya:  یُرۡسَلُ عَلَیۡکُمَا شُوَاظٌ مِّنۡ نَّارٍ ۬ۙ وَّ نُحَاسٌ فَلَا  تَنۡتَصِرٰنِ  -- “akan dikirimkan kepada kamu berdua nyala api, dan leburan tembaga, lalu kamu berdua tidak akan dapat menolong diri sendiri”, peringatan Allah Swt. dalam   ini menunjuk kepada azab paling dahsyat lagi menakutkan, yang akan menimpa kedua blok yang bermusuhan itu.
   Dunia rupa-rupanya berdiri di tepi jurang api yang berkobar-kobar dengan dahsyatnya dan nyala apinya mengancam akan menghanguskan seluruh peradaban manusia, yaitu meletusnya rangkaian perang Dunia.  Betapa jelasnya gambaran tentang azab yang diancamkan dalam ayat selanjutnya:  فَاِذَا  انۡشَقَّتِ السَّمَآءُ  فَکَانَتۡ وَرۡدَۃً کَالدِّہَانِ -- “Dan ketika langit terbelah dan menjadi merah bagaikan kulit merah.”  
  Ledakan-ledakan dahsyat senjata pemusnah masal  berupa bom hidrogen atau pun senjata nuklir  akan mengakibatkan sempurnanya gambaran  yang sangat mengerikan dalam firman Allah Swt. tersebut. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:  فَیَوۡمَئِذٍ لَّا یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذَنۡۢبِہٖۤ  اِنۡسٌ وَّ لَا  جَآنٌّ -- “Pada hari itu tidak akan ditanya dosa  ins (manusia)  dan tidak pula  jin”.  
  Yakni amal-amal buruk orang-orang durhaka akan tertera pada wajah mereka, sehingga mereka tidak akan ditanya lagi mengenai apakah mereka telah melakukan kedurhakaan atau tidak.  Sebagaimana diisyaratkan juga  pada tempat lain dalam Al-Quran bahwa  anggota-anggota tubuh   – termasuk kulit   -- orang-orang kafir itu sendiri akan menjadi saksi atas mereka (QS.41:21).
   Bukan hanya sekedar menjadi saksi, tetapi seluruh komponen tubuh manusia tersebut akan merasakan akibat buruk dari azab Ilahi yang menimpa mereka, sebagaimana  dikemukakan mengenai neraka Saqar sebelum ini,   firman-Nya:    سَاُصۡلِیۡہِ سَقَرَ  -- Segera Aku memasukkannya ke neraka  Saqar. وَ  مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا سَقَرُ  --  Dan apakah yang engkau ketahui apa Saqar itu? لَا  تُبۡقِیۡ  وَ لَا  تَذَرُ   -- Tidak ada yang dia sisakan  dan tidak ada yang dia tinggalkan. لَوَّاحَۃٌ  لِّلۡبَشَرِ  --  Api itu menghanguskan  kulit manusia  (Al-Muddatstsīr [74]:32). 
     Nampaknya, penyebutan 19 malaikat penjaga “neraka Saqar  pun memiliki hubungan  dengan saat  terjadinya dua kali Perang Dunia yang menimpa golongan Kapitalisme dan Sosialisme  yakni pada abad 19 Masehi, firman-Nya: سَاُصۡلِیۡہِ سَقَرَ -- Segera Aku memasukkannya ke neraka  Saqar.  Dan apakah yang engkau ketahui apa Saqar itu? لَا  تُبۡقِیۡ  وَ لَا  تَذَرُ   -- Tidak ada yang dia sisakan  dan tidak ada yang dia tinggalkan. لَوَّاحَۃٌ  لِّلۡبَشَرِ  --  Api itu menghanguskan  kulit manusia.  عَلَیۡہَا تِسۡعَۃَ عَشَرَ --   Di atasnya ada sembilan belas malaikat. وَ مَا جَعَلۡنَاۤ  اَصۡحٰبَ النَّارِ  اِلَّا مَلٰٓئِکَۃً  --  Dan Kami sekali-kali tidak menjadikan penjaga-penjaga Api melainkan malaikat,  وَّ مَا جَعَلۡنَا عِدَّتَہُمۡ  اِلَّا فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا  -- dan Kami sekali-kali tidak menetapkan bilangan mereka melainkan sebagai cobaan bagi orang-orang kafir,  لِیَسۡتَیۡقِنَ  الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ وَ یَزۡدَادَ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِیۡمَانًا --  supaya yakin orang-orang yang telah diberi Kitab dan bertambah keimanan orang-orang yang beriman, dan tidak ragu-ragu orang-orang yang diberi Kitab dan orang-orang beriman, وَ لِیَقُوۡلَ الَّذِیۡنَ  فِیۡ  قُلُوۡبِہِمۡ  مَّرَضٌ وَّ الۡکٰفِرُوۡنَ -- dan supaya berkata orang-orang yang dalam hati mereka ada penyakit dan orang-orang kafir:  مَاذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ  بِہٰذَا  مَثَلًا   -- “Apakah yang dikehendaki Allah dengan  misal (perumpamaan)  semacam ini?”  کَذٰلِکَ یُضِلُّ  اللّٰہُ  مَنۡ یَّشَآءُ  وَ  یَہۡدِیۡ  مَنۡ یَّشَآءُ -- Demikianlah Allah menyesatkan  siapa yang Dia kehendaki, dan Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.  وَ مَا یَعۡلَمُ جُنُوۡدَ  رَبِّکَ اِلَّا ہُوَ ؕ   --   Dan sekali-kali tidak ada yang mengetahui lasykar-lasykar Rabb (Tuhan) engkau selain Dia. وَ مَا ہِیَ  اِلَّا  ذِکۡرٰی لِلۡبَشَرِ  --  Dan tidaklah Al-Quran itu melainkan nasihat bagi manusia. (Al-Muddatstsīr [74]:27-32). 

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 7  Juli  2015      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar