Senin, 20 Juli 2015

Cara Allah Swt. Mengabadikan "Kehidupan Ruhani" Nabi Besar Muhammad Saw. dan "Memelihara" Keabadian Ajaran Al-Quran Sebagai Kitab Suci Terakhir dan Tersempurna

                                                                                                              
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 102  

Cara Allah Swt. Mengabadikan Kehidupan Ruhani Nabi Besar Muhammad Saw. dan Memelihara Keabadian Ajaran Al-Quran Sebagai Kitab Suci Terakhir dan Tersempurna
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai firman Allah Swt. sehubungan  makna kata shadda (yashuddu) yang  berarti: ia menghalangi dia dari sesuatu, dan shadda (yashiddu) berarti: ia mengajukan sanggahan (protes) (Al-Aqrab-ul-Mawarid), Dia berfirman:
 وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ  مَثَلًا  اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ  یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾  وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ  لَکَ  اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿﴾  اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ  مَثَلًا   لِّبَنِیۡۤ   اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ﴾
Dan apabila   Ibnu Maryam dikemukakan  sebagai misal (perumpamaan)  اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ  یَصِدُّوۡنَ  -- tiba-tiba kaum engkau meneriakkan  penentangan  terhadapnya, وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ  --   dan mereka berkata: "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?"  مَا ضَرَبُوۡہُ  لَکَ  اِلَّا جَدَلًا -- Mereka tidak menyebutkan hal itu kepada engkau melainkan perbantahan semata.  بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ -- Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantahاِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ  مَثَلًا   لِّبَنِیۡۤ   اِسۡرَآءِیۡلَ --   Ia tidak lain melainkan seorang hamba yang telah Kami  anugerahi nikmat kepadanya, dan Kami menjadikan dia suatu perumpamaan  bagi Bani Israil  (Az-Zukhruf [43]:58-60).

Kedatangan Rasul Akhir Zaman Sebagai Mitsal  Kedua Kali Para Rasul Allah

         Kedatangan Al-Masih a.s.   --     yakni Nabi Isa Ibnu  Maryam a.s.  yang dilahirkan tanpa ayah   -- adalah tanda bahwa orang-orang Yahudi akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan kenabian untuk selama-lamanya,   karena itu  Rasul Allah terakhir yang dibangkitkan di kalangan Bani Israil ibunya merangkap sebagai ayahnya  karena itu beliau disebut Isa Ibnu Maryam (Isa anak Maryam), suatu hal yang tidak lazim,  benar-benar merupakan satu bentuk “penghinaan” Allah Swt. terhadap kaum laki-laki Bani Israil atau  kaum Yahudi.
       Karena matsal berarti sesuatu yang semacam dengan atau sejenis dengan yang lain (QS.6:39), ayat ini di samping arti yang diberikan dalam ayat ini, dapat pula berarti bahwa bila kaum  Nabi Besar Muhammad saw. -- yaitu kaum Muslimin — diberitahu bahwa orang lain seperti dan merupakan sesama (misal/seperti) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  akan dibangkitkan di antara mereka  di Akhir Zaman ini (QS.62:3-5) untuk memperbaharui mereka dan mengembalikan kejayaan ruhani mereka yang telah hilang (QS.61:10).
      Tetapi   mereka bukannya bergembira atas kabar gembira itu malah mereka berteriak  mengajukan protes (yashiddūn),  padahal Allah Swt. dalam Al-Quran memerintahkan agar umat Islam bersikap seperti  para hawari (pengikut) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  di masa awal, bukan bersikap buruk seperti para pemuka kaum Yahudi yang berusaha membunuh beliau melalui penyaliban (QS.4:158-159), firman-Nya:

یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا  اَنۡصَارَ اللّٰہِ   کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ  اَنۡصَارِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ  فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ  مِّنۡۢ  بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ وَ کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong Allah  کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ    --  sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada  pengikut-pengikutnya,  مَنۡ  اَنۡصَارِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ -- “Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?” قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ    --  Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong Allah.”  فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ  مِّنۡۢ  بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ وَ کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ  -- Maka segolongan dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan lagi kafir,  فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ  -- kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka menjadi  orang-orang yang menang  (Ash-Shaf [61]:15).
      Dari ketiga golongan agama di antara kaum Yahudi, yang terhadap mereka Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  menyampaikan tablighnya – kaum Parisi, kaum Saduki, dan kaum Essenes – Nabi Isa Ibnu Maryam  termasuk golongan  kaum Essenes, sebelum beliau diutus sebagai rasul Allah terakhir di kalangan Bani Israil.
     Kaum Essenes adalah kaum yang sangat bertakwa, hidup jauh dari kesibukan dan keramaian dunia, dan melewatkan waktu mereka dalam berzikir dan berdoa, dan berbakti kepada sesama manusia. Dari kaum inilah berasal bagian besar dari para pengikut beliau di masa permulaan (“The Dead Sea Community,” oleh Kurt Schubert, dan “The Crucifixion by an Eye-Witness”). Mereka disebut “Para Penolong” oleh Eusephus.
   Kata-kata penutup Surah  Ash-Shaf ini sungguh sarat dengan nubuatan. Sepanjang zaman para pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam telah menikmati kekuatan dan kekuasaan atas musuh abadi mereka – kaum Yahudi. Mereka telah menegakkan dan memerintah kerajaan-kerajaan luas dan perkasa, sedang kaum Yahudi tetap merupakan kaum yang cerai-berai sehingga mendapat julukan “the Wandering Jew” (“Yahudi Pengembara”).
      Jadi,   Surah Az-Zukhruf ayat 58-60   dapat dianggap mengisyaratkan kepada kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   untuk kedua kalinya di Akhir Zaman ini  yakni Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s. ,yang atas perintah Allah Swt. beliau bukan saja telah mendakwakan  diri sebagai Al-Masih Mau’ud a.s., tetapi juga sebagai para Rasul Allah yang kedatangannya ditunggu-tunggu pula oleh umat beragama lainnya dengan nama yang berlainan, seakan-akan dalam wujud beliau para rasul Allah yang pernah diutus kepada kaum-kaum purbakala telah dibangkitkan lagi.
       Mengapa demikian? Sebab  di Akhir Zaman ini pun berbagai macam  perbuatan buruk yang pernah dilakukan   kaum-kaum purbakala kembali marak terjad,  seakan-akan   kaum-kaum purbakala  itu  kembali dibangkitkan­, firman-Nya:
وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾  لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾  لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾  وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾  اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ  ﴿ؕ﴾  ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾  
Dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan.    Hingga hari apakah ditangguhkan?   لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ   -- Hingga Hari Keputusan.     Dan apa yang engkau ketahui mengenai Hari Keputusan itu?    وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ -- Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.  اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ    -- Tidakkah Kami telah  membi-nasakan kaum-kaum dahulu? ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ  --   Kemudian Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ   --  Demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa.  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ  --    Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalāt [77]:12-19).

Dua Kali Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw.

    Makna ayat  وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ     --  “Dan apabila rasul-rasul didatangkan  pada waktu yang ditentukan.” Yaitu zaman – yakni di Akhir Zaman ini   --    ketika seorang pembaharu samawi datang dengan kekuatan dan jiwa rasul-rasul Allah serta seolah-olah memakai jubah-jubah kenabian mereka karena itu beliau disebut matsil (misal/perumpamaan) dari para Rasul Allah tersebut, termasuk sebagai misal  kedatangan kedua kali secara ruhani Nabi Besar Muhammad saw. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mere-ka Tanda-tanda-Nya, dan   mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ --  walaupun sebelumnya mereka berada dalam ke-sesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ    --   Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ    --  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar  (Al-Jumu’ah [62]:3-5). 
   Makna ayat 3, babwa tugas suci Nabi Besar Muhamad saw. meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut dalam ayat ini. Tugas agung dan mulia itulah yang dipercayakan kepada beliau saw., sebab untuk kedatangan beliau saw. di tengah-tengah orang-orang Arab  yang buta huruf itu leluhur beliau saw., Nabi Ibrahim a.s.   telah memanjatkan doa beberapa ribu tahun yang lampau ketika dengan disertai putranya, Nabi Isma’il a.s., beliau mendirikan (meninggikan) dasar (pondasi) Ka’bah (QS.2:128-130).
   Pada hakikatnya tidak ada Pembaharu ruhani  yakni rasul Allah dapat benar-benar berhasil dalam misi sucinya bila ia tidak menyiapkan   -- dengan contoh mulia (suri-teladan terbaik) dan quat-qudsiahnya (daya pensuciannya)   --  suatu jemaat yang pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafah, arti, dan kepentingan cita-cita serta asas-asas ajarannya itu,  kemudian beliau saw.  mengirimkan pengikut-pengikutnya yang demikian itu ke luar negeri untuk mendakwahkan ajaran itu kepada bangsa lain.
   Didikan (ta’lim dan tarbiyat) yang Nabi Besar Muhammad saw.  berikan kepada para pengikut beliau saw.  di kalangan bangsa Arab di masa awal tersebut memperluas dan mempertajam kecerdasan mereka, dan filsafah ajaran beliau menimbulkan dalam diri mereka keyakinan iman, dan contoh mulia beliau saw. menciptakan di dalam diri mereka kesucian hati.
     Kenyataan-dasar agama itulah yang diisyaratkan oleh ayat ini:  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ -- yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, dan   mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah,” sehingga mereka yang tadinya berada dalam kesesatan yang nyata  --  atau sebagai kaum yang paling jahiliyah   -- mereka hanya dalam waktru 23 tahun saja telah berubah menjadi khayra ummah (umat terbaik) yang dijadikan bagi kemanfaatan seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111), itulah makna ayat: وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ --  walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.

Keabadian Ajaran Islam (Al-Quran)
  
     Memang benar, sebagaimana halnya dengan para Rasul Allah  semuanya   --tanpa kecuali – telah wafat, demikian pula halnya Nabi Besar Muhammad saw. pun secara jasmani   beliau saw. telah wafat (QS.3:145; QS.21:35-36).  Tetapi  berbeda dengan kewafatan jasmani para Rasul Allah sebelumnya, kewafatan jasmani  Nabi Besar Muhammad saw. tidak disertai dengan kewafatan ruhani.
   Mengepa demikian? Sebab Allah Swt. telah berjanji  bahwa Dia akan tetap memelihara kelestarian Al-Quran, baik secara fisik (tulisan) maupun secara ruhani  (QS.15:10), salah satu cara   Allah Swt. melestarikan kehidupan ruhani Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran  adalah dengan mengutus Rasul Akhir Zaman,  yang bukan saja merupakan putra ruhani terbesar, tetapi  juga merupakan pengutusan kedua kali beliau saw. secara ruhani, sebagaimana diisyaratkan dalam ayat selanjutnya: وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ    --   Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.” (QS.62:4).
    Karena Nabi Besar Muhammad saw. adalah Rasul Allah untuk seluruh umat manusia (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29) maka ajaran  Nabi Besar Muhammad saw. -- yakni Al-Quran   --   ditujukan bukan  hanya kepada bangsa Arab saja,  yang di tengah-tengah bangsa itu beliau saw. dibangkitkan (QS.62:3), melainkan juga  untuk  seluruh bangsa bukan-Arab juga;  dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau  saw., melainkan juga kepada keturunan (generasi) demi keturunan manusia yang akan datang hingga Kiamat.
    Atau ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ    --   “dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka” (QS.62:4)  ini dapat juga berarti, bahwa Nabi Besar Muhammad saw. akan dibangkitkan di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam para pengikut semasa hidup beliau  saw..  Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadits Nabi Besar Muhammad saw. yang termasyhur, tertuju kepada pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.   untuk kedua kali dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s.  di Akhir Zaman ini.

Kemuliaan Ruhani  Salman Al-Farsi r.a. dan  Bilal r.a.

   Sehubungan dengan hal tersebut  Abu Hurairah r.a.  berkata: “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw.,  ketika Surah Al-Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada Rasulullah saw.: “Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ   --  Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?” – Ketika itu Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami.
   Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Rasulullah saw. meletakkan tangan beliau pada Salman dan bersabda: “Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari). Hadits Nabi saw. ini menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi, yang akan mengembalikan “keimanan  yang terbang ke bintang Tsurayya”, sebagaimana firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ  اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung (As-Sajdah [32]:6).
    Berkenaan dengan Salman Al-Farsi r.a., sekali pun ia berkebangsaan Farsi  tetapi Nabi Besar Muhammad saw., bukan sekedar telah “mempersaudarakan” beliau dengan Abu Darda r.a. (Uwaimir bin Zaid bin Qais), tetapi juga telah bersabda bahwa, “Salman termasuk Ahli Bait” – sabda yang memilik makna ruhani yang sangat dalam.   Leluhur Al-Masih Mau’ud a.s., Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah,  adalah dari keturunan Parsi, yang kemudian di wilayah Hindustan terkenal dengan sebutan Dinasti Mughal.
   Hadits Nabi Besar Muhammad saw. lainnya menyebutkan bahwa kedatangan Al-Masih  Mau’ud a.s. itu pada saat ketika tidak ada yang tertinggal di dalam Al-Quran kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, yaitu, jiwa ajaran Islam yang sejati akan lenyap (Baihaqi).
    Jadi, Al-Quran dan hadits kedua-duanya sepakat bahwa ayat ini menunjuk kepada kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. dalam wujud   Al-Masih Mau’ud  a.s., yang sekaligus merupakan kedatangan kedua kali secara ruhani para Rasul Allah yang ditunggu-tunggu oleh para pengikut agama-agama lainnya.
   Menurut Allah Swt. semua itu terjadi semata-mata: ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ   --  “Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”  (Al-Jumu’ah [62]:5).  Demikian juga orang-orang yang  beriman kepada Rasul Akhir Zaman pun  adalah semata-mata karena mereka mendapat fadhal (karunia) Allah Swt..
    Abu Jahal, Abu Lahab serta tokoh-tokoh kaum Quraisy Mekkah lainnya bukan saja  sebangsa  dengan Nabi Besar Muhammad saw., bahkan mereka itu merupakan kerabat dekat beliau saw..Sebaliknya Salman Al-Farsi  r.a. dan Bilal r.a.  adalah  Non-Arab, tetapi yang mendapat fadhilah (karunia)  beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. serta yang mendapat kemuliaan dari Allah Swt. adalah kedua orang Non-Arab tersebut, sebagaimana firman-Nya sebelum ini:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mere-ka Tanda-tanda-Nya, dan   mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ --  walaupun sebelumnya mereka berada dalam ke-sesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ    --   Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ    --  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar  (Al-Jumu’ah [62]:3-5). 

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,17 Juli  2015      


                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar