بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 93
Doa Para Rasul Allah Diabadikan Dalam Al-Quran Sebagai
Bukti Allah Swt. Adalah Tuhan Yang Maha Berbicara dan Maha
Pengabul Doa & Akhir Ketakaburan
Walid bin Mughirah
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai jaminan khusus Allah Swt. terhadap kota Mekkah -- yang di dalamnya
terdapat Ka’bah (Baitullah) – dalam firman-Nya berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ لِاِیۡلٰفِ قُرَیۡشٍ ۙ﴿﴾ اٖلٰفِہِمۡ
رِحۡلَۃَ الشِّتَآءِ وَ الصَّیۡفِ ۚ﴿﴾ فَلۡیَعۡبُدُوۡا
رَبَّ ہٰذَا الۡبَیۡتِ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡۤ
اَطۡعَمَہُمۡ مِّنۡ جُوۡعٍ ۬ۙ وَّ
اٰمَنَہُمۡ مِّنۡ خَوۡفٍ ٪﴿﴾
Aku baca
dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
Tuhan
engkau membinasakan para pemilik gajah untuk melekatkan hati orang-orang
Quraisy. Untuk melekatkan
kecintaan mereka pada perjalanan di musim dingin dan musim panas. Maka sebagai tanda syukur hendaklah mereka menyembah Rabb (Tuhan) Pemilik Rumah ini, Yang telah memberi mereka makan di waktu lapar dan telah memberi mereka keamanan di waktu ketakutan (Al-Quraisy [106]:1-5).
Tujuan Pembinasaan
Abrahah dan Tentara Gajahnya
Ada penjelasan lain mengenai ayat ini,
barangkali lebih cocok dalam hubungan ini yang kira-kira sebagai berikut: “Hai
Muhammad, Rabb (Tuhan) engkau telah membinasakan
para pemilik gajah supaya hati orang-orang Quraisy melekat pada kegemaran mereka berkelana bebas bagi mereka.”
Penjelasan ini sangat dapat diterima oleh
akal, sebab seandainya Abraha tidak dibinasakan Allah Swt. niscaya orang-orang Quraisy tidak akan suka
bepergian ke tempat-tempat itu, dan perjalanan-perjalanan
niaga mereka pun tidak akan aman.
Jadi, kebinasaan
Abraha selain membuka jalan untuk perjalanan-perjalanan
niaga bagi kaum Quraisy, juga Ka’bah
nampak lebih suci dan lebih keramat lagi dalam pandangan orang-orang Arab, tempat yang bagi
mereka sebelumnya pun telah merupakan tempat
ziarah berbagai bangsa Arab di sekitarnya. Adanya para peziarah ke Ka’bah tersebut pada
gilirannya menambah dorongan kepada peningkatan perdagangan (ekonomi) kaum
Quraisy.
Ayat ini dapat pula berarti, “Tuhan engkau menghancurkan para pemilik
gajah sebagai tindak pemeliharaan bagi kaum Quraisy.” Orang-orang Quraisy dianugerahi jaminan keselamatan dan kebebasan dari ketakutan, sedang keadaan sekitar
mereka seluruhnya dicekam oleb rasa
ketakutan dan ketidak-amanan.
Di samping itu,
sepanjang tahun mereka mempunyai persediaan
segala macam buah-buahan dan makanan. Kesemuanya itu bukan hanya secara kebetulan belaka, benarlah firman-Nya:
اَوَ لَمۡ یَرَوۡا
اَنَّا جَعَلۡنَا حَرَمًا اٰمِنًا وَّ یُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنۡ حَوۡلِہِمۡ ؕ
اَفَبِالۡبَاطِلِ یُؤۡمِنُوۡنَ وَ بِنِعۡمَۃِ اللّٰہِ یَکۡفُرُوۡنَ ﴿﴾
Apakah mereka
tidak melihat bahwa Kami telah
menjadikan tanah suci Mekkah aman,
sedangkan manusia direnggut dari sekeliling mereka di luar Mekkah?
Maka apakah mereka akan beriman kepada yang batil
dan ingkar kepada nikmat Allah? (Al-Ankabūt [29]:68).
Ayat
ini merupakan kesaksian yang kekal
mengenai Ka’bah, sebagai rumah suci milik Allah Sendiri. Semenjak Islam lahir, ketika dinyatakan olehnya bahwa Ka’bah
menjadi kiblat yang kekal bagi umat manusia, dan bahkan di zaman jahiliah ketika orang-orang Arab waktu itu tidak
mempunyai rasa hormat terhadap jiwa manusia, wilayah itu disebut haram
(suci) dan daerah sekitar Ka’bah tetap
merupakan tempat yang aman sentosa.
Kalau di lingkungan luar Ka’bah tidak
ada keamanan, maka kesamaan dan
kedamaian sempurna bertakhta di
dalamnya, yakni di Mekkah.
Hal demikian itu sesuai dengan rencana Ilahi dan memenuhi nubuatan, yang disampaikan oleh Nabi
Ibrahim a.s. 2.500 tahun yang
telah silam (QS.2:127, 130 dan QS.14:36, 38) sehubungan dengan kemunculan Nabi Besar Muhammad saw., seorang Rasul Allah untuk seluruh umat manusia (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29), yang membawa syariat terakhir dan tersempurna (QS.5:4).
Tidak Mensyukuri Keterkabulan Doa Nabi Ibrahim a.s.
Surah Al-Fīl
dan Surah Al-Quraisy memberikan
pengertian kepada kaum Quraisy akan
kesalahan sikap ketidak-bersyukuran
mereka, dengan memberitahukan, bahwa mereka telah memilih penyembahan kepada tuhan-tuhan
(berhala-berhala) terbuat dari kayu
dan batu, daripada menyembah kepada Allah Swt., Tuhan
Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang,
Yang telah menganugerahkan kepada mereka karunia-karunia
besar dan jaminan keamanan, keselamatan dan dari ketakutan
serta kelaparan.
Mereka bukan saja sangat tidak bersyukur kepada Allah Swt.
tetapi juga tidak bersyukur
kepada Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s., dua orang leluhur
mereka yang telah berdoa secara
khusus di lembah Bakkah (Mekkah-
QS.3:97-98), firman-Nya:
وَ اِذۡ
قَالَ اِبۡرٰہِیۡمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا الۡبَلَدَ اٰمِنًا وَّ اجۡنُبۡنِیۡ وَ بَنِیَّ اَنۡ نَّعۡبُدَ الۡاَصۡنَامَ ﴿ؕ ﴾ رَبِّ اِنَّہُنَّ اَضۡلَلۡنَ کَثِیۡرًا مِّنَ النَّاسِ ۚ فَمَنۡ تَبِعَنِیۡ
فَاِنَّہٗ مِنِّیۡ ۚ وَ مَنۡ عَصَانِیۡ
فَاِنَّکَ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿ ﴾ رَبَّنَاۤ اِنِّیۡۤ
اَسۡکَنۡتُ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ بِوَادٍ غَیۡرِ ذِیۡ
زَرۡعٍ عِنۡدَ بَیۡتِکَ الۡمُحَرَّمِ ۙ رَبَّنَا لِیُـقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ فَاجۡعَلۡ اَفۡئِدَۃً مِّنَ النَّاسِ تَہۡوِیۡۤ اِلَیۡہِمۡ وَارۡ
زُقۡہُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ ﴿ ﴾ رَبَّنَاۤ
اِنَّکَ تَعۡلَمُ مَا نُخۡفِیۡ وَ مَا نُعۡلِنُ ؕ وَ مَا یَخۡفٰی عَلَی
اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ فِی الۡاَرۡضِ وَ
لَا فِی
السَّمَآءِ ﴿ ﴾ اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ
الَّذِیۡ وَہَبَ لِیۡ عَلَی الۡکِبَرِ
اِسۡمٰعِیۡلَ وَ اِسۡحٰقَ ؕ اِنَّ
رَبِّیۡ لَسَمِیۡعُ الدُّعَآءِ ﴿
﴾ رَبِّ اجۡعَلۡنِیۡ مُقِیۡمَ الصَّلٰوۃِ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ ٭ۖ رَبَّنَا وَ تَقَبَّلۡ
دُعَآءِ ﴿ ﴾ رَبَّنَا اغۡفِرۡ لِیۡ وَ لِوَالِدَیَّ
وَ لِلۡمُؤۡمِنِیۡنَ یَوۡمَ یَقُوۡمُ الۡحِسَابُ ﴿٪ ﴾
Dan ingatlah
ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), jadikanlah kota ini tempat yang aman, dan lindungilah aku dan anak-keturunanku dari menyembah
berhala-berhala. Ya Rabb-ku
(Tuhan-ku), sesungguhnya berhala-berhala itu telah
menyesatkan banyak dari antara manusia,
lalu barangsiapa mengikutiku maka sesungguhnya ia dariku, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku, maka
sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang. رَبَّنَاۤ اِنِّیۡۤ
اَسۡکَنۡتُ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ بِوَادٍ غَیۡرِ ذِیۡ
زَرۡعٍ عِنۡدَ بَیۡتِکَ الۡمُحَرَّمِ -- Ya Rabb-ku
(Tuhan-ku), sesungguhnya aku telah
menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tandus dekat rumah Engkau yang suci. رَبَّنَا
لِیُـقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ فَاجۡعَلۡ اَفۡئِدَۃً مِّنَ النَّاسِ تَہۡوِیۡۤ
اِلَیۡہِمۡ -- Ya Rabb
(Tuhan) kami, supaya mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati manusia cenderung kepada
mereka, وَارۡ زُقۡہُمۡ
مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ -- dan berilah mereka rezeki berupa buah-buahan, supaya mereka bersyukur. Ya Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya Engkau
mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nyatakan, dan tidak
ada sesuatu pun yang tersembunyi
bagi Allah sesuatu pun di bumi dan tidak pula di langit. اَلۡحَمۡدُ
لِلّٰہِ الَّذِیۡ وَہَبَ لِیۡ عَلَی الۡکِبَرِ
اِسۡمٰعِیۡلَ وَ اِسۡحٰقَ -- Segala puji bagi Allah Yang telah menganugerahkan kepadaku Isma’il dan Ishaq walaupun usiaku telah
lanjut, اِنَّ رَبِّیۡ
لَسَمِیۡعُ الدُّعَآءِ -- sesungguhnya Rabb-ku (Tuhan-ku) Maha
Mendengar doa. رَبِّ اجۡعَلۡنِیۡ مُقِیۡمَ
الصَّلٰوۃِ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ ٭ۖ
رَبَّنَا وَ تَقَبَّلۡ دُعَآءِ -- Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), jadikanlah aku orang yang senantiasa
mendirikan shalat, dan juga keturunanku. Ya Rabb (Tuhan) kami, dan
kabulkanlah doaku. رَبَّنَا
اغۡفِرۡ لِیۡ وَ لِوَالِدَیَّ وَ
لِلۡمُؤۡمِنِیۡنَ یَوۡمَ یَقُوۡمُ الۡحِسَابُ -- Ya Rabb (Tuhan) kami, ampunilah
aku dan kedua orangtuaku dan orang-orang
yang beriman pada Hari penghisaban” (Ibrahim [14]:36- 38).
Penyebab Berlimpah-ruahnya Buah-buahan di Mekkah
Doa
Nabi Ibrahim a.s yang disinggung dalam ayat 36:
وَ اِذۡ قَالَ
اِبۡرٰہِیۡمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا الۡبَلَدَ
اٰمِنًا وَّ اجۡنُبۡنِیۡ وَ بَنِیَّ
اَنۡ نَّعۡبُدَ الۡاَصۡنَامَ -- “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku
(Tuhan-ku), jadikanlah kota ini tempat
yang aman, dan lindungilah aku dan anak-keturunanku dari menyembah
berhala-berhala,“ menunjukkan bahwa berdasarkan isyarat dari Allah Swt. Nabi Ibrahim a.s. mengetahui, kemusyrikan pada suatu hari akan
merajalela di Mekkah dan di negeri sekitarnya. Jadi doa itu merupakan cetusan hasrat beliau untuk memelihara keturunan beliau dari kemusyrikan, dan doa itu
dipanjatkan ribuan tahun yang silam.
Ada pun yang diisyaratkan dalam doa Nabi Ibrahim a.s. selanjutnya: رَبَّنَاۤ اِنِّیۡۤ
اَسۡکَنۡتُ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ بِوَادٍ غَیۡرِ ذِیۡ
زَرۡعٍ عِنۡدَ بَیۡتِکَ الۡمُحَرَّمِ -- Ya Rabb-ku
(Tuhan-ku), sesungguhnya aku telah
menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tandus dekat rumah Engkau yang suci” ialah penempatan putra sulung beliau yakni Nabi Isma’il a.s. dan istri beliau yaitu Siti Hajar di belantara
Arabia.
Nabi Ismail a.s. masih kecil pada waktu Nabi Ibrahim a.s. — yang oleh karena patuhnya kepada perintah Ilahi dan untuk memenuhi rencana Ilahi — membawa beliau dan
ibunda beliau, Siti Hajar, ke daerah yang kering dan gersang, tempat sekarang
terletak kota Mekkah (QS.37:101-112).
Pada masa itu tiada satu pun tanda adanya kehidupan dan tidak ada syarat untuk dapat hidup di tempat itu (Bukhari). Tetapi Allah Swt.
telah merencanakan sedemikian rupa
sehingga tempat itu menjadi medan kegiatan bagi amanat terakhir dari Allah Swt. untuk umat manusia. Nabi Isma’il a.s.
telah terpilih sebagai alat untuk
melaksanakan rencana Ilahi itu
(QS.2:128-130).
Doa
Nabi Ibrahim a.s. ini telah memperoleh perwujudan
yang sempurna dalam diri Nabi Besar Muhammad saw. (QS.2:128-230), sebab sebelum
beliau saw. hanya orang-orang Arab salah
yang berkunjung ke Mekkah untuk mempersembahkan kurban-kurban mereka, tetapi sesudah kedatangan beliau saw. bangsa-bangsa dari seluruh dunia mulai
berkunjung ke kota Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji dan ‘umrah
(QS.22:27-35).
Doa Nabi Ibrahim a.s.
selanjutnya: وَارۡ زُقۡہُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ -- dan berilah mereka rezeki berupa buah-buahan, supaya mereka bersyukur” diucapkan
pada saat ketika tidak ada sehelai pun rumput nampak tumbuh dalam
jarak bermil-mil di sekitar Mekkah. Namun nubuatan
itu telah menjadi sempurna dengan cara yang menakjubkan, sebab buah-buahan yang paling terpilih
didatangkan orang berlimpah-limpah ke Mekkah pada setiap musim.
Sifat Rahmāniyat (Maha
Pemurah) Allah Swt. Meliputi Orang-orang Kafir & Munculnya “Neraka Saqar” di Dunia
Mengenai doa Nabi Ibrahim a.s. yang berhubungan dengan rezeki duniawi tersebut dalam Surah Al-Baqarah beliau menyebutkan secara khusus untuk orang-orang yang beriman kepada Allah Swt. dan Hari Akhir, tetapi Allah Swt. menjawab bahwa orang-orang kafir pun akan memperolehnya, sebab hal tersebut
berkaitan dengan Sifat Rahmāniyah-Nya
(Maha Pemurah), firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ
الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ
وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ
مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ
النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ
الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), jadikanlah tempat ini kota
yang aman وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ -- dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari
antara mereka yang beriman kepada
Allah dan Hari Kemudian.”
قَالَ وَ
مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ -- Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun maka Aku
akan memberi sedikit kesenangan kepadanya kemudian akan
Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api, وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ -- dan itulah seburuk-buruk tempat kembali” (Al-Baqarah [2]:127).
Dengan demikian jelaslah bahwa berlimpah-ruahnya kekayaan duniawi para penentang Nabi Besar Muhammad saw. di kalangan penduduk Mekkah, seperti
contohnya Walid bin Mughirah (QS.74:9-32) -- termasuk
di Akhir Zaman ini -- bukan berarti bahwa Allah Swt. mencintai mereka, sebab jika tidak
demikian mengapa saat ini pun “neraka
Saqar” muncul di kawasan Timur Tengah)?
Firman-Nya:
فَاِذَا نُقِرَ
فِی النَّاقُوۡرِ ۙ﴿﴾ فَذٰلِکَ
یَوۡمَئِذٍ یَّوۡمٌ عَسِیۡرٌ ۙ﴿﴾ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ غَیۡرُ یَسِیۡرٍ ﴿﴾ ذَرۡنِیۡ
وَ مَنۡ خَلَقۡتُ وَحِیۡدًا ﴿ۙ﴾ وَّ جَعَلۡتُ
لَہٗ مَالًا مَّمۡدُوۡدًا ﴿ۙ﴾ وَّ بَنِیۡنَ
شُہُوۡدًا ﴿ۙ﴾ وَّ
مَہَّدۡتُّ لَہٗ تَمۡہِیۡدًا ﴿ۙ﴾ ثُمَّ
یَطۡمَعُ اَنۡ اَزِیۡدَ ﴿٭ۙ﴾
Maka apabila nafiri ditiup,
maka hari itu adalah hari yang sulit. Bagi orang-orang kafir tidak mudah.
ذَرۡنِیۡ وَ مَنۡ خَلَقۡتُ وَحِیۡدًا -- Biarkanlah
Aku berurusan dengan orang yang telah Aku ciptakan Sendiri. وَّ جَعَلۡتُ لَہٗ
مَالًا مَّمۡدُوۡدًا -- Dan Aku menjadikan baginya harta berlimpah-limpah, وَّ بَنِیۡنَ شُہُوۡدًا -- dan anak-anak
yang hadir bersamanya, وَّ
مَہَّدۡتُّ لَہٗ تَمۡہِیۡدًا -- Dan
Aku lapangkan rezeki baginya selapang-lapangnya, ثُمَّ
یَطۡمَعُ اَنۡ اَزِیۡدَ -- kemudian ia ingin sekali supaya Aku menambahnya (Al-Muddatstsīr [74]:9-16).
Makna
Peniupan “Nafiri” (Terompet)
Ayat فَاِذَا نُقِرَ
فِی النَّاقُوۡرِ -- “maka
apabila nafiri ditiup” ini
berarti, bilamana seorang mushlih rabbani
-- yang merupakan nafiri (terompet) Ilahi -- yang dengan perantaraannya Allah Swt. memanggil
manusia kepada-Nya muncul dan memanggil
manusia kepada Tuhan (QS.3:191-195). Atau, ayat ini dapat menunjuk kepada panggilan Nabi Besar Muhammad saw. sendiri kepada kaum beliau saw.,
firman-Nya:
وَ اسۡتَمِعۡ یَوۡمَ
یُنَادِ الۡمُنَادِ مِنۡ مَّکَانٍ قَرِیۡبٍ
﴿ۙ﴾ یَّوۡمَ یَسۡمَعُوۡنَ
الصَّیۡحَۃَ بِالۡحَقِّ ؕ ذٰلِکَ
یَوۡمُ الۡخُرُوۡجِ ﴿﴾
Dan dengarkanlah pada hari ketika seorang penyeru memanggil dari tempat yang dekat. Yaitu
pada hari mereka mendengar teriakan yang
pasti. ذٰلِکَ یَوۡمُ الۡخُرُوۡجِ -- Itulah hari keluar (Al-Qalam [50]:42-43).
“Penyeru” dapat ditujukan kepada Nabi
Besar Muhammad saw. Konteksnya
(seluk-beluk hubungan dengan ayat-ayat lainnya) mendukung hal itu karena
beberapa ayat berikutnya agaknya mengisyaratkan kepada kebangkitan ruhani yang diwujudkan oleh beliau saw. dalam kaum
beliau saw., yang atas seruan beliau
saw., seolah-olah bangkit dan keluar
dari kuburan mereka: ذٰلِکَ
یَوۡمُ الۡخُرُوۡجِ -- Itulah hari keluar (Al-Qalam [50]:42-43).
Kata-kata مِنۡ
مَّکَانٍ قَرِیۡبٍ -- “dari
tempat yang dekat” dapat juga berarti bahwa seruan Besar Muhammad saw. tidak akan tinggal sebagai seruan di tengah rimba belantara, seruan
jauh dan samar-samar namun seruan
yang akan didengarkan dan diterima.
“Teriakan”
dalam ayat یَّوۡمَ
یَسۡمَعُوۡنَ الصَّیۡحَۃَ
بِالۡحَقِّ -- “Yaitu
pada hari mereka mendengar teriakan yang pasti” itu dapat pula mengandung arti bahana seruan Nabi Besar Muhammad saw..
Kembali kepada Surah Al-Muddatstsir, makna “Hari yang sulit” dalam ayat فَاِذَا
عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ غَیۡرُ
یَسِیۡرٍ ﴿﴾ فَذٰلِکَ یَوۡمَئِذٍ یَّوۡمٌ
عَسِیۡرٌ ۙ﴿﴾ نُقِرَ
فِی النَّاقُوۡرِ ۙ﴿﴾ -- “Maka
apabila nafiri ditiup, maka
hari itu adalah hari yang sulit, bagi orang-orang
kafir tidak mudah, ” berarti hari kebangkitan, atau hari kekalahan terakhir bagi kekafiran
dan kemenangan mutlak bagi kebenaran. Menghadapi kenyataan pahit seperti itu sangat sulit
dirasakan oleh orang-orang kafir yang
takabbur.
Kehinaan yang Menimpa Walid bin Mughirah
Kata-kata dalam ayat selanjutnya ذَرۡنِیۡ وَ
مَنۡ خَلَقۡتُ وَحِیۡدًا -- “Biarkanlah
Aku berurusan dengan orang yang telah Aku ciptakan Sendiri” itu pun berarti “Biarlah Aku berurusan dengan dia yang karena
kekayaannya menjadi takabbur,” sebagaimana diterangkan dalam ayat-ayat
selanjutnya.
Ayat ذَرۡنِیۡ وَ
مَنۡ خَلَقۡتُ وَحِیۡدًا itu pun berarti “Biarlah Aku berurusan dengan dia yang karena
kekayaan besar, kekuasaan, dan kedudukannya yang Aku anugerahkan kepadanya, menganggap dirinya sendiri tiada
tara bandingannya di tengah-tengah sesama bangsanya,” sebab wahīd
berarti pula unik (mandiri), tanpa
bandingan” (Lexicon Lane).
Meskipun ayat ini dan
beberapa ayat berikutnya berlaku bagi setiap orang kafir yang congkak dan sombong penentang rasul Allah, ayat-ayat itu teristimewa berlaku bagi Walid bin Mughirah, yang adalah seorang pribadi terkemuka di antara kaum
Quraisy, dan dikenal di antara sesama warga kota dengan gelar-gelar yang sangat terhormat seperti “unik” dan “semerbak ganda
kaum Quraisy.”
Ia sangat tampan dan terkenal karena sajak-sajaknya yang indah dan karena karya-karya lainnya. la berputra sepuluh
sampai tiga belas orang dan ia kaya-raya, sebagaimana dijelaskan dalam
ayat-ayat selanjutnya: وَّ
بَنِیۡنَ شُہُوۡدًا -- “dan anak-anak
yang hadir bersamanya.”
Ayat ini dapat berarti bahwa anak-anak
Walid bin Mughirah pun berwibawa seperti dia. Mereka pun
ditawari tempat terhormat dalam majlis-majlis yang dihadirinya. Atau, Walid bin
Mughirah itu sangat kaya sehingga
anak-anaknya senantiasa berkumpul bersama dia tanpa perlu ke mana-mana mencari
nafkah.
Benarnya Jawaban Allah Swt. Mengenai Doa
Nabi Ibrahim a.s.
Jadi, firman Allah Swt.
tentang Walid bin Mughirah: ذَرۡنِیۡ
وَ مَنۡ خَلَقۡتُ وَحِیۡدًا -- Biarkanlah
Aku berurusan dengan orang yang telah Aku ciptakan Sendiri. وَّ جَعَلۡتُ لَہٗ
مَالًا مَّمۡدُوۡدًا -- Dan Aku menjadikan baginya harta berlimpah-limpah, وَّ بَنِیۡنَ شُہُوۡدًا -- dan anak-anak
yang hadir bersamanya, وَّ
مَہَّدۡتُّ لَہٗ تَمۡہِیۡدًا -- Dan
Aku lapangkan rezeki baginya selapang-lapangnya, ثُمَّ
یَطۡمَعُ اَنۡ اَزِیۡدَ -- kemudian ia ingin sekali supaya Aku menambahnya (Al-Muddatstsīr [74]:12-16),
membuktikan benarnya jawaban Allah
Swt. mengenai doa
Nabi Ibrahim a.s. dalam firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ
الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ
وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ
مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ
النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ
الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), jadikanlah tempat ini kota
yang aman وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ -- dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari
antara mereka yang beriman kepada
Allah dan Hari Kemudian.”
قَالَ وَ
مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ -- Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun maka Aku
akan memberi sedikit kesenangan kepadanya kemudian akan
Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api, وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ -- dan itulah seburuk-buruk tempat kembali” (Al-Baqarah [2]:127).
Jadi, betapa kisah-kisah dalam Al-Quran bukan kumpulan “dongeng kaum purbakala” sebagaimana tuduhan dusta para penentang Nabi Besar Muhammad saw. (QS.25:5-9),
karena di dalamnya terkandung berbagai petunjuk serta informasi
tentang masa lalu serta yang akan kembali terjadi di masa datang, yakni
sebagai nubuatan (kabar gaib).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 4 Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar